Sunday, June 10, 2012

Kiriman Kisah dan Silsilah dari Keluarga RAA.Kromodjoyo Adinegoro IV

Alur Silsilahnya Trah Kromodjajan yang termasuk abdidalem dan pengikut setia RM.Koesen-BKPH.Kolonel Poerbodiningrat

(dan Kanjeng Lider Raden Tumenggung Tjokronegoro I-Ponorogo mempunyai nama kecil RM.Lantjoer bukan RM.Koesen)


Diagram Silsilah






Assalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh, serta

salam sejahtera bagi kita semua    



Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, disertai doa dan niat  luhur,  pada  bulan Syawal 1431 H, segenap warga Paguyuban Keluarga Trah Kromodjayan - Kanoman, Mojokerto telah merealisasikan upaya, sebagai budidaya para Trah / Keturunan untuk melestarikan riwayat leluhur, serta menjaga dari kepunahan warisan Leluhur Trah Kromodjayan Kanoman .    
Semula berawal dari wasiat beliau Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro IV / Raden Mashudan dalam tulisan tangan, dan kemudian dikembangkan ataupun dikutip oleh para ahli waris Trah Kromodjayan  Kanoman, baik secara perorangan, kelompok warga family  yang terkait dalam Trah / Keturunan Kromodjayan – Kanoman - Mojokerto, ataupun family  perkumpulan sedarah lainnya.  Mengingat perkembangan data silsilah tidak akan terlepas dari perkembangan keluarga yang semakin tumbuh , dan oleh sebab itu  dituangkanlah rangkaian Keturunan dalam suatu diagram silsilah pohon keluarga agar dapat ditelaah dengan seksama dengan berpedoman pancer ayah/laki-laki (patrinial), atau berpedoman pancer ibu/wanita (matrinial). 
Sisilah sebagai himpunan dari suatu pohon keluarga (Family Tree), yang dikenal dengan istilah"Jenjang Susunan Keluarga".  yang akan mempermudah sebagai informasi melalui bentuk diagram Sisilah yang di mulai dari atas disebut Pancer (Leluhur/cikal-bakal), sampai dengan urutan yang termuda (batas urutan  terbawah) pada level ke 10(sepuluh) = Galih Asem. Tatacara menyusun silsilah banyak ragamnya, sedangkan Trah Kromodjayan Kanoman - Mojkerto_Surabaya oleh penulis disesuaikan dengan pakem budaya Jawa Tengah yang berasal dari Kasunanan  Surakarta,  Disini telah dibakukan rentang urutan keturunan yang biasa disebut "Trah". Dengan jumlah level dari satu s/d sepuluh ( putra s/d galih asem ) atau disebut pula peringkat urutan keturunan. Adapun petunjuk penulisan Silsilah menurut ketentuan yang ditulis dalam buu "Serat Piagam Sentana" / "Gebookteakte"= ngrewat sara silahing ing Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Paku Buwana), adalah diawali dari :

  Pancer …= Trah adalah nama nenek moyang/leluhur yang dijadikan pedoman cikal bakal
  • Level/urutan   1 = Anak / putera
  • Level/urutan   2 = Cucu
  • Level/urutan   3 = Buyut
  • Level/urutan   4 = Canggah
  • Level/urutan   5 = Wareng
  • Level/urutan   6 = Udeg-udeg
  • Level/urutan   7 = Gantung Siwur
  • Level/urutan   8 = Gropak senthe
  • Level/urutan   9 = Debog bosok
  • Level/urutan 10 = Galih Asem. 
Urutan penulisan diawali dari Pancer, misal yan dianut pancer laki-laki (patrilinial), yang kemudian sampai rentang keturunan ke 10(sepuluh) - Galih Asem, dan yang kemudian akan menjadi "Pancer" dari Trah keturunan selanjutnya Silsilah Trah Kromodjayan -Kanoman, Mojokerto_Surabaya, dan terkait kepada faimily /  keluarga sedarah lainnya, yang sesuai terjadinya perkembangan keluarga, maka terbentuklah  level "Trah " atau "Trah baru", diantaranya adalah sbb.:
  • Trah Nitiadiningrat - Pasuruan;
  • Trah Notodiningrat - Malang;
  • Trah Kromodjayan Kasepuhan - Surabaya, Bangil;
  • Trah Kromodjayan Kanoman - Surabaya, Mojokerto;
  • Trah Bratadiningrat - Banyumas
  • Trah Bustaman–Semarang ;
  • Trah Pusponegoro - Gresik kuno;
  • Trah Tjondronegoro - Sidoarjo;
  • Trah Sambongan ( Oei Sam  Hong)  – Semarang;
  • Trah HAN dinasti – Lasem;
  • Trah Bandoro Pangeran Haryo Suronegoro - Surakarta ;
  • dan masih banyak lagi.
Yang kami sajikan dari beberapa peninggalan tulisan leluhur serta photo kenangan, adalah sebagai berikut :

TRAH KROMODJAYAN - KANOMAN






  • R.Glundung / R.Tumenggung Kromodjoyodirono.

Dalam diagram Silsilah adalah sbb:




  • Raden Glundung, nama gelar jumeneng Bupati Surabaya th 1819-1825:
Raden Tumenggung Kromodjoyodirono, putra Kyai Dermoyudo V / Djoko Ismail menikah dengan mBok Rara Tjetjek binti Kyai Tumenggung Djoyodirono I (Bupati Kanoman Surabaya 1752-1769); Raden Glundung wafat dimakamkan di Pasarean Kromodjayan Bibis (dekat stasiun KA Semut / terletak diutara Semut Plaza Surabaya );


Raden Glundung / Raden Tumenggung Kromodjoyodirono


  • R Bagus Anom / R Adipati Kromodjoyo Adinegoro II, /
  • " Kanjeng Genteng "




Raden Bagus Anom, jumeneng Bupati Surabaya th 1831-1859, memakai nama gelar : 

Raden Adipati Kromodjoyo Adinegoro II. Masyarakat Surabaya mengenal dengan nama " Kanjeng Genteng " adalah putera nomor 8(delapan) Raden Glundung menikah dengan Raden Ayu Sepi binti Kyai Adipati Nitiadiningrat /Kanjeng Lemper, Bupati Pasuruan th 1751-1779 ). Kanjeng Genteng wafat dimakamkan di belakang Masjid Ampel Surabaya, beliau mencurahkan sebagian besar pekerjaannya dalam Agama Islam, sampai dikenal sebagai Imam Besar Sholat Jum'at Masjid Ampel Surabaya. 

    
    Kanjeng Genteng / RA Kromodjoyo Adinegoro II
    
  • R.Aersadan / R.Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III

Raden Aersadan, jumeneng Bupati Mojokerto th.1866-1894, memakai nama gelar : 

Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III , sebelumnya menjabat Bupati Lamongan th.1863-1866; Putera nomor 5(lima) Raden Bagus Anom menikah dengan Mas Ayu Warinah / Mas Ajeng Sepuh binti Kyai Kabul Singomenggolo  (Pamekasan Madura); Semasa menjabat Bupati Lamongan dan Mojokerto, beliau telah banyak mendirikan Masjid. Wafat saat tugas, pada tahun 1894, dan  dimakamkan di Pasarean Sentono Asri Kromodjayan, di desa Terusan-Mojokerto; 

R Aersadan / RAA Kromodjoyo Adinegoro III




  • R.Mashudan/R.Adipati Arya Kromodjaya Adinegoro IV

Raden Mashudan, jumeneng Bupati Mojokerto th.1894-1916, memakai nama gelar : 
Raden Adipati Arya Kromodjaya Adinegoro IV, mendapatkan posisi sebagai Bupati Ridder Mojokerto, Selain itu beliau pendiri Museum Purbakala di Trowulan-Mojokerto; Beliau adalah putera pertama R Aersadan menikah dengan Raden Ayu Ngaisah binti R Adipati Notodiningrat II, Bupati Malang th.1839-1884);  Beliau wafat  dimakamkan di Pasarean Sentono Asri Kromodjayan, di desa Terusan-Mojokerto; photo beliau sbb:   



R Mashudan / RAA Kromodjoyo Adinegoro IV
Silsilah keluarga Raden Mashudan adalah sbb:


R Mashudan menikah dengan isteri pertama adalah Raden Ayu Moersiyah binti Mas Ngabei Reksokusumo (Onder Collecteur Waru-Sidoarjo) berasal dari Trah Sambongan/Oei Sam Hong-Surabaya yang diambil menantu oleh RAA Notodiningrat II Bupati Malang th.1829-1884; Menurunkan 3(tiga) putra yang wafat dalam usia muda, dan dimakamkan di di Pesarean Sentono Asri Kromodjayan, di desa Terusan-Mojokerto;





R Mashudan menikah lagi dengan dengan Raden Ayu Katarinah binti R Tumenggung Arya Notodiningrat III Bupati Malang th.1884-1898, setelah R Ay Moersijah wafat. Dari pernikahan ini mendapatkan keturunan sebanyak 10(sepuluh) putera, adalah sebagai berikut:





1) Raden Bagus Abdul Madjid, nama gelar jumeneng Bupati Mojokerto th.1916-1932 Raden Adipati Arya Kromoadinegoro, adalah putera pertama R.Mashudan dari 10(sepuluh) bersaudara. R.Abdul Madjid wafat th.1934. dimakamkan di Pasarean Sentono Asri Kromodjayan, di desa Terusan-Mojokerto.





Silsilah keluarga R.Abdul Madjid adalah sbb:





2) Raden Ayu Moerdiyati, adalah putera ke 2 (dua) menikah dengan Raden Adipati Panji Arya Suryowinoto I / R.P. Imbran / R.P. Suryoputro adalah Bupati Gresik th>1917-1934;

Silsilah keluarga R.Ay Moerdiati Suryowinoto adalah sbb:

R.Panji Imbran putra dari RAA Suryoadiningrat / R Saleh (Bupati Gresik sd 1917) menikah dengan R Ayu Noekniamah binti RAA Kromodjoyodirono III, Bupati Lamongan th.1866. 


Photo R Adipati Panji Arya Suryowinoto di Kabupaten Gresik beerta putra putri



3) Raden Bagus Yasin, nama gelar jumeneng Asisten Wedana di Ngebel Ponorogo th.1910 –1940, : Raden Ngabei Kromodjoyoadirono, menikah dengan Raden Ayu Sadjatinah binti R Arya Suryoadikusumo (Patih Malang) trah dari R Tumenggung Suryaningrat Bupati Probolinggo th.1888.



Silsilah keluarga R.B. Yasin adalah sbb:


4) Raden Bagus Mas Suwoso,  nama gelar jumeneng Wedana di Besuki: Raden Ngabei Kromoadiprodjo, menikah

1) pertama dengan Raden Ayu Loeisa (Gareng) binti R Kancanadi Kromoadiwinoto, Asisten Collecteur di Krikilan, Drio-Surabaya. 

2) kedua dengan Raden Ayu Chadjariah (Pah) binti R Ibnu Chadjar Kromodjoyodirono,         Asisten Wedan di Perak-Jombang.

3) ketiga Mas Ayu Asminah, asal desa Kebowan, Kawedanan Ploso Jombang.



Silsilah keluarga RB Mas Suwoso adalah sbb:
Dari Isteri pertama :

Dari isteri kedua :




5) Raden Bagus Rustamadji, nama gelar jumeneng Asisten Wedana di Modo-Lamongan:  

Serat Sara Silah Trah Keluarga Kyai Ageng Kasan Besari - I, Tegalsari - Ponorogo

PEMBUKA KATA


Penulis Serat Sara Silah Kyai Ageng Kasan Besari-I, Tegalasri Ponorogo, adalah DR.Ismu Sukanto Suwelo, M.Sc. putera canggah dari Kanjeng Lider Raden Mas Adipati Tjokronegoro-I, Ponorogo; Lahir di Ponorogo pada tanggal 31 Januari 1927; Beliau pensiunan pegawai negeri, mulai bekerja sejak tahun 1983, sebagai imeritus dosen Institut Pertanian Bogor (IPB). Dalam perjalanan karier juga menjadi staf pengajar di berbagai perguruan tinggi lain, diberbagai kota yaitu Bogor, Jakarta, dan Lampung; Terkakhir menjabat dalam posisi senior agronomist, seed production technology, plant breeding.


 DR.Ismu Sukanto Suwelo, M.Sc.

Naskah tersebut disunting kembali atau dilanjutkan, serta dikembangkan dalam website program pohon keluarga / informasi,  sesuai untaian Serat Sara Silahing Trah Keluarga Kyai Ageng Kasan Besari - I, Tegalsari-Ponorogo, maupun menyambungkan dengan serat sara silahing keluarga sedarah / kerabat dari pengunggah nama: Haji R Widodo AS, keturunan dari alur silsilah  Trah Kyai Ageng Brondong - Surabaya (Pancer Ayah); dan Trah Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III, Bupati-Mojokerto (Pancer Ibu). 
Pekerjaan adalah pernah menjadi Instruktur serta Auditor Bank BRI - Jawa Timur, dan masa purna tugas mengisi kegiatan membangun kembali silsilah keluarga, sedarah maupun kerabat baik secara horizontal, dan vertikal  alur ayah dan ibu (pancer laki / perempuan); 
Keterkaitan saya dengan Trah Keturunan Kanjeng Lider Raden Mas Adipati Tjokronegoro-I, Bupati Ponorogo adalah secara hirarki dalam  pohon keluarga  sedarah berawal dari alur keturunan  ayah saya R Achmad Soesandi (Kajati Kalsel) adalah sbb :
R.Adipati Panji Tjokronegoro-II / R.Panji Notokusumo,Surabaya, Bupati Kasepuhan Surabaya 1785-1818 adalah level 3-Canggah dari Ki Ageng Brondong, atau putera pertama dari R.Panji Djayengrono / RAP Tjokronegoro I, Bupati Sidoarjo Th.1763-1783,  menurunkan 33 putera puteri daiantaranya bernama :
(7) R.Ngabei Purbokusumo,Wedana Jenggala-IV Sidoarjo, sekarang disebut Taman (level 4-Wareng), menurunkan Raden Ngabei Adikusumo (level 6-Udeg-udeg); menurunkan R Ngabei Adiatmodjo (level 7-Gantung siwur); menurunkan R Panji Sadikin Adiwinoto (level 8-Gropak sente dari Ki Ageng Brondong)   menikah dengan R Ayu Istijati , adalah Level 5 - Wareng dari Kyai Muhammad Besari Tegalsari - Ponorogo; menurunkan 6 orang putera yaitu : 1.R Ismoekadinoto; 2.R Ismoenandar; 3.R Ay Ismilah (Nok); 4. R Ay Ismini (Niek); 5. R Ay Ismijatin (Noek); 6. R Ismoehadji (Soer).
 (16) R.Ngabei Hadiwidjoyo,sebagai Devisihoofd di Indramayu / kesatuan penerima pajak, (level 5-Wareng dari Ki Ageng Brondong), menurunkan R Ay Sasidamari (Level 6-Udeg-udeg dari Ki Ageng Brondong) menikah dengan R Bagus Hardjoadiwinoto (level 6-Udeg-udeg dari Ki Ageng Brondong), menuurunkan R Ayu Artinah menikah dengan R Achmad Notoadiputro, Asisten Wedana Balongpanggang - Krian Sidoarjo, suami istri pada level 7-Gantung siwur dari Ki Ageng Brondong, menurunkan 5 putera diantaranya R Achmad Soesandi (level 8-Gropak sente dari Ki Ageng Brondong), menurunkan saya HR Widodo AS, level 9-Debok bosok dari Ki Ageng Brondong) 




Sumber Pustaka :

* Silsilah, Pedigree Keluarga Kyai ageng Kasan Besari-I ( Kyai Ageng Tegalsari I -  
  1760) Ponorogo; Kanjeng Lider Raden Mas Adipati Tjokronegoro - I, Kanjeng Bupati
   Ponorogo Th.1811-1900. Naskah ditulis oleh : DR. Ismu Sukanto Suwelo, M.Sc. (Bogor 1996)
* Serat Sara Silah K5 (Kasepuhan-Kanoman-Kromodjayan-Ke Sambongan Surabaya) oleh Raden   
  Tumenggung Arya Notoadikoesoemo/Zainal Fattah dan Yayasan Sentono Boto Putih Surabaya, di tulis di Surabaya, dan selesai tanggal: 06 Desember - 1956. (50 Halaman).

* Serat Sara Silahing Trah Kyai Ageng Brondong / Pangeran Lanang Dangiran, Boto-Putih Surabaya. Ditulis oleh Raden Panji Arya Makmoer; di Surabaya, selesai tanggal 01 Agustus-1966).
* Serat Sara Silahing Trah Kromodjayan - Kanoman, Mojokerto; -Ke Sambongan-Surabaya; - 
  Nitiadingrat-Surabaya; Notodiningrat; -Bustaman-Semarang ; - Poesponegoro-Gresik Lawas; 
  HAN dinasty, oleh R.Bagus Yasin/R Ngabei Kromodjoyoadirono, di Mojokerto, dan selesai pada tanggal 10 Maret 1960, (102 halaman).
 
LATAR BELAKANG

1. Tegalsari dibangun di suatu lokasi hutan sebelah timur-laut kediaman Kyai Koetoe, Jetis-Ponorogo, Jawa Timur oleh seorang pemuda remaja atas petunjuk ayahnda Kyai Anom Besari, Kuncen-Caruban (Madiun-Jawa Timur). Nama Mohamad Besari yang disandang oleh anak muda ini semakin dikenal setelah pemukiman ditegakkan.
Dalam perjalanan sejarah Mohamad Besari menjadi  Kyai Tegalsari dengan gelar Kyai Ageng Mohamad Besari alias Kyai Ageng Kasan Besari alias Kyai Ageng Tegalsari-I, mengikuti masa perkembangan status wilayah ini, yang menjadi Tanah Merdeka Perdikan Tegalsari (1760).
Pemukiman Tegalsari dalam pemekarannya telah menjadi sumber dan sentrum pengembangan dan pengajaran agama Islam. Pada zamannya pancaran ketegarannya menjadi andalan, terutama karena bimbingannya pada para santri dan warok Ponorogo yang tangguh tersohor atas asuhan Kyai Kasan Besari ini. Kemudian predikat Warok Ponorogo menjadi simbol dan andalan masyarakat Ponorogo.
 Awal dari riwayat Kyai Ageng Kasan Besari- I , Tegalsari-Ponorogo menjadi suatu tonggak sejarah bagi keturunannya, adalah keterlibatan dalam meberikan bantuan saat Kanjeng Susuhunan Paku Buwono II ( Mataram-Kartosuro), mendapat serangan dari bangsa Tionghoa/Cina. Kejadian tersebut dikenal "Kraman Cino"pada tanggal 30 Juni 1742, yang di pimpin oleh Sunan Garendo atau disebut Sunan Kuning; Saat terdesak maka PB-II, beserta keluarga dan bala tentara mengungsi ke Ponorogo. Dalam riwayat kekuasaan dan Tahta PB-II dipulihkan oleh  susunan strategy-perang Kyai Ageng Kasan Besar-I, dan beliau memimpin para santri dan para warok Ponorogo, Sebagai imbalan jasa kepada Kyai Ageng Kasan Besarai-I, oleh Kanjeng Susuhunan PB-II menghadiahkan Desa Sehwulan (Madiun) sebuah tanah merdeka Perdikan.  Dan menganugerahkan kedudukan sebagai Adipati Tumenggung dengan pangkat Kanjeng Bupati, namun pemberian tersebut oleh Kyai Ageng Kasan Besari - I, tidak diterima (menolak). Namun Desa Sehwulan menjadi  pada generasi ke 5 (level 5 = Wareng) yaitu Raden Bei Seno Besari / Kyai Raden Nedo Besari,  sebagi pusat Trah Keturunan (dinasti) Kyai Ageng Kasan Besari - I. 

Sutau tanah perdikan adalah wilayah merdeka swapraja otonomi / pemerintahan sendiri (independent) dan dikenal bebas pajak - bulu bekti. Dapat diartikan pula terlepas dari pengaruh kekuasaan langsung Keraton Surakarta. Yang selanjutnya juga bebas  dari pengaruh Kompeni ataupun Pemerintah penjajah Hindia Belanda.

Pengganti Kyai Ageng Kasan Besari-I, adalah putera ke 7 bernama:
 Kyai ILyas, menyadang gelar Kyai Tegalsari - II / Kyai Bagus Kasan Besari - II,  dan riwayat kepemimpinan digantikan putera pertama Kyai ILyas yaitu Kyai Kasan Yahja, dengan gelar Kyai Tegalsari - III (wafat 1799). dan kemudian digantikan oelh putera ke 2 Kyai Kasan ILyas bernama:
Kanjeng Kyai Kasan Besari II / Kanjeng Kyai Bagus Kasan Besari - II, / Kanjeng Kyai Tegalsari - IV ( 1799-1862 ); Dan menjadi wayah menantu Kanjeng Susuhunan PB-III (1800), menikah dengan Gusti Raden Ayu Moertosijah. Dengan saserahan Desa Karanggebang. Memperoleh gelar Kanjeng paringan dari Kanjeng Susuhunan PB_IV. 
 Pengganti  Kanjeng Kyai Kasan Besari II, bernama Kyai Kasan Anom-I,/ Kyai Tegalsari -V (1862-1873); Adalah putera pertama atau kakak tertua se-ayah dengan Kanjeng Lider (adik ke 10), yang diketahui menjadi berbesanan.
Kemudian penerusnya adalah Kyai Kasan Kalipah / Kyai Tegalsari-VI (1873-1883), adalah putera ke 12 dari Kanjeng Kyai Kasan Besari II, adik se-ayah dengan Kanjeng Lider.
Kyai Kasa Anom - II / Kyai Tegalsari VII (1883-1903) adalah putera ke 3 Kyai Kasan Anom - I; Putera tersebut diambil menantu Kanjeng Lider Raden Mas Adipati Tjokronegoro - I, dengan Raden Ayu Wosmirah (puteri ke 15) atau Raden Ayu Koesmirah (1867-19xx) di makamkan di Tegalsari-Ponorogo.
Kyai Kasa Anom - III / Kyai Tegalsari VIII (1883-1903) / R Mas Djarot / R Mas Ngoeman hadji  adalah putera pertama dari Kyai  Kasa Anom - II; Wayah dari Kanjeng Lider  Raden Mas Adipati Tjokronegoro - I. 
Kyai Mohamad Ismail / Kyai Mohamad Ismangil / Kyai Tegalsari - IX, (1909-1926);
Wayah dari Kanjeng Lider  Raden Mas Adipati Tjokronegoro - I.
Kyai Ichsan Ngalim / Kyai Iksan Ngalim / Kyai Tegalsari - X, (1926-1931); adalah putera menantu  Kyai Kasa Anom - II, menikah dengan puteri ke 4 bernama R Ayu Napisijatin.
Kyai Rachman Amin Koesoemo / Kyai Achmad / Kyai Tegalsari - XI, (1931-1960): adalah putera ke 5 dari Kyai Kasa Anom - II . Nama kecil R Mas Rachmad / R Mas Amin Koesoemo. Wayah dari Kanjeng Lider  Raden Mas Adipati Tjokronegoro - I. 
Kyai Aljoenani / Kyai Tegalsari XII (1960-1963), adalah putera ke 6 dari Kyai Kasa Anom - II .Nama kecil R Mas Aljoenani / R Mas Adisapoetro. Wayah dari Kanjeng Lider  Raden Mas Adipati Tjokronegoro - I.
Karena Perdikan Tegalsari di Ponorogo ini lebih ditonjolkan sebagai wilayah Pondok Pesantren, sebab adanya aktivitas pendidikan agama, dengan banyaknya minat masyarakat menjadi para santri serta para warok. Yang kemudian banyak riwayat menerangkan bahwa setelah menyelesaikan pendidikan Agama di Pesantren Tegalsari-Ponorogo, mereka menyandang sebutan/gelar sebagai Kyai, dan meneruskan menyiarkan Agama Islam dengan cara mendirikan pondok pondok pesantren baru.
Suksesi Kyai Tegalsari berlangsung menurut sistem garis Trah-Keturunan Kyai yang terdahulu, sedangkan penggantian kepemimpinan hany dilaksnakan setelah Kyai yang terdahulu wafat.  Suksesi  terakhir adalah Kyai Tegalasri XII, karena likuidasi kesuaprajaan / kerjaan yang melebur menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia mematuhi PP No:13/1946 tentang Penghapusan supraja/kerajaan dalam wilayah Republik Indonesia,
Saat ini status Tegalsari-Ponorogo adalah sebuah desa Tegalsari, diwilayah Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo; Posisi letak berada 10 kilometer sebelah tenggara kota Ponorogo, atau kurang dari 40 kilometer sebelah selatan kota Madiun.
Pendekatan Keraton Kasunanan Surakarta ke Tegalsari-Ponorogo masih berlanjut karena konsistensi posisi masyarakat Ponorogo terhadap masyarakat Surakarta, berawal sejak kerajaan Mataram-Kartosuro sampai dengan Surakarta Hadiningrat.
Kanjeng Susuhunan Paku Buwono III menyatakan keinginannya untuk mempersuntingkan R Ayu Moertosijah, puteri ananda Gusti Raden Ayu Tumenggung Martopuro, / Kanjeng Pangeran Martopuro, / Kanjeng Bupati Sewu, Surakarta ), dengan sesama cucu Kyai Ageng Kasan Besari - I, yaitu putera Kyai ILyas bernama Kanjeng Kasan BEsari - II. yang disertai dengan sasrahan desa Karanggebang, Kaedanan Maospati. Putera pertama dari perkawinan agung ini, menjabat sebagai Wedono Maospati, dengan gelar R mas Achmad, alias R Mas Martodipuro.
Raden Mas Kusem, alias R Mas Lantjur adalah putera ke empat (bungsu) dari perkawinan tersebut diatas, atau putera ke sepuluh dari Kanjeng Kyai Kasan Besari - II, kemudian menjadi Kanjeng Bupati Ponorogo dengan gelar Raden Mas Adipati Tjokronegoro - I.
 Gelar Kanjeng Lider bagi Raden Mas Adipati Tjokronegoro - I, disandang setelah memperloelh Bintang Jasa "Ridderder Orde van Oranje Nassau van den Nederlandse Leeuw" dari kerajaan Belanda diserta atribut kebesaran "Songsong Djene" ("Payung emas") = "de geele songsong". Ini sebagai tanda kebesaran dan lambang pemegang kekuasaan seorang pejabat Adipati.
Sebagai darah Trah Keturunan Kasunanan Surakarta - Kanjeng Susuhunan Paku Buwana - III, Surakarta-Hadiningrat, yang mengalir pada Kanjeng Lider Raden Mas Adipati Tjokronrgoro -I, Ponorogo tersebut, maka para Trah-keturunannya dengan sendirinya, bagi para putra wayah menyandang gelar jika laki-laki memakai inisial Raden, dan perempuan berinisial Raden Rara atau Raden Ajeng, setelah menikah menjadi Raden Ayu.  
Sebagai penghormatan pemberian nama dalam suatu Trah Keturunan, Kanjeng Lider R Mas Adipati Tjokronegoro I - Ponorogo, memberikan alias nama sesuai adat Jawa klasik atau disebut nama tua kepada putera dan puterinya serta menantu dan keturunnya dengan nama awal "TJOKRO" (dikarenakan kebanyakan baik putera ,puteri,menantu serta keturunannya diijinkan oleh Beliau Sinuhun PB.III,PB.IV,PB.V, PB.VI dan PB.IX hingga PB.X menjadi prajurit Telik sandi dan telik sandi baya), dan hal ini diikuti oleh beberapa generasi berikutnya. Namun sampai dengan generasi berikutnya sampai dengan keturunan level ke 10 (gropak sente), sudah banyak yang tidak menggunakan.
Dan sebagai generasi penerus, hal tersebut pemberian tetenger dan memberikan alias nama sesuai adat Jawa klasik atau disebut nama tua kepada putera dan puterinya serta menantu dan keturunnya dengan nama awal yang sebagian masih dilestarikan oleh wayah buyut, dengan memberikan  awalan nama : "IS", "ISMU", "ISMI", "ISTI".  Namun semua telah dipengaruhi perkembangan jaman, dan ada yang masih melestarikan dan ada yang sudah tidak menguikuti.

INDEKS GENERASI 

        Dalam penyusunan pohon keluarga atau Silsilah, jenjang keturunan diberikan suatu tanda sesuai urutan level generasi, atau disebut indek generasi, sebagai identifikasi individu pada suatu Trah-Keturunan ataupun status hubungan keluarga sedarah serta posisi didalam kekerabatan suatu Trah. Dengan menggunakan pengenal tanda level generasi, adalah merupakan bentuk peradaban manusia yang dimuliakan oleh ALLAH SWT. Hal ini menyangkut petunjuk Yang Sang Pencipta Alam Semesta dalam mengatur kehidupan mahluk manusia, adalah sebagai berikut :
Mengatur / menyelamatkan hubungan suatu keluarga sedarah baik vertikal maupun horizontal, 
Memberikan penuntun dalam pencerahan dan penelitian asal-usul dari seseorang sebagai bagian pengujian kebenaran dalam suatu Trah ( keluarga sedarah Trah dimaksud )
Dari perkembangan generasi ke generasi, memastikan tidak adanya pelanggaran kaidah ALLAH SWT., sebagai mana dijelaskan dalam kitab suci Al-Quran, bagi penganut AGAMA ISLAM yaitu pada : 
Surat ke 36 Yasin 
ayat 36 : Mahasuci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui
 Surat ke 49 Al-Hujurat

ayat 11 : Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.

ayat 13 : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Surat ke 4 An Nisaa

ayat 1 : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

ayat 23 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

ayat 24 dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
     Sedangkan pratijau dari ILmu Pengetahuan Kedokteran yang dijelaskan dalam: Dasar-dasar Genetika Biokemis Manusia ( Prof Dr,M.Ismadi –Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta (Larangan Perkawinan Sedarah / INCEST dalam Biologi ); serta Hukum dan Budaya. Menyebabkan memperoleh genetika cacat phisik / psychal / kelainan terhadap keturunannya akibat hubungan perkawinan yang masih sedarah / sedarah dekat.
     
        4. Untuk kaidah yang bersifat adat-istiadat adalah sederhana sekali yaitu menjalankan sebaik mungkin perilaku sesuai ketentuan adat, menjaga kejujuran, setia, dan hormat, menjauhkan dari tindakan tercela (“ma-lima” ), yang semuanya dapat berakibat buruk bagi nama baik Keluarga / Trah keturunan.

Jenjang susunan atau disebut indek generasi pada Silsilah Keluarga atau Genealogy Diagram dibuat / dimulai dari atas yaitu yang tertua kebawah s/d. keturunan termuda, ini menganut pakem budaya Jawa Kasunanan Surakarta Hadiningrat khususnya dan pada umumnya, atau dikenal dengan nama Trah = Keturunan. Penulisan silsilah dibuat rentang jenjang setiap / sampai ke 10(sepuluh) level / graad). Dibuat berdasarkan petujuk membuat silsilah dalam buku "Serat Piagem Sentana “ (gebookteakte) ngrewat sala-silahing ing Kasunanan Surakarta Adiningrat (Paku Buwana)", yaitu dimulai dari:

Pancer …………… = Trah adalah nama nenek moyang/leluhur yang dijadikan pedoman cikal bakal yang menurunkan
Level/urutan   1 = Anak / putera
Level/urutan   2 = Cucu
Level/urutan   3 = Buyut
Level/urutan   4 = Canggah
Level/urutan   5 = Wareng
Level/urutan   6 = Udeg-udeg
Level/urutan   7 = Gantung Siwur
Level/urutan   8 = Gropak senthe
Level/urutan   9 = Debog bosok
Level/urutan 10 = Galih Asem.
Urutan penulisan dimulai dari Pancer, misal yang dianut pancer laki-laki (patrinial), yang kemudian sampai rentang keturunan kesepuluh (Galih Asem), dan yang kemudian akan menjadi “Pancer” Trah/Keturunan berikutnya. Dengan adanya fasilitas dari genealogical chart di website http://id.rodovid.org/wk/...., maka 10(sepuluh) level / graad oleh penulis diterapkan. Sedangkan dalam hardcopy produk HR WIdodo AS digunakan dalam bentuk simbul-simbul yang nampak pada pembagian kelompok level (dapat dilihat samping kiri & di kiri bawah lembar silsilah). Dapatlah kami sampaikan bahwa silsilah ini (Family Tree) pancer Laki-laki terbentuk dan akan berakhir jika keturunan berstatus perempuan. Artinya dari keturunan seorang Ibu yang semula dari marga A, anak keturunannya akan ikut pada suaminya misal marga B. Hal ini tidak mengubah makna apapun, ini hanyalah ilustrasi susunan keluarga walaupun menganut garis perempuan (matrinial) kesemuanya dibuat menganut petunjuk cara menulis silsilah yang benar.

PIWELING TERHADAP MERAWAT SERAT SARA-SILAH :
Merujuk dari kata Penutup Serat Sara Silahing Trah Diposoepanan-Surakarta, yang ditulis oleh Raden Sastrodihardjo, berwasiat sebagai : PENGET/PIWELING (memperingatkan):Serat sarasilah puniko kasimpen ingkang ngatos-atos, kengingo kangge cepenganipun putro wajah buyut panjenengan ing tembe wingking. Kejawi saking poeniko, menawi wonten lepatipun, kirang-langkungngipun, tuwin wonten ewah-ewahanipun, kadosta ewahing putro, mugi kerso ngewahi pijambak. ( Silsilah ini untuk disimpan dengan hati-hati, agar dapat dipergunakan sebagai pegangan anak cucu semua, dibelakang hari. Selain dari hal tersebut, apabila ada kesalahan, kurang lebihnya serta ada perubahan, seperti misalnya tambahnya putra. Sudi apakiranya untuk menambahkan.")
   
Dalam menjalankan amanat PENGET tersebut, perlu pengunggah tegaskan bahwa setiap SILSILAH YANG DIBUAT OLEH SIAPAPUN, --> TUJUAN ADALAH:
1) MEMBENTUK KARAKTER MANUSIA DAPAT SELALU MENGHORMAT DAN MENCINTAI PARA LELUHUR, TERIRING DOA.
 
2) UNTUK MEMBANGUN KEMBALI KEAKRABAN / SILATUROCHMI KELUARGA SEMATA, GUNA MENCAPAI IKATAN KEKERABATAN YANG KUAT_ SEHAT_SEJAHTERA, --> TERLEPAS DARI HAL-HAL NEGATIF (Kasta, Agama, Kepentingan pribadi, Memanipulasi data keluarga dan Diskriminasi); THE GENEALOGICAL / SILSILAH ADALAH MERUPAKAN INFORMASI DATA YANG TERBATAS DALAM HAL TERKAITAN HUBUNGAN KELUARGA SEDARAH, YANG TELAH DITULIS OLEH LELUHUR DAN KEMUDIAN DIWARISKAN SEBAGAI WASIAT KEPADA ANAK CUCU KETURUNAN SAMPAI DENGAN DIPAPARKAN DI WEBSITE RODOVID, atau MEDIA YANG LAIN. -->
 
3) BILAMANA DIKEHENDAKI DARI SESEORANG KETURUNAN, MELARANG NAMA KELUARGANYA YBS TDK DITULIS DALAM SILSILAH / ASAL KETURUNAN DSB. ATAU MENGHENDAKI MENIADAKAN BAGIAN TERTENTU DALAM BAGAN SILSILAH DIRINYA, MAKA KEHENDAK SEPIHAK TSB. TERLEPAS DARI TANGGUNGJAWAB PENGUNGGAH; DAN INI HANYA BERLAKU BAGI YBS DENGAN KELUARGA DIRINYA SENDIRI, TIDAK BERLAKU KEPADA SAUDARA SAUDARA SEKANDUNG.
 
4) APABILA DALAM KELUARGA KETURUNAN TERJADI SESUATU HAL (MARTABAT/KONFLIK/PERCERAIAN/KEMATIAN/TERKENA PIDANA NEGARA), TIDAK AKAN MERUBAH SUSUNAN SILSILAH SECARA KESELURUHAN, SEBAB SILSILAH MERUPAKAN PETUNJUK PERI KEHIDUPAN BERKELUARGA DALAM SUATU GENERASI AGAR TIDAK TERJADI PELANGGARAN TERHADAP PERINTAH ALLAH SWT.    



VISI & MISI Keluarga Besar Trah Kyai Ageng Kasan Besari-I, Tegalsari - Ponorogo, adalah :
Visi :
Seluruh Keluarga Besar Trah Kyai Ageng Kasan Besari-I, Tegalsari-Ponorogo bertekad membangkitkan kembali rasa hormat, serta dharma bakti sebagai kecintaan kepada leluhur disetiap generasi penerus, dengan dilandasi setiap family untuk beribadah sesuai agama / kayakinan kepercayaan masing-masing untuk menjahui larangan-larangan  Allah S.W.T., dengan membangun sikap saling menghormat, saling membangun kerukunan dan keakraban keluarga dengan harapan tercapainya kesejahteraan, ketentraman Trah Kyai Ageng Kasan Besari-I secara lahir dan bathin.
Misi :
Keluarga Besar Trah Kyai Ageng Kasan Besari berupaya mencapai Visi, dengan bertindak didalam sepanjang hidup adalah :
-  Secara berkala berupaya melakukan silaturochim / beranjang sana dalam segala acara, serta melakukan ziarah - berdoa kepusara leluhur secara bersama-sama;
-  Menyusun/menjaga data silsilah agar mampu melestarikan riwayat Trah sesuai perkembangan keluarga, dengan harapan dapat memberi kemudahan family menelaah ataupun memberikan pencerahan tentang keluarga sedarah dan pancer leluhur.
- Menjaga hubungan kekeluargaan dan warisan peninggalan sifat Budi Luhur, dan sikap ke_arif bijaksana para leluhur  dengan cara
   > membentuk ikatan keluarga secara formal,
  > memperkuat persaudaraan dengan bersikap menjauhkan  diri dari perbuatan tercela dan menjunjung tinggi nilai nilai kehormatan keluarga.  




 

baca selengkapnya dan dapat simpan di file anda dalam bentuk pdf, baca disini



  • Kiriman Kisah dan Silsilah dari Keluarga RAA.Kromodjoyo Adinegoro IV




  • diposkan oleh: Paguyuban Pakoe Boewono
    http://pakoeboewono.blogspot.com

    0 comments: