Monday, April 16, 2012

Leadership Guiding ala Karaton Surakarta

ASTHABRATA  

AJARAN ASTHABRATA pada awalnya merupakan ajaran yang diberikan olah Rama kepada Wibisana. Ajaran tersebut terdapat dalam Serat Rama Jarwa Macapat, tertuang pada pupuh 27 Pankur, jumlah bait 35 buah. Pada dua pupuh sebelumnya diuraikan kekalahan Rahwana dan kesedihan Wibisana. Disebutkan, perkelahian antara Rahwana melawan Rama sangat dahsyat. Seluruh kesaktian Rahwana ditumpahkan dalam perkelahian itu, namun tidak dapat menendingi kesaktian Rama. Ia gugur olah panah Gunawijaya yang dilepaskan Rama. Melihat kekalahan kakaknya, Wibisana segera bersujud di kaki jasad kakaknya dan menangis penuh kesedihan.   
Demikian antara lain diungkapkan Prof. DR. Marsoo (52), Dosen Fakultas Budaya Jurusan Sastra UGM, di hadapan peserta sarasehan Jumat Kliwonan Lembaga Javanologi, di nDalem Joyodipuran, Yogyakarta, pada 6 Juli 2001 y.l. Dalam sarasehan yang dihadiri 30 peserta, Marsono mengatakan, Rama menghibur Wibisana dengan memuji keutamaan rahwana yang dengan gagah berani sebagai seorang raja yang gugur di medan perang bersama balatentaranya. Oleh Rama, Raden Wibisana diangkat menjadi Raja Alengka menggantikan Rahwana. Rama berpesan agar menjadi raja yang bijaksana mengikuti delapan sifat dewa yaitu Indra, Yama, Surya, Bayu, Kuwera, Brama, Candra, dan Baruna. Itulah yang disebut dengan Asthabrata 
Secara rinci Marsono menguraikan masing-masing ajaran dengan memberikan kutipan teks sebagaimana terdapat dalam Serat Rama Jarwa Macapat, Nitisruti dan Ramayana Kakawin Jawa Kuna.  
1.      Sang Hyang Indra adalah dewa hujan. Ia mempunyai sifat menyediakan apa yang diperlukan di bumi, memberikan kesejahteraan dan memberi hujan di bumi.
2.      Sang Hyang Yama adalah Dewa Kematian. Ia membasmi perbuatan jelek dan jahat tanpa pandang bulu.
3.      Sang Hyang Surya adalah Dewa Matahari. Sifatnya pelan, tidak tergesa-gesa, sabar, belas kasih dan bijaksana.
4.      Sang Hyang Candra adalah dewa Bulai ia selalu berbuat lembut, ramah dan sabar kepad asiapa saja.
5.      Sang Hyang Bayu adalah Dewa Angin. Ia bisa masuk ke mana saja ke seluruh penjuru dunia tanpa kesulitan. Segala perilaku baik atau jelek kasar atau rumit di dunia dapat dikethaui olehnya tanpa yang bersangkutan mengetahuinya. Ia melihat keadaan sekaligus memberikan kesejahteraan yang dilaluinya.
6.      Sang Hyang Kuwera adalah Dewa Kekayaan. Sifatnya ulet dalam berusaha mengumpulkan kekayaan guna kesejahteraan warga masyarakatnya. Ia sebagai penyandang dana.
7.      Sang Hyang Baruna adalah Dewa Samudera. Sifat Samudera bisa menampung seluruh air sungai dengan segala sesuatu yang ikut mengalir di dalamnya. Namun samudera tidak tumpah. Hynag Batuna seperti samudera bisa menampung apa saja yang jelek ataupun baik. Ia sabar dan berwawasan sangat luas, seluas samudera.
8.      Sang Hyang Brama adalh dewa Api . sifat api bisa membakar menghanguskan dan memusnahkan benda apa saja. Ia pun dapat memberikan pelita dalam kegelapan  Hyang Brama seperti api bisa membasmi musuh dan segala kejahatan sekaligus bisa menjadi pelita bagi manusia yang sedangdalam keadaan kegelapan.
Kalau dirangkum amanat asthabrata yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin itu sebagai berikut : Dapat memberikan kesejukan dan ketentraman kepada warganya: membasmi kejahatan dengan tegas tanpa pandang; bersifat bijaksana, sabar , ramah dan lembut; melihat, mengerti dan menghayati seluruh warganya; memberikan kesejahteraan dan bantuan dana bagi warganya yang memerlukan; mampu menampung segala sesuatu yang datang kepadanya, naik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan; gigih dalam mengalahkan musuh dan dapat memberikan pelita bagi warganya. Ajaran ini tetap relevan bagi para pemimpin kita hingga kini sampai ke masa depan.
Menurut pembicara, sejak awal tarikh Masehi bangsa kita, utamanya India,melalui hubungan perdagangan. Hubungan itu memberikan pengaruh, diantaranya masuknya agama Hindu dan Budha. Candi Prambanan yang bersifat Hindu dan Borobudur yang bersifat Budha merupakan peninggalan paling moumental diantara peninggalan lain. Relief cerita Ramayana dipahatkan pada dinding langkan candi Siwa dan Brahma. Selain di Prambanan, cerita yang sama juga dipahatkan pada candi Penataran, jawa timur, sedang pada candi Borobudur yang dibangun dinasti Syailendra sekitar abad ke 8 terdapat relief cerita perjalanan sang Budha dalam menuju jenjang manusia sempurna.
Prasati Sukabumi yang bernagka tahun 804 M pertama kali ditulis dalam bahasa Jawa Kuna. Bersamaan dengan itu mulailah terjadi budaya penulisan cerita Ramayana dalam bahasa Jawa Kuna.
Prof. DR. Purbacaraka berhasil menyalin dan menterjemahkan naskah Ramayana tertua yang sampai sekarang masih berupa tulisan ketikan. Prof. DR. Marsono menghimbau kepada yang berminat untuk membantu agar naskah itu dapat dicetak hingga dapat dinikmati oleh kalangan lebih luas 
Ramayana di India banyak versinya, diantaranya versi walmiki dan Bhattikawya. Yang menjadi sumber penulisan Ramayana Kawin Jawa Kuna adalah Ramayana Bhattikawya (Purbacaraka, 1957), bukan Ramayana Walmiki. Dari India cerita Ramayana ini menyebar ke negara asia lainnya, seperti Indonesia, laos, Kamboja, Birma, thailand dan Filipina. Dimasing-masing tempat dan jaman cerita Ramayana itu diakulturisasikan dengan kebudayaan setempat dan jamannya. Di Indonesia sekarang, cerita Ramayana dipakai sebagai dasar pertunjukan  wayang kulit maupun wayang orang serta pentas sendratari Ramayana  yang dipentaskan di candi Prambanan
Berbagai buku peninggalan pujangga kita memuat cerita Ramayana, di antaranya Ramayana Kakawin Jawa Kuna (abad ke 9), Serat Rama Jarwa Macapat Jawa Baru oleh Yasadipura II (1882), Serat Nitisruti (1612), Babad Sangkala (abad ke 19), Serat Partawigena (abad ke 19). Teks lakon Wahyu Makutha Rama abad ke 20. Diorama gambar wayang di Museum Purnabakti TMII juga merupakan cerita Ramayana

0 comments: