Monday, April 16, 2012

Legenda dan Alaming Lelembut

Delman yang tersesat


Di Desa  Ngandong Kacangan di Boyolali masih banyak orang yang mempunyai Delman. Rodanya hanya terbuat dari kayu dialasai karet Roda mobil bekas, sapi penarik delmanya dipelihara dengan baik dan terawat supaya kuat menarik delman muatan batu bata penuh.
Cocok dengan nama desanya "Ngandong atau Andong" hampir setiap rumah mata pencarian yaitu penarik delman atau andong. Kinerjanya supir delman sudah terkenal, karena kebanyakan delmannya dibuat dengan kayu sehingga berkualitas bagus.
Pak Padmo dibantu anaknya Sapardi mengemudi delman, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehariharinya  sampai ke desa Kismoyoso. Pada suatu hari Pak Padmo dan Sapardi berangkat ke desa Kismoyoso untuk menebang pohon trembesi.
Harga pohon trembesi sudah sesuai dengan pemilik pohonya. Untuk itu Pak Padmo membawa Parang yang besar dan parang yang kecil. Parang yang besar untuk membelah kayu, sedang parang yang kecil untuk memotong kayu kecil, begitu juga gergaji sudah disiapkan.
Hampir Setengah hari penuh Pak Padmo dan Sapardi anaknya memotong pohon trembesi yang besar di desa Kismoyosi. Setelah selesai memotong, mereka berdua kemudian istirahat di warung desa untuk makan dan minum.
Sapardi orangnya masih bujang, dasar watak anak bujang setiap ada cewek cantik matanya pasti jelalatan. Kebetulan yang jualan di warung tersebut cewek cantik.
"Ibu nya kemana dik kok sendirian melayani di warung?" tanya Sapardi membuka percakapan.
"Ibu lagi pergi ke kota mas, katanya mau kulakan di pasar" jawab cewek penjual warung
"Jam segini kok belum datang"
"Gak tau mas padahal tadi sudah saya ingatkan, kalau kulakan gak usah banyak banyak. lagipula warung kita juga akan kena gusuran sebentar lagi"
“Kena gusur, apa gak dapat ganti rugi to dik?" tanya Pak Padmo ikut heran
"Belum tau pak katanya orang orang yang jajan kesini mau dibangun Dolog"
"Dolog itu apa to dik?"
"Kurang tau saya, tapi katanya orang orang itu Dolog itu GudangBeras"
"Yang kena gusur dapat ganti rugi donk' tanya sapardi bersemangat
"Ya dapat mas tapi gak seberapa kok ganti ruginya, cuma warung kecil kecilan seperti ini aja"
"Namamu siapa toh dik?" tanya Sapardi bersemangat sambil makan....."Aku?" kelihatan cewek penjual warung tersebut senang diajak kenalan.
 "Namaku Marsi, kalau mas namanya siapa?"
"Kenalkan, aku Sapardi, ini bapaku Pak Padmo. Pekerjaanku ya begini dik, jadi pengendara delman. ini baru saja selesai menebang pohon trembesi pinggir sawah sebelah timur sana untuk dijual"
"Pesenanya banyak mas?"
"Ya lumayan mumpung musim kemarau dik, saat yang tepat untuk menjual dan banyak orang yang membangun rumah"
"Tapi kalau musim Hujan harganya naik to  mas?"
"Iya tapi biasanya sepi yang pada pesan kayu"
Setelah beristirahat sebentar pak Padmo mengajak pulang Sapardi. Kayu kayu yang sudah dirapikan di pinggir jalan dinaikan ke atas delman, karena muatanya terbatas sebagian ditinggal nanti akan diangkut lagi.

Kayu yang masih utuh gelondongan masih banyak, besok besok akan dikerjakan lagi dipotong potong. Begitu sampai beberapa hari seterusnya Pak Padmo dan Sapardi sampai habis kayunya. Tidak lupa ketika istirahat makan dan minum pasti selalu mampir ke warungnya Warsini. Lama kelamaan Sapardi semakin berani menggoda bercanda dengan Marsi. Ketika waktu sudah sore, malam jumat kliwon, Sapardi disuruh bapaknya mengambil kayu yang terakhir. Meskipun sampai malam, kayu kayu itu harus sudah selesai diambil, karena menurut hitungan sesepuh desa, waktu yang tepat dan bagus untuk memulai membuat rumah adalah besok jumat.

Walaupun masih capek Sapardi berangkat tapi Pak Padmo tidak ikut membantu karena kecapekan. Akhirnya Sapardi berangkat sendiri. Misalnya nanti kerepotan Sapardi disuruh bapaknya untuk mencari kuli membantu mengangkut kayu. Sore itu Sapardi berangkat sendiri tidak membawa kuli. Sampai malam Sapardi menaikan kayu ke delman. Setelah selesai pekerjaan Sapardi bermaksud mampir ke warung Marsi. Tetapi warungnya tutu, terpaksa Sapardi pulang dengan kecewa karena tidak bisa ketemu Marsi.
Sampai dekat kuburan desa Kismoyoso, bulu kuduk Sapardi merinding, karena kuburan desa Kismoyoso terkenal Angker. Apalagi malam itu tidak bulan purnama sehingga semakin pekat malam, ditambah lagi adalah malam jumat kliwon.

Sapardi menyalakan rokok mengusir sepi, tapi kok rasa rokoknya tidak enak. Sambil merokok Sapardi melamun.....
"Ah Marsi memang manis, walaupun cantiknya gak seberapa, tapi hatiku sudah mantab, Marsi pilihanku" begitu bathin Sapardi dalam lamunan.
Tekan sacedhake kuburan , githoke Sapardi mrinding. Jalaran kuburan  kono terkenal angkere. Apamaneh wengi iku pinuju petengan, ora ana rembulan. Ketambahan malem Jemuah Kliwon pisan. Kemudian Sapardi mengingat kembali ketika terakhir kemarinbercanda dengan Marsi.
"Dik sudah punya pacar apa belum?"
"Punya apa to mas" jawab Marsi sambil mencubit lengan Sapardi. Waktu itu pak Padmo sedang tiduran di depan warung, mungkin sengaja memberi kesempatan anaknya untuk pacaran.
"Mau dilamar to mas?" jawab Marsi manja sambil bersandar di bahu Sapardi
"Beneran kok dik, rasanya hatiku sudah mantab, gak tau setiap dekat denganmu rasanya damai begitu"
"Dipikir yang matang mas,nanti kalau kecewa belakangnya, aku anaknya orang gak punya, tidak cantik dan tidak kaya. Yang kamu senengi apanya mas?"
"Orang berjodoh itu yang penting cocoknya di hati dik, tidakmemandang harta kaya atau miskin. Cuma aku minta kemauanmu,mau atau tidak aku lamar"
Ketika itu Marsi hanya menunduk tidakmemberikan jawaba, setelah ditanya terus  kemudian menjawab....
"Kalau mas memang mantab sama aku, aku juga gak keberatan mas"
Hati Sapardi terasa bahagia.
Tiba tiba bulu kuduk Sapardi kembali merinding. Malah ditambahlagi mencium bau kembang Kenanga lengkap dengan daun Sirih. Kemudian Sapardi teringat pesan Kyai Soleh, kalau sewaktu waktu mencium bau menyan, daun sirih atau bulu kuduk merinding disuruh memegang pusarnya pakai jempol kiri sambil mengucap...."Salamu'alaikum kiftahu roh khalifi, assalamu'alaikuni kiftahu billa roh"
Tidak lama kemudian tampak di depan Sapardi bayangan remang remang, seperti sosok wanita cantik di pinggir jalan ada tumpukanbarang barang, seperti orang yang mau pindahan.
"Mas!!ini sepertinya mas Sapardi ya?" Sapardi mendengar suara, dia ingat itu suaranya Marsi
"Lho!!dik Marsi, kamu kenapa disini?
"Ibu saya ngajak pindah mas. ini tadi aku lagi mencegat kendaraan, tidak ada truk atau mobil yang mau berhenti mas"
"Lha ini  kok disini, mau pindah kemana to dik?"
"Tadi aku pindahan pakai Mobil bak terbuka punya Pak Lurah, tapi sopirnya tidak mau ngantar sampai tujuan, katanya jalanya jelek. Padahal tinggal sebentar kok mas. Sampai tikungan itu terus ke kanan"
"O...pindah ke desa Kismoyoso to dik?"
"Iya mas, aku ditolongin dong masaku dianter ya?sudah malam, nanti ditunggu ibu di rumah,kemana kok sampai malam belum sampai.
"Lha ibukamu sekarang dimana?"
"Ibu Sudah berangkat siang tadi mas, membawa sebagian barang barang kemudian aku disuruh belakangan nyusul"

"Aduuuh kasihan betul kamu dik" Sapardi kemudian menaikan barang-barangnya Marsi. Setelah selesai menaikan barang barang, Sapardi membantu menaikan Marsi.Kesempatan....Tangan Sapardi menjamah, Marsi cuma menjerit pelan....."Ah mas itu lho ah"
Sampai tikungan dekat jembatan, ada jalan belok ke kanan.
Lampu penerangan kana kiri jalan lumayan membuat suasana tidak begitu gelap pekat. Malahan sebelah Selatan jalan dari kejauhan tampak seperti sedang punya hajat. "Nanti bermalam di rumahku saja ya mas?" Marsi menaari Sapardi
“Ah, sungkan aku! belum jadi suamimu kok aku disuruh menginap di rumah anak gadis orang lain”
“Siapa yang kamu sungkani mas? Kalau ada tetangga yang tanya, nanti aku bilang kalau mas saudara masih keluarga, nanti  juga tetangga paham dan mengertim sambil lihat gamelan gending gending kebetulan ada yang punya hajat mas"
Akhirnya Sapardi menginap di rumah Marsi, hampir semalam suntuk memadu kasih dengan Marsi. Ditambah alunan suara gamelan semakin menambah bahagianya hati sapardi, semakin bertambah nafsu memadu kasih.
Sapardi ketiduran karena kecapekan. Paginya lamat lamat masih terdengar suara gamelah yang ditanggap tetangga yang sedang punya hajat. Sapardi masih enak enak meneruskan tidurnya sambil menikmati alunan gamelan. Lagipula suara sindenya tidak kalah dengan suara Sunyahni sinden terkenal.

Tidak lama alunan gamelan hilang, ganti terdengar suara orang ribut di sekitar kanan kiri delman Sapardi yang ditaruh depan rumah Marsi. Sapardi membuka mata lebar lebar!! ternyata yang terlihat dia ada di tengah kuburan desa Kismoyoso...
Orang orang yang lagi ribut tadi tanpa menunggu perintah kemudian melepas roda delman dan menuntun sapinya keluar dari kuburan.
Sapardi bergegas keluar dari kuburan, anehnya bagaimana ketika delman masuk kuburan tidak menyenggol apalagi merobohkan Patok (nisan).
Seminggu setelah peristiwa itu Sapardi ketemu Marsi di pasar. Sapardi disapa tetapi malah lari tunggang langgang meninggalkan Marsi yag kecewa. Ibunya Marsi tau bahwa ada yang berubah dan kecewanya Marsi terlihat dari gelagat anaknya. Setelah ditanya Ibunya barulah Marsi mengaku kalau sudah dibuat kecewa oleh Sapardi. Sapardi dianggap ingkar janji, lupa akan omongan dan janji yang akan melamar Marsi. Ibunya bergegas melabrak ke rumah Sapardi meminta kejelasan Sapardi.
Sapardi kaget, kemudian menceritakan pengalamanya hingga sampai tersesat masuk kuburan desa Kismoyoso.Ibunya Marsi terkejut mendengar cerita Sapardi, lalu disampaikan kepada anaknya Marsi. Adapun Sapardi lari ketika ketemu di pasar karena masih takut, jangan jangan ketemu lagi sama hantu.
“E, kok bisanya hantu itu nyamar mirip persis kamu nduk”
“Kalau begitu mas Sapardi gak salah ya mak”
Tak lama kemudian , Sapardi jadi pengantin bersanding dengan Marsi.

0 comments: