This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by RM.KOESEN POERBODININGRAT - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by RM.KOESEN POERBODININGRAT - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by RM.KOESEN POERBODININGRAT - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by RM.KOESEN POERBODININGRAT - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by RM.KOESEN POERBODININGRAT - Premiumbloggertemplates.com.

Showing posts with label Ritual. Show all posts
Showing posts with label Ritual. Show all posts

Friday, April 13, 2012

Sesaji




Wuku Julungwangi Sabtu Wage

Wuku Julungwangi
Weton Sabtu Wage

Wuku : Julungwangi (9)
Dewa : Sambu – cerewet, gengsian tinggi perasaan, tidak mau disamai, murah hati, suka menolong
Pembawaannya menyenangkan, mudah dapat rezeki.
Umbul-umbul : mengahadap air jambang - rela tetapi harus diperlihatkan - dicintai.
Dekat dengan kemuliaan dan disegani oleh orang besar.
Pohonnya : Pohon Cempaka, punya daya tarik.
Burungnya : Kutilang banyak bicara dan dipercayai, dicintai pembesar.
Bahaya : digondol singa, digigit binatang liar.
Candranya : Kayu kemladeyan patah kasturi arum angambar
Artinya maunya sudah tersiar meski belum terjadi, banyak yang cinta.
Sesajinya : tumpeng kebuli merah kecap, daging ayam merah, jajan pasar dan gecok.
Doanya : tulak bala.
Pantangan : 7 hari sejak selamatan jangan pergi ke timur laut, letak Kala di selatan hadap timur laut.
Hari naas : tidak menentu. Hari baik : tidak jelas.
Wuku Julungwangi weton:
Minggu Pon : Wurukung, Sri, Dadi, Aras Kembang Bumi Kapetak
Senin Wage : Paningron, Hendra Dangu, Lakuning Geni Wasesa Segara Babi tembalung tumuran ing tetaman
Selasa Kliwon : Uwas, Guru, Jagur, Aras Tuding, Sumur Sinaba, Kethek sumengka ing ngawiyat
Rabu Legi : Mawulu, Yama, Gigis, Aras Kembang, Sumur Sinaba, Srigati tumurun ing desa,
Kamis Pahing : Tungle, Rudra, Kerangan Lakuning Bumi Lebu Katiyub Angin
Jum’at Pon : Aryang, Brama, Nohan, Lakuning Lintang, Lebu Katiyup Angin
Sabtu Wage : Warukung Kala Wogan Lakuning Lintang Satriya Wirang

Wuku Julungwangi Weton Sabtu Wage


Weton : Sabtu Wage
Neptu : 9 + 4 = 13
Kamarokam : Kala Tinantang
Paarasa : Lakuning Lintang
Pancasuda : Satriya Wirang
Paringkelan : Wuruklung
Padéwan : Kala
Padangon : Wogan
Sengkan Turunan : -
Hari baik : -
.
Watak Sabtu : Saniscara (Angin), Sang Hyang Guru. sasmitanya samadi masa saya lano palaksana,
artinya meski ingkar jangji tetap kesampaian.
Wataknya sumilir seger nanging nggawa lelara, terasa nyaman pdahal membawa bencana.
Giat bekerja, rajin pandai cari rejeki, ditakuti, pandai menempatkan diri, tanggung jawab, serakah.
Jika pergi njejak kaki 3 kali, tarik nafas lewat puser

Watak Wage : Simbol dan Pasemon Pasaran Prabuanom lakuning dhandhang (cakap tetapi angkuh)
Cemeng artinya duduk, letak di utara, warnanya hitam,
Sifat kontemplasi atau mawas diri, rada angkuh meski etis.
Diibaratkan seperti sapi, wataknya menurut kepada atasan.
Jika dikasari marah tanpa arah, malas.
Tidak matre, jika sukses lupa keluarga dan orang tua, gelap pikirnya, kena fitnah

Watak Sabtu Wage : Kuat pendirian, mudah marah, cemburuan, setia dan dermawan.
Suka kemewahan dan barang berkualitas.

Watak Neptu 13 : sifatnya Lintang. Wataknya pendiam dan sabar, tak punya gairah.
Suka kerja malam sedikit tidur, berbakat dagang, tak dapat dihalangi kemauannya.
Enak diajak bicara, baik hati, suka rukun dan damai, bisa sejahtera lahir batin.
Rajin dan tekun berbisnis. Bisa celaka karena dipuji, rada sombong mudah ditipu

Hari Naas : Minggu Pon – Jumat Pon – Sabtu Wage.
Hari baik : Tidak jelas.

Paringkelan Wurukung : ringkel sato – kesialan hewan
buruknya: terlena, tidak untuk menanam modal, sangat hati-hati
baiknya : bagus untuk berburu informasi bisnis

Padewan Kala : buruknya : Cadhalamurka – banyak gossip, berita bohong
baiknya : baik untuk membuat keindahan
Padangon Wogan : lambang Ulat – molor tetapi mantap
buruknya : Bila dicurigai bisa bahaya
baiknya : Mantap, percaya diri. Bagus sedia paying sebelum hujan

Rakam Kala Tinantang : sering cekcok dg orang tua, banyak alangan.
Paarasan Lakuning Lintang : tak bisa tetap, sering pindah kerja/rumah
Pancasuda Satriya Wirang : tak tenteram, sering mendapat bencana dan malu serta sering ditegur walau tidak salah.
Sering menertawakan nasibnya. Pandai bicara, rajin ramah.
Melupakan kesedihan, peka.
Sering difitnah, celaka, dikambinghitamkkan, dimusuhi dan kehilangan.
Bahagia setelah menyadari nasibnya dan mengarahkan ke hal positif

Wuku Julungwangi Kamis Pahing

Wuku Julungwangi
Weton Kamis Pahing

Wuku : Julungwangi (9)
Dewa : Sambu – cerewet, gengsian tinggi perasaan, tidak mau disamai, murah hati, suka menolong
Pembawaannya menyenangkan, mudah dapat rezeki.
Umbul-umbul : mengahadap air jambang - rela tetapi harus diperlihatkan - dicintai.
Dekat dengan kemuliaan dan disegani oleh orang besar.
Pohonnya : Pohon Cempaka, punya daya tarik.
Burungnya : Kutilang banyak bicara dan dipercayai, dicintai pembesar.
Bahaya : digondol singa, digigit binatang liar.
Candranya : Kayu kemladeyan patah kasturi arum angambar
Artinya maunya sudah tersiar meski belum terjadi, banyak yang cinta.
Sesajinya : tumpeng kebuli merah kecap, daging ayam merah, jajan pasar dan gecok.
Doanya : tulak bala.
Pantangan : 7 hari sejak selamatan jangan pergi ke timur laut, letak Kala di selatan hadap timur laut.
Hari naas : tidak menentu. Hari baik : tidak jelas.
Wuku Julungwangi weton:
Minggu Pon : Wurukung, Sri, Dadi, Aras Kembang Bumi Kapetak
Senin Wage : Paningron, Hendra Dangu, Lakuning Geni Wasesa Segara Babi tembalung tumuran ing tetaman
Selasa Kliwon : Uwas, Guru, Jagur, Aras Tuding, Sumur Sinaba, Kethek sumengka ing ngawiyat
Rabu Legi : Mawulu, Yama, Gigis, Aras Kembang, Sumur Sinaba, Srigati tumurun ing desa,
Kamis Pahing : Tungle, Rudra, Kerangan Lakuning Bumi Lebu Katiyub Angin
Jum’at Pon : Aryang, Brama, Nohan, Lakuning Lintang, Lebu Katiyup Angin
Sabtu Wage : Warukung Kala Wogan Lakuning Lintang Satriya Wirang


Wuku Julungwangi Weton Kamis Pahing

Weton : Kamis Pahing
Neptu : 8 + 9 = 17
Kamarokam : Mantri SInaroja
Paarasa : Lakuning Bumi
Pancasuda : Lebu Katiyup Angin
Paringkelan : Tungle
Padéwan : Rudra
Padangon : Kerangan
Sengkan Turunan : -
Hari baik : -
.
Watak Kamis : Wrahaspati/Respati (Gelap/Thathit),
Sang Hyang Yama Sasmitanya mamingka renggadikara karananya tuna,
artinya meninggalkan pekerjaan baku menjadi jalan atunan. Wataknya: menakutkan.
Pendirian tak tetap, suka dipuji suka mencacad, mudah emosi.
Mudah terbujuk oleh rayuan halus dan tidak sabaran.. Jika pergi jalan terbuka

Watak Pahing : Simbol dan Pasemon Pasaran Cendhana (sangat etungan untung-rugi)
Pahit artinya pahid atau menghadap ke depan, letak di selatan, warnanya merah,
Sifatnya nekat, suka barang orang lain, mendapat untung
Diibaratkan seperti macan, harimau, suka pergi jauh, mandiri, banyak musuh, didahului marah.
Suka mendahului, suka kebersihan, nafsunya dari perempuan, sering ditipu, individualis.
Jika kehilangan sulit kembalinya.

Watak Kamis Pahing : Cita-citanya tinggi, semangatnya besar, sering salah ucap, menyepelekan orang lain
Watak Neptu 17 : Sifatnya Gertak Bumi. Wataknya pekerjaan mencelakakan.
Tutur kata bersahaja tenang menghanyutkan.
Ingkar janji, meremehkan sesama, apa adanya.
Pendiam, merindukan bulan, sering gagal meski kerja keras.
Sering celaka, sering ditolong. Hati-hati sering difitnah

Hari Naas : Minggu Pon – Jumat Pon – Sabtu Wage.
Hari baik : Tidak jelas.

Paringkelan Tungle : ringkel godhong – daun – kesialan bagi daun:
buruknya: watak mangkir dan buat malu orang.
Pantang menanam pohon/tanaman yang dimanfaatkan daunnya seperti teh.
Baiknya : Bagusdan sanggup memburu daun-daunan dan sayur-sayuran

Padewan Rudra : buruknya : Murah Buja kramane
baiknya : ramah dan penuh rejeki, bagus untuk mencari air kehidupan
Padangon Kerangan : lambang Matahari – serba keras dan teliti berlangsung terus
buruknya : bila tidak adil bahaya,
baiknya : Keras. teliti, tahu baik buruknya, bagus jika membangun masjid

Rakam Mantri SInarejo : senang dan bahagia, dihargai lebih tinggi dari yang sebenarnya
Paarasan Lakuning Bumi : mudah mendapat belas kasihan dari orang lain

Pancasuda Lebu Katiyup Angin : sering pindah rumah, pindah kerja, selalu kurang, mengalami kejadian buruk, boros.
Cerdas, cemerlang, giat, otodidak, sukan riset, cemburuan, sensitif.
Gelisah, nasib tak tentu, putus asa. Pembosan, tak kerasam di rumah.
Ahli lapangan, marketing, sopir

Wuku Julungwangi Rabu Legi

baca selengkapnya dan dapat simpan di file anda dalam bentuk pdf, baca disini





  • Sesaji
  •  


    diposkan oleh: Paguyuban Pakoe Boewono
    http://pakoeboewono.blogspot.com

    Panjenengandalem semua dapat pula membaca di :

    Ritual

    Kejawen, a Javanese traditional spiritual teaching
    The ancient people of Java since 3000 years BC had known the wet-rice cultivation. This system of agriculture requires a smooth cooperation between villagers, is still being practiced to this day. The villagers must have a very high consciousness to organize such a complicated arrangement to be a smooth cooperation, benefited all parties involved. Besides the wet-rice cultivation, they have known also among other fishery, astronomy, cloth weaving, batik, gamelan & wayang. Before the arrival of Hinduism and any other world religions, the Javanese had already a culture & belief(s) of their own.
    In some Javanese traditional ceremonies, ancient rituals remain in place to this day. It is a proof that Javanese people are smart in preserving their precious identity. Besides the existence of widely recognized religions such as Hinduism, Buddhism, Islam & Christianity, a local belief popularly known as Kejawen or Kebatinan does continue to exist.
    Kejawen from the word Jawa (Java) : Javanism, is a Javanese spiritual knowledge in search of good & correct way of life, so the persons practicing the teaching correctly & wholeheartedly should find the spiritual way to true life (urip sejati => urip = life, sejati = true) achieving the harmonious relation between servant & God, JUMBUHING KAWULO GUSTI (jumbuh = a good, harmonious relation, kawulo = servant, gusti = Lord, God).
    This is Kasunyatan - The Reality, Kebatinan from the word Batin = inner, spiritual. Kebatinan = spiritualism, generally understood as the spiritual teaching of belief in one God.
    Some are of the opinion that Kejawen has a broader meaning than Kebatinan, except kebatinan it consists, also of way of thinking, art, tradition, culture etc.
    The existence of Kejawen, in no way can be separated from the Javanese way of life & thinking, the nature & the tradition.
    A Javanese concept prevails to this day is Mamayu Hayuning Bawono - to preserve the beauty of the world in a broader sense means to preserve the universe for the welfare of its inhabitants.
    By nature, a Javanese is an environmentalist, a preserver of nature as clearly shown in their natural oriented tradition & rituals.
    Living in harmony is of prime important - the harmonious relation among people in the society: between human beings and the universe & harmonious relation between servant & God.
    Since their tender ages, the Javanese have been educated by their parents, families, society, teachers etc, the lessons of belief in God, moral behavior & etiquettes etc.
    The elder Javanese always say that all religions are good. So far there is no conflict in Java due to religious differences.
    Up to present date, the four royal palaces in Yogyakarta & Surakarta (Kasultanan under King/Sultan Hamengku Buwono X, Pakualaman under Viceroy/Adipati Pakualam IX, Kasunanan under King/Sunan Paku Buwono XII, Mangkunagaran under Viceroy/Adipati Mangkunagara IX) are the centers of Javanese court culture, where royal ceremonies from the old days are still performed.
    The people culture such as "The Village Cleansing" ceremonies dated back from ancient period take place almost intactly.
    Introducing to Javanese moral behavior, etiquettes & tradition
    Exposing the Universe
    The secret of Dewaruci
    Cipta Tunggal
    Tri-Darma
    The Road to Perfect Life
    Javanese Calendar
    Mamayu Hayuning Bawono
    Pangastuti
    Yatno Moyo
    Methods of Learning Kejawen
    The Experience of :


    Romo Soebadi Poespowinoto
    "The Power of Mataram"
    Ki Soekardi
    "Tayuh and Samadi"
    R.M. Anom Binaji
    "The World of Spirits"
    Sastro Hutomo
    "Seeking a True Knowledge"
    K. Suwardi
    "Sastra Jendra"
    Prof. DR. Sukintoko
    "From Olah Rogo (physical exercises)
    to Olah Roso (true feeling exercises)"

    Prof. Drs. R. Imam Sudjagad Saleh
    "Kejawen a proper way, to improve quality of life"
    Soepadi Soetowilopo
    "To help others is a duty"
    The Noble Women

    Princess G.R.Ay. Brotodiningrat
    I help by giving light to the needy
    Ibu Soekirno Hadipoetranto
    "The peace of mind, a second nature"
    Ibu Sudarni Saimin
    It's up to the wish of God
    How to understand Kejawen