Friday, April 13, 2012
Humancare,Doctors says
MENOPAUSE
a. Pengertian
Menopause merupakan sebuah kata
yang mempunyai banyak arti men dan pauseis adalah kata yunani yang pertama kali
digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid.
Webster Ninth
New Colleglate Dictionary mendefenisikan menopause sebagai berhentinya haid
secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45 dan 50 tahun.Menopause
kadang-kadang juga dinyatakan sebagai masa berhentinya haid sama sekali ( Kasdu
2002 – 9 )
Kata menopause hanya mengandung
arti Akhir masa menstruasi, walaupun demikian , dalam penggunaan umum,
menopouse mempunyai makna transisi atau peralihan dari beberapa tahun sebelum
mensis terakhir sampai satu tahun sesudahnya
( Sudja
Greenwood,MD,4-5 ).
Menopause merupakan suatu tahap
dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi, yang menunjukkan
berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi yang secara normal terjadi
antara usia 40 tahun sampai 50 tahun .
( Hammasa 2004-28
)
b. Tiga masa penting yang
berhubungan dengan menopouse
1. Klimakterium , yakni
merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium.
2. Menopause adalah saat haid
terakhir atau saat terjadinya haid terakhir . Tahap Klimakterium :
1) Sebelum menopause disebut dengan
pramenopause.
2) Menopause
3) Sesudah menopause disebut dengan Pasca
menopause
3. Senium
Masa sesudah pasca menopause ,
ketika telah tercapai keseimbangan baru dalam kehidupan wanita , sehingga tidak
ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis.
c. Faktor yang mempengaruhi
Menopause
1. Menarche ( usia saat haid
pertama kali ).
Beberapa ahli yang melakukan
penelitian menemukan adanya hubungan antara pertama kali mendapatkan haid
dengan usia seseorang wanita memasuki menopause.
2. Faktor Psikis
Keadaan
seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan
psikis seorang wanita
3. Jumlah Anak
Meskipun belum ditemukan hubungan
antara jumlah anak dan menopause,
beberapa
peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan maka semakin
tua atau lama memasuki menopause.
4. Usia Melahirkan
Masih berhubungan dengan melahirkan
anak, bahwa semakin tua seseorang
melahirkan anak, semakin tua ia
memulai memasuki usia menopause.
5. Pemakaian Kontrasepsi.
Pemakaian kontrasepsi ini,
khususnya alat kontrasepsi jenis hormonal.
Hal ini bisa terjadi karena cara
kerja kontrasepsi yang menekan fungsi Indung
Telur sehingga tidak memproduksi
sel telur. Pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi ini akan lebih lama
atau tua memasuki usia menopause.
6. Merokok
Diduga , wanita perokok akan lebih
cepat memasuki masa menopause.
7. Sosial Ekonomi
Meskipun data
pasti belum diperoleh , dalam bukunya, dr.Faisal menyebut kan bahwa menopause
kelihatannya dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi , disamping
pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi badan dan
berat badan wanita yang bersangkutan, termasuk kedalam pengaruh sosial ekonomi.
8. Gizi
Pemenuhan gizi yang memadai akan
sangat membantu dalam menghambat
Berbagai dampak negatif menopause
terhadap kinerja otak, mencegah kulit
Kering , serta barbagai penyakit
lainnya.
d. Proses Terjadinya Menopause
Menopause terjadi karena habisnya
folikel sel telur pada indung telur. Jumlah sel ketika dilahirkan adalah
sekitar 733.000 dan jumlah ini akan terus berkurang selama masa kanak-kanak dan
masa reproduksi. Pada usia 39-45 tahun jumlah sel telur kira-kira 10.900. Pada
siklus haid 10-15 sel telur akan dipersiapkan untuk berkembang, tetapi umumnya
hanya satu folikel yang akan berkembang pesat dan mengalami ovulasi (pelepasan
sel telur dari folikel indung telur). Sisanya juga sebahagian besar sel telur
akan mengalami hambatan perkembangan, pengisutan dan penyerapan. Dengan
demikian proses pemusnahan folikel berlangsung cepat. Semakin sedikit folikel
yang berkembang semakin berkurang hormon estrogen dan progesteron (Syahlan).
Kenyataan ini membuktikan bahwa
kehidupan reproduksi sangat dipengaruhi oleh produksi sel-sel telur yang
dihasilkan oleh indung telur. Karena melalui pengeluaran sel-sel telur organ
reproduksi bekerja yang kemudian mempengaruhi siklus kehidupan seorang wanita
artinya wanita akan mengalami perubahan besar dalam tubuhnya sejak belum haid,
haid dan berhenti haid. Hal ini akan mempengaruhi fisik maupun psikis seorang
wanita secara keseluruhan. Akibat perubahan dalam system endokrin maka akan
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang merupakan gejala dan gangguan
dalam masa meopause ( Kasdu,2002:31 )
Selain itu kekuatan atau kelenturan
alat kelamin luar (vagina dan vulva) menurun, demikian juga jaringan alat tubuh
lain yang berada dibawah pengaruh estrogen (Syahlan).
Pada umunya menopause terjadi pada
usia 56-60 tahun (manuaba). Menopause dapat terjadi lebih dini akibat beberapa
penyakit antara lain Anemia dan Tuberculosis. Selain itu menopause dapat
terjadi secara buatan sebagai akibat pembedahan dan pengangkatan kedua ovarium
atau pengobatan dengan sinar radiasi (Syahlan).
e. Tanda dan Gejala Menopause
1. Menstruasi menjadi tidak
teratur
Pola haid berubah secara bertahap.
Jumlah darah yang keluarpun berkurang
Dan lama
darah mengalir juga semakin singkat. Jarak antara haid semakin jauh dan
akhirnya haid akan berhenti. Tapi terkadang disertai dengan jumlah yang sangat
banyak, tidak seperti perdarahan haid normal. Sebahagian wanita ada yang
mendapat haid tiga minggu sekali dan berlangsung selama tujuh sampai sepuluh
hari.
2. Kotoran haid yang keluar
banyak sekali ataupun sangat sedikit.
3. Muncul gangguan vasomotoris
berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh darah.
4. Merasa pusing saja disertai
sakit kepala terus menerus.
5. Berkeringat tidak hentinya.
6. Neuralgia atau gangguan
/penyakit syaraf dan lain-lain.
f. Keluhan- keluhan pada masa
menopause
1. Gejala rasa panas ( hot
fluses )
Sekitar 80 %
perempuan menopause mengalami hot flush (tubuh terasa panas) Gelombang rasa
panas ini timbul pada pipi, yang kadang-kadang menjalar ke leher, dada bahkan
seluruh tubuh yang disusul keluarnya keringat yang banyak. Perasaan panas ini
berlangsung sampai 30 menit – 1 jam. Berdasarkan penelitian dari Utian pada
tahun 1980 pada 1000 wanita usia menopause, 62% merasakan adanya gejolak rasa
panas. Namun biasanya tidak mengganggu kegiatan
Sekitar 80% perempuan menopause mengalami hot flush (rasa panas pada
tubuh yang terasa sehari-hari).
Rasa panas ini dapat dikurangi
dengan menghindari makanan yang dapat
merangsang terjadinya hot flush seperti kafein, alkohol serta makanan
yang
pedas, menghindari situasi yang
bisa membuat terjadinya hot flush seperti temperatur yang tinggi, ruangan yang kurang
berventilasi serta keadaanemosi yang bisa membuat timbulnya kemarahan.
2. Kekeringan Vagina
Terjadinya karena leher rahim sedikit
sekali mensekresi lendir, penyebabnya adalah penurunan produksi estrogen
sehingga dinding vagina maupun uretra menipis serta lebih lembut dan rapuh karena pelembab alami berkurang
dari sebelumnya. Hal ini berarti dapat menimbulkan nyeri pada saat senggama.
Ini juga menimbulkan kerentanan terhadap infeksi vagina kadang juga terhadap
infeksi kandung kemih karena estrogen yang didapat tidak lebih tinggi setiap
bulannya.
3. Osteoporosis
Pada saat menopause terjadi
penurunan fungsi estrogen dalam tubuh wanita. Setelah estrogen tidak berlimpah
lagi tulang larut lebih cepat dari pada menjadi padat, karena estrogen memiliki
fungsi melestarikan kekuatan tulang dengan pemberian kalsium terus menerus,
kekurangan kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan menyerap kembali kalsium yang
terdapat dalam tulang akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh.
4. Perubahan kulit
Estrogen berperan penting dalam
menjaga elastisitas kulit, sehingga sesudah menopause kulit menjadi kering,
tipis dan kurang elastis terutama di daerah muka, leher dan lengan. Hal ini
terjadi karena estrogen punya pengaruh dalam mencairkan bahan berupa lilin yang
diproduksi dalam sel-sel kulit.
5. Insomnia
Hal ini
bisa terjadi karena
adanya perubahan fisik
seperti wajah memerah dan
keringat dimalam hari, tapi juga dapat di akibatkan oleh perubahan psikis.
6. Pusing dan sakit kepala.
Keluhan ini bisa oleh karena banyak
hal misalnya karena meningkatnya tekanan darah, adanya gangguan penglihatan
atau bisa juga disebabkan oleh pengaruh fisik dan psikis lain.
7. Perubahan pada gairah seksual
Hal ini disebabkan pengaruh
hormonal ataupun pengaruh psikis. Adanya rasa takut, tegang, gelisah, lekas
marah, gugup, sukar berkonsentrasi, lekas lupa dan susah tidur. Karena adanya
wanita beranggapan bahwa mereka sudah kehilangan fungsinya sebagai wanita
karena tidak bisa hamil lagi. Di lain pihak ada juga yang menafsirkan
terhentinya kehidupan seksual. Meskipun ada dorongan ke arah itu mereka merasa
kurang pantas.
8. Pertambahan berat badan.
Faktor
utamanya adalah masukan energi dalam bentuk makanan lebih besar dari
pengeluarannya seperti olah raga. Perubahan hormonal pada masa menopause
mempengaruhi rasa lapar.
9. Keluhan-keluhan psikologis
Berupa rasa
takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah, mudah tersinggung, gugup dan
mental yang kurang mantap. Bila seorang wanita ketika mudanya mempunyai
kecenderungan mudah dipengaruhi keadaan emosionalnya maka ia akan mengalami
gangguan psikologis yang lebih berat pada saat menopause.
Perubahan-perubahan
pada masa menopause
1 Perubahan Organ Reproduksi
~ Vulva
Vulva akan
kehilangan jaringan lemak dan mengakibatkan pengurangan lipatan labia mayora
dan berkurangnya tonjolan.
~ Vagina
Elastisitasnya
berkurang, lipatan-lipatannya menghilang, dinding menipis, mengalami kekeringan
sehingga mudah mengalami perlukaan.
~ Uterus
Mengecil dan endometrium mengalami
atrofi (penipisan)
~ Tuba fallopi
Saluran ini akan mengalami penipisan pada
selaput lendir dan akhirnya rambut getar akan menghilang
2 Perubahan
Organ Lain
~ Jaringan dasar panggul
Mengalami atrofi, menghilangnya tonus
ketegangan otot dalam keadaan istirahat
dan elastisitasnya akan dapat menyebabkan prolapsus uterovaginal.
~
Perinium dan anus
Akan mengalami atrofi (penipisan).
Lemak disekitarnya akan menghilang, tonus otot
lingkar anus juga hilang sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia
alvia (tidak dapat menahan BAB)
~ Kandung kemih
Dindingnya
akan mengalami atrofi, aktifitas kendali otot hilang, infeksi mudah terjadi,
keluhan dapat berupa sering berkemih, susah berkemih ataupun tidak dapat
menahan BAK.
~ Payudara
Puting susu menjadi kecil dan
kurang erektil, pigmentasi berkurang.
3
Perubahan-perubahan Lainnya
~ Kenaikan
berat badan ringan kurang lebih 29 % dari wanita klimakterium. Penyebaran lemak di temukan terutama
ditungkai atas, pinggul, perut bawah dan lengan atas.
~ Hipertensi
Permulaan penyakit paling banyak terjadi
selama masa klimakterium.
~ Osteoporosis
Tulang
menjadi rapuh sehingga mudah terjadi patah tulang kira-kira 20-30% wanita
terancam untuk mengalami patah tulang karena osteoporosis disaat mereka
mencapai usia 70 tahun sebab sepanjang kehidupannya, massa tulang menyusut
40%-50%.
~ Proses
menua pada persendian, terutama sendi penopang berat badan memberikan gejala dini
berupa nyeri serta kaku sendi setelah istirahat.
~ Virilisasi,
menurunnya tanda atau sifat feminim akibat perubahan hormonal
dan timbulnya maskulinisasi.
b. Reaksi seorang wanita terhadap datangnya
menopause.
1 ) Reaksi pasif.
Wanita secara
pasrah menerima hal yang tidak dapat dielakkan lagi, biasanya di temukan pada
wanita yang berpendidikan rendah dan tinggal di pedesaan.
2 )
Reaksi Neorosis
Reaksi yang
ditimbulkan oleh penolakan yang keras akan datangnya menopause
3 )
Reaksi Hiperaktif
Reaksi
penolakan dengan seolah-olah mengabaikan datangnya menopause dengan cara
meningkatkan perhatian pada pekerjaan dan hobi serta tidak setuju dengan
keluhan-keluhan wanita lain.
4 )
Reaksi Adekuat.
Reaksi wajar
yang diberikan wanita yang memasuki masa menopause, ini dialami oleh sebahagian
besar wanita. Hal ini dapat terjadi efektif pada wanita yang sehat.
c. Kiat
hidup sehat dalam
menjalani masa menopause.
1. Terapi Sulih hormon (TSH)
atau HRT merupakan pilihan untuk
mengurangi keluhan pada wanita dengan keluhan atau mencegah berbagai keluhan
seperti vasomotor. Vagina yang kering dan gangguan saluran kandung kemih TSH
juga dapat mencegah perkembangan penyakit akibat dari kehilangan hormon
estrogen seperti osteoporosis dan jantung koroner.
2. Olah Raga
Banyak wanita usia lanjut enggan
melakukan olah raga dengan alasan ketuaan, namun apabila kebiasaan ini sudah
menjadi bahagian aktifitas sehari-hari, usia tua bukan halangan untuk
meneruskan kebiasaan ini, karena olah raga memiliki manfaat sebagai berikut :
a) Menguat tulang dengan bergerak
b) Meningkatkan kebugaran
c) Mencegah penyakit
d) Menstabilkan berat badan
e) Mengurangi keluhan menopause
f) mengurangi stres
3. Nutrisi.
Bertambahnya
usia menyebabkan beberapa organ tidak melakukan perbaikan (remodeling) diri
lagi. Misalnya massa tulang tidak melakukan pembentukan kembali. Selain itu,
semakin tua aktifitas yang dilakukan juga tidak seperti dulu sehingga kalori
yang dikeluarkan juga berkurang, selain itu kalori untuk metabolisme juga
menurun. Setiap orang membutuhkan makanan gizi seimbang yang mengandung zat
gizi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
4. Gaya Hidup.
Gaya hidup
seseorang menentukan kesehatannya dimasa yang akan datang. Gaya hidup mungkin
tidak memberikan dampak yang langsung sekarang tetapi beberapa tahun kemudian.
Salah satu gaya hidup yang sudah mulai dikurangi atau kalau mungkin dihentikan
adalah merokok, kebiasaan alkohol, meskipun kebiasaan ini jarang dilakukan
wanita indonesia.
5.
Pemeriksaan Kesehatan
Dengan
bertambahnya usia, perhatian akan kesehatan diri harus lebih di prioritaskan.
Artinya sakit atau tidak, menggunakan TSH atau tidak, sebaiknya wanita dimasa
menopause tetap melaksanakan deteksi dini
6. Meningkatkan kehidupan religi
Seringkali
dalam kehidupan modern masyarakat kota mengalami kesehatan dan kegelisahan yang
tidak kunjung reda. Meskipun secara fisik tidak ada keluhan yang berarti,
tetapi demi kesehatan diri mereka melakukan berbagai hal sebagai antisipasi.
Kejenuhan jiwa/batin yang mungkin akan menyeimbangkan seluruh kehidupan yang
sudah dijalani. Apalagi dengan bertambahnya usia, hampir semua pengalaman sudah
dialami, baik berbentuk kepuasan maupun ketidakpuasan. Apapun hasilnya pada
akhirnya adalah ketenangan batin yang ingin dicapai yaitu dengan cara
mengembalikan lagi pada kita sebagai mahluk Allah Yang Maha Besar.
MELURUSKAN ARTIKEL YANG PERNAH DIBUAT DAN DITERBITKAN OLEH AYAH SAYA (ALMARHUM) RM.SOEGIYO ZALDY ZORRO DARSITA,BC.HK ALIAS KPH.POERBODININGRAT :
KISAH KELUARGA YANG SELALU BERBAKTI PADA TANAH AIRNYA:
I. BAKTI PADA TANAH AIRNYA KERATON SOERAKARTA
1. PANGERAN ARIO POERBODININGRAT : MASA KECIL HINGGA DEWASA SERTA LANGKAH MENITI KARIER
Langit diatas kota Surakarta cerah pada waktu itu tepat di hari Ahad/ Minggu Pon, 17 Agustus 1851 atau 18 Sawal 1779 Tahun ALIP Windu KUNTARA Wuku JULUNGWANGI atau 19 Syawal 1267H pada jam setengah tujuh sore hari (yang nantinya Beliau wafat pada Sabtu Pahing 7 Desember 1940, 6 Dulkangidah 1871 Tahun Dal Windu Adi Wuku Marakeh,7 Zulkaidah 1359 H) , terdengar tangis bocah kecil yang kelak akan bernama Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat,di dalam kompleks cepuri Karaton Soerakarta di kala itu, Bapak dari bocah kecil itu sedang berjuang untuk meraih tahta kerajaan Karaton Soerakarta (suksesi),yang kala itu kerajaan Karaton Soerakarta masih dipegang oleh pamannya yaitu Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono VIII, waktu itu banyak kandidat calon pengganti raja diantaranya adik dari Pakoe Boewono VIII. Di saat ketegangan suksesi memuncak lahirlah bocah kecil bernama Bandoro Raden Mas Abadi yang kelak bernama Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat yang lahir dari Raden Dojoasmoro (yang nama sebenarnya adalah Raden Adjeng Koesnijah cucu Pakoe Boewono VIII) dengan Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Praboewidjojo (yang kelak bernama Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono IX). Tangisan bayi kecil Bandoro Raden Mas Abadi membuat hati para dayang-dayang dan seisi istana gembira dan bersuka cita. Lahirnya Bandoro Raden Mas Abadi ini begitu sangat menghibur hati Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Praboewidjojo yang kala itu sedang resah dan gundah hatinya.
Begitu banyak cerita yang menarik tentang Bandoro Raden Mas Abadi diantaranya : beliau pada umur dua tahun begitu sangat aktif dan tidak bisa diam, dayang pengasuhnya sampai kewalahan mengasuhnya setiap benda yang ada didekatnya selalu dilemparkan ke orang-orang didekatnya. Beranjak umur tiga tahun beliau sudah nampak kecerdasannya, beliau sudah bisa membuat mainan sendiri dari bahan-bahan disekitarnya. Beranjak umur enam tahun Bandoro Raden Mas Abadi gemar menulis dan membaca, kegemarannya itu berlanjut samapai beliau tua dan beliau pun bisa membuat lukisan dan batik meskipun belum begitu sempurna membatiknya, teman bermain beliau adalah anak dari Tuan Godlip paman suami dari bibinya. Beranjak umur sebelas tahun Bandoro Raden Mas Abadi gemar melihat,mengamati dan belajar dari tukang besi,empu,tukang pembuat wayang dari kulit,tukang pengasah batu mulia,tukang pembuat perhiasan dari emas,tukang pembuat gamelan,guru karawitan,guru tari,guru silat dan olah kesaktian,guru keprajuritan,guru intelejen,pujangga,dan guru ketatanegaraan, dan lain-lain samapai-sampai tidak ada yang tidak beliau pelajari, dan semua yang beliau pelajari dapat beliau cerna dan pahami.
Langit diatas kota Surakarta cerah pada waktu itu tepat di hari Ahad/ Minggu Pon, 17 Agustus 1851 atau 18 Sawal 1779 Tahun ALIP Windu KUNTARA Wuku JULUNGWANGI atau 19 Syawal 1267H pada jam setengah tujuh sore hari (yang nantinya Beliau wafat pada Sabtu Pahing 7 Desember 1940, 6 Dulkangidah 1871 Tahun Dal Windu Adi Wuku Marakeh,7 Zulkaidah 1359 H) , terdengar tangis bocah kecil yang kelak akan bernama Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat,di dalam kompleks cepuri Karaton Soerakarta di kala itu, Bapak dari bocah kecil itu sedang berjuang untuk meraih tahta kerajaan Karaton Soerakarta (suksesi),yang kala itu kerajaan Karaton Soerakarta masih dipegang oleh pamannya yaitu Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono VIII, waktu itu banyak kandidat calon pengganti raja diantaranya adik dari Pakoe Boewono VIII. Di saat ketegangan suksesi memuncak lahirlah bocah kecil bernama Bandoro Raden Mas Abadi yang kelak bernama Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat yang lahir dari Raden Dojoasmoro (yang nama sebenarnya adalah Raden Adjeng Koesnijah cucu Pakoe Boewono VIII) dengan Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Praboewidjojo (yang kelak bernama Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono IX). Tangisan bayi kecil Bandoro Raden Mas Abadi membuat hati para dayang-dayang dan seisi istana gembira dan bersuka cita. Lahirnya Bandoro Raden Mas Abadi ini begitu sangat menghibur hati Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Praboewidjojo yang kala itu sedang resah dan gundah hatinya.
Begitu banyak cerita yang menarik tentang Bandoro Raden Mas Abadi diantaranya : beliau pada umur dua tahun begitu sangat aktif dan tidak bisa diam, dayang pengasuhnya sampai kewalahan mengasuhnya setiap benda yang ada didekatnya selalu dilemparkan ke orang-orang didekatnya. Beranjak umur tiga tahun beliau sudah nampak kecerdasannya, beliau sudah bisa membuat mainan sendiri dari bahan-bahan disekitarnya. Beranjak umur enam tahun Bandoro Raden Mas Abadi gemar menulis dan membaca, kegemarannya itu berlanjut samapai beliau tua dan beliau pun bisa membuat lukisan dan batik meskipun belum begitu sempurna membatiknya, teman bermain beliau adalah anak dari Tuan Godlip paman suami dari bibinya. Beranjak umur sebelas tahun Bandoro Raden Mas Abadi gemar melihat,mengamati dan belajar dari tukang besi,empu,tukang pembuat wayang dari kulit,tukang pengasah batu mulia,tukang pembuat perhiasan dari emas,tukang pembuat gamelan,guru karawitan,guru tari,guru silat dan olah kesaktian,guru keprajuritan,guru intelejen,pujangga,dan guru ketatanegaraan, dan lain-lain samapai-sampai tidak ada yang tidak beliau pelajari, dan semua yang beliau pelajari dapat beliau cerna dan pahami.
Pada tanggal 30 Desember 1861 (yang bertepatan pada hari Senin Legi, 30 Desember 1861,26 Jumadilakhir 1790 Tahun JE Windu SANGARA Wuku SUNGSANG, 27 Jumadilakhir 1278H) Bapak beliau yaitu Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Praboewidjojo diangkat menjadi Raja di Karaton Soerakarta Hadiningrat yang selanjutnya bergelar Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono IX, sehingga beliau Bandoro Raden Mas Abadi pun mendapat penganugerahan dari Pakoe Boewono IX dengan gelar Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat atau lebih dikenal dikalangan Eropa dengan nama Pangeran Hario Poerbodiningrat. Sewaktu beliau berumur dua belas tahun beliau disuruh Pakoe Boewono IX menemani dalam lawatan Sinuwun ke Eropa, dan di setiap menemani Sinuwun ke Eropa beliau selalu menyempatkan diri membeli buku-buku pengetahuan, ataupun membaca buku di perpustakaan serta melihat,mengamati dan mempelajari di laboratorium. Saat umur dua belas tahun itu pun beliau mendapatkan rekomendasi belajar ke A.M.S (Algemeene Midelbaare School), karena beliau nampak kepandaiannya, beliau menempuh sekolah itu hanya dalam waktu dua tahun, beliau juga disayangi dan disukai guru-guru beliau, hingga Hooge Meester (Kepala Sekolah A.M.S) merekomendasikan untuk beliau melanjutkan kuliah ke Leiden (kuliah dibidang militer), namun selain kuliah di bidang militer beliau juga mempelajari bidang-bidang keilmuan yang lainnya melalui teman-teman sekuliahnya. Lama kuliah beliau lima tahun, setelah bernajak umur tujuh belas tahun beliau lulus dari kuliah beliau. Selama beliau kuliah di Leiden, beliau sering memanggil dan menyuruh para abdidalem untuk mengamati perkembangan yang ada di dalam Keraton Soerakarta selama beliau kuliah.
Beranjak umur delapan belas tahun beliau pulang ke tanah air beliau, dan langsung menghadap Bapak beliau yaitu Sinuwun Pakoe Boewono IX sampai-sampai bahagia perasaan Sinuwun kala itu menemui anak beliau pulang dari kuliah. Namun kala itu tanah air beliau , sedang mengalami banyak pergolakan politik yang dilancarkan oleh beberapa pihak atau kelompok yang terkenal dengan “ begal,kecu,maling, dan gedhor “ (= yaitu sejenis pencurian dan perampokan dan tak ketinggalan pula disertai pembunuhan), hal ini terjadi karena adanya ketidakadilan yang dilakukan oleh para tuan tanah dan pemodal yang memeras tenaga para pekerja dan mengupahnya dengan sangat murah, namun harga-harga kebutuhan pokok sangat mahal dan tidak terjangkau rakyat, dan banyak kelaparan disana sini). Maka dari itu beliau diperintahkan oleh Sinuwun untuk belajar ke Belanda di bidang intelejen sampai beliau berumur dua puluh lima tahun. Dan setelah beliau berumur dua puluh enam tahun, beliau ditugaskan dibidang militer dengan pangkat Luitenan Kolonel (Overste) dan juga diberi gelar oleh Sinuwun dengan pemberian nama Pangeran Ario Poerwodiningrat dan saat itu juga beliau membeli dari seorang belanda rumah yang sekarang berada di jl.suryo no.20 Kel.Purwodiningrat Jebres Surakarta (yang mulai th.1948-1949 disrobot oleh R.Wongsopandoyo (yang termasuk kelompok merah sepanjang bengawan solo dan diduga dia berasal dari sekitar Klaten, terindikasi termasuk gerombolan perampok dan pembunuh,sekarang ini rumah Pangeran Ario Poerbodiningrat atau Pangeran Ario Poerwodiningrat yang telah disrobot R.Wongsopandoyo, sekarang ditempati keturunannya yang bernama R.Wakidjo (yang sekarang berubah kepemilikan menjadi terpecah dalam ; RVO (Regleement Vereineging Ordonantie),Perceel 280 (yang berubah menjadi SHM No.349 atas nama R.Wakidjo), dan Perceel 228 (yang berubah menjadi SHM No.350 atas nama R.Wakidjo), pensertifikatannya tidak diketahui ahli waris maupun juga Kraton, hal ini mungkin akan berakibat cacat hukum atau batal demi hukum), lihat foto dibawah ini).
Gambar: foto keluarga R.Wakidjo keturunannya
Wongsopandojo yang menyrobot rumah dan tanah R.Koesen B.K.P.H.Kolonel
Poerbodiningrat di Jl.Surya No.20 Poerwodiningratan Surakarta (foto
didapat penulis dari
Beliau bertugas mengawasi gerak-gerik pergolakan politik dan meredamnya, diantaranya aksi pencurian dan pembunuhan yang terjadi di Juwiring Klaten, perampokan dan pembunuhan di Tegalgondo Klaten, perampokan dan pembunuhan di Gondang Sragen, dan lain-lain masih banyak lagi। Hingga beliau umur tiga puluh tahun, beliau mengabdi pada tanah airnya dibidang militer dan kepolisian।
Seiring dengan beliau bertugas kemiliteran dan kepolisian, beliau juga berbisnis diantaranya : usaha batik, batu mulia, perhiasan dari logam mulia, meubel, dan lain-lain, yang menjadi komoditi eksport beliau, dalam hal ini beliau bekerjasama dengan keluarga Tuan Godlip (keluarga bangsawan dari Jerman), selain itu beliau mendapat pengakuan dari Karaton Soerakarta Hadiningrat, bahwa beliau mempunyai semua harta dan bahwa itu benar-benar milik beliau pribadi, karena keahlian beliau dalam berdagang dan berkarya, sehingga Sinuwun Pakoe Boewono IX memerintahkan pada Patih Kangdjeng Raden Adipati Sosrodiningrat menegaskannya dalam Soerat Pikoekoeh No.204 (yang dikeluarkan pada Jum'at Pahing, 2 September 1881,8 Sawal 1810 Tahun JIMAKIR Windu ADI Wuku PAHANG,7 Syawal 1298H). Mulai dari beliau berumur kurang lebih dua puluh tahun beliau selalu mempraktekkan apa saja ang pernah beliau pelajari di bangku kuliah maupun dari para guru dan empu, diantaranya membuat alat-alat eksplorasi,membuat usaha-usaha batik beraneka ragam,membuat usaha-usaha meubelair,membuat usaha-usaha pembuatan gamelan, membuat usaha-saha pembuatan wayang kulit,membuat usaha-usaha pembuatan mesiu,membuat beraneka ragam gending-gending jawa, membuat beraneka ragam tari-tarian,membuat tata praja modern, mengaudit keuangan, membuat usaha-usaha batu mulia, membuat usaha-usaha pembuatn besi mulia dan di eksport ke Negara-negara di Eropa, dan usaha-usaha lainnya. Selain itu beliau juga berbisnis dengan keluarga Tuan Godlip, yaitu berupa bisnis pembuatan perhiasan dari batu mulia, dan logam mulia, dan juga berbisnis pemurnian logam mulia yang dibutuhkan di sekitar Eropa dan Amerika, serta melayani pula alat-alat dibidang moneter dan perbankan, selain itu beliau dipercaya sebagai staf ahli pada salah satu bank terkenal di Eropa. Selain itu beliau juga sangat suka turun ke desa, disertai tirakat dan bertapa, dalam perjalanan beliau selalu disertai para abdidalem prajurit yang setia dan patuh pada beliau. Dalam perjalanan beliau turun ke desa, tak lupa beliau dan para abdidalem prajurit juga mengajarkan ilmu silat dan olah kesaktian, dan setelah beliau mengajarkannya lantas beliau memuridkan pemuda-pemuda desa sehingga terbentuklah padepokan bela diri disetiap desa yang beliau lalui.
Pada waktu beliau berumur tiga puluh tahun, beliau ditugasi oleh Sinuwun menjabat sebagai Pejabat Bagian Bea dan Cukai di Pelabuhan Soerabaia., yang ditugaskan oleh Sinuwun mengawasi kapal barang yang keluar masuk pelabuhan disamping itu beliau juga ditugasi memperbaiki sistem manajemennya.
Waktu beliau berumur empat puluh tahun, beliau menikah dengan Raden Adjeng Soemasti putri dari Kangdjeng Pangeran Hario Hadiwijaja putra Mangkoenagoro IV (= beliau adalah istri permaisuri/padmi/sah BKPH.Kol.Poerbodiningrat/RM.Koesen (karena baru dewasa ini bermunculan yang mengaku anak keturunan BKPH.Kol.Poerbodiningrat/RM.Koesen dari istri selir/tidak sah). Meskipun beliau menikah namun, lama beliau mempunyai anak, beliau mempunyai anak setelah beliau berumur lima puluh tahun. Anak yang terlahir sewaktu beliau berumur lima puluh tahun ialah seorang putri bernama Bandoro Raden Adjeng Bandiyah atau sering disebut dengan nama Raden Adjeng Soetarmi, dikarenakan beliau merasa tidak tenang setelah peristiwa suksesi di Karaton Soerakarta mulai tahun 1880 hingga 1893. Setelah meredanya gelombang suksesi di Karaton Soerakarta mereda yaitu setelah adik beliau menang suksesi dan bergelar Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono X, beliau ditugaskan juga menjabat sebagai Pejabat Bagian Bea dan Cukai di Pelabuhan Semarang selain juga sebagai Pajabat Bagian Bea dan Cukai di Pelabuhan Soerabaia. Di Semarang beliau membuat lapangan pekerjaan yaitu berupa CV dan NV bersama-sama dengan teman kuliahnya. Saat beliau berumur lima puluh tahun, beliau juga membuka lapangan kerja yatiu berupa CV dan NV yang ergerak dibidang eksport –import tanaman hias dan bunga-bungaan.
Tepat beliau berumur lima puluh tahun, beliau pulang ke Karaton Soerakarta ikut menyaksikan bahwa anak/putri beliau bernama Bandoro Raden Adjeng Bandiah atau Raden Adjeng Soetarmi mendapat pengakuan dari Karaton Soerakarta Hadiningrat, bahwa anak/putri beliau tersebut mempunyai semua harta dan bahwa itu benar-benar milik dari beliau pribadi dan anak/putri beliau tersebut sebagai penerusnya, karena keahlian beliau dalam berdagang dan berkarya, sehingga Sinuwun Pakoe Boewono X memerintahkan pada Patih Kangdjeng Raden Adipati Sosrodiningrat menegaskannya dalam Soerat Pikoekoeh No.10 (yang diterbitkan pada Minggu Wage 17 Juni 1900,18 Sapar 1830Tahun Je Windu Sancaya Wuku Warigalit,18 Safar 1318 H)
B.R.Ay. Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo putri RM.KOESEN
2. PANGERAN ARIO POERBODININGRAT : SEMASA SUKSESI
Mengulang
lagi kisah beliau Pangeran Ario Poerbodiningrat saat berumur empat
puluh tiga tahun, tepatnya pada tanggal 1 Januari 1893 (yang bertepatan
pada hari Minggu Legi, 1 Januari 1893,12 Jumadilakhir 1822 Tahun JE
Windu SANGARA Wuku WARIGAGUNG, 12 Jumadilakhir 1310H), ayah beliau yaitu
Sinuwun Pakoe Boewono IX memanggil beliau Pangeran Ario Poerbodiningrat
atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat ke Istana
Tetirah di
R.M.SOEGIYO ZALDY ZORRO DARSITA,Bc.Hk Cucunya RM.KOESEN
(anak kandung satu-satunya dari B.R.Ay.Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo)
Langenharjo, dengan disaksikan oleh Pangeran
Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario
Haryomataram, Pangeran Ario Praboeningrat , dan Pangeran Ario
Koesoemodiningrat, dalam hal ini Sinuwun Pakoe Boewono IX berpesan
(dalam Serat Wara Iswara) yaitu : “ Poma-poma trahingwang, aja sira
umadeg Aji, mung nyuwuna berkahipun luluhur Nata, sabab Ratu yen sinedya
dadi luput, amung Gusti Allah Sang Malikul Kusna kang hanetepke Adeging
Aji “. ( artinya : pesanku (Sinuwun) pada anak-anak keturunanku, jangan
lah kamu terlalu berharap berdiri sebagai Raja saja, tetapi selain dari
itu memintalah berkah nenek moyangmu para Raja, karena kalau hanya
berharap saja menjadi Raja jikalau tidak disertai doa dan permohonan
dengan ucapan syukur kepada Allah pastilah tidak terlaksana, karena yang
menetapkan seseorang menjadi Raja hanyalah Allah Sang Malikul Kusna ).
Pesan Sinuwun Pakoe Boewono IX tadi terucap disaat Sinuwun dalam keadaan
sakit oleh karena kelelahan setelah Acara Tingalandalem Jumenengan
Sinuwun yang ke tiga puluh satu. Hal kesehatan Sinuwun yang menurun
dikarenakan sewaktu Acara Tingalandalem Jumenengan Sinuwun menerima
banyak tamu yang tidak ada hentinya hingga tiga puluh hari tiga puluh
malam lamanya, para tamu yang datang itu diantaranya ialah : Raja/Ratu
Belanda,Tuan Gubernur Jenderal,Tuan Gubernemen, Tuan Residen, Tuan-tuan
Duta Besar Negara-Negara tetangga,Negara-Negara di seluruh Eropa,dan
Raja atau Perwakilan Negara-Negara di Seluruh Dunia, disamping itu juga
para Sentana (Kerabat/Keluarga Raja), dan Para Raja di seluruh
Nusantara. Karena Sinuwun sangat kelelahan sehingga Sinuwun bertamasya
ke vila relaksasi sinuwun di Langenharjo, selama Sinuwun relaksasi di
Langenharjo, Sinuwun memanggil keenam putranya yaitu :Bandoro Kangdjeng
Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat, Pangeran Ario Praboewidjojo
atau Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario Haryomataram, Pangeran Ario
Praboeningrat , Pangeran Ario Djojokoesoemo dan Pangeran Ario
Koesoemodiningrat, yang menghadap Sinuwun selain keenam putranya, yaitu
: B.R.Ay.Soeriodipoero, B.R.Ay.Wiriodiningrat, Pangeran Ario
Hadikoesoemo, B.R.Ay.Adipati Sosrodiningrat, dan Pangeran Ario
Pakoeningrat. Akan tetapi putra-putri Sinuwun yang lainnya tidak bisa
menghadap karena sudah pulang kembali ke daerah-daerah tugasnya
masing-masing. Pada pertemuan Sinuwun dengan putra-putrinya di
Langenharjo, Sinuwun banyak sekali memberikan pesan-pesan dan nasihat,
yang diantaranya ialah :
a)“ Sira kabeh padha rukuna nganti mengkone nadyan Ingsun wus kondur
ing jaman kelanggengan. Sira kabeh padha rukuna aja padha regejegan,nek
ana rembug dirembug aja padha cengkrah, nek ana rijeki sathithik padha
dipangan sithik,semono uga ana rijeki akeh padha dipangan akeh. Lan sing
baku sira kabeh padha gawe makmure Praja lan kawula, aja amung gawe
makmure dhewe “. (artinya : hei kalian semua putra-putriku, aku berpesan
hendaklah nantinya kalian hidup rukun satu sama lain, walau aku sudah
berpulang ke rahmatullah, aku harap kalian nantinya hendaklah hidup
rukun satu dengan lainnya, kalau ada permasalahan diantara kalian,
hendaklah kalian jangan bertengkar, dan kalau suatu saat ada rejeki
meskipun sedikit, hendaklah di bagi dengan adil, begitupun kalau suatu
saat ada rejeki besar. Tetapi yang terutama adalah kalian haruslah
membuat makmur dan sejahteranya Negara dan rakyat, jangan hanya mencari
keuntungan sendiri dan memperkaya diri sendiri kalian saja).
b) “ Sira kabeh padha ngastaa bawad pangreh praja ing kabisan
sira dhewe-dhewe aja padha iren ingirenan, marga kabisan kuwi
paringaning Gusti Allah, ora bisa manungsa tanpa Gusti Allah, kabeh sing
ngatur amung Gusti Allah, manungsa amung sadrema nglakoni, Gusti Allah
sing nemtokake. Dadi nadyan Ingsun wus kondur ing jaman kelanggengan
Ingsun njaluk sing mengko umadeg Ratu aja ngongkreh-ongkreh sedulure
marga iren. Apa maneh sing Ingsun dhewe ndhawuhake marang sira kanggo
Ratu mengkone, Ingsun njaluk ajenana dhawuh Ingsun. Apa maneh Ingsun wus
ngandika sing baku adeging HARJA TATA, lah ing kene sira kabeh wus
weruh Ingsun wus ngangkat amisudha Senapati Perang, ya Ingsun njaluk
sengkuyungen tumuju adeging Aji. Sokur sira kabeh gelem manut ing dhawuh
Ingsun. Amarga Ingsun amung mamrihake becike, ora ana Ratu mamrihake
ala “. (artinya : hei kalian semua putra-putriku, aku berpesan hendaklah
kalian dalam bertugas menjadi pemimpin di daerah-daerah tugas kalian
mampu mengemban tugas dengan sempurna berdasar keahlian kalian
masing-masing, karena keahlian itu harus kalian sadari bahwa keahlian
kalian itu berasal dari Allah, manusia itu tidak bisa apa-apa kalau
tidak diberi keahlian oleh-Nya, semua itu yang mengatur hanya Dia,
sebagai manusia hanya bisa melakukan tetapi Allah yang menentukan. Jadi
meskipun nanti aku telah dipanggil-Nya, aku minta pada kalian, bagi
siapapun nanti yang jadi Raja, pesanku jangan bertindak tidak adil pada
saudara-saudaranya karena sebelumnya punya perasaan saling iri hati.
Selain itu aku juga berpesan pada kalian, bahwa aku telah memilih dari
kalian untuk menjadi Raja (dalam hal ini yang dimaksud Sinuwun adalah
Pangeran Ario Poerbodiningrat), aku minta pada kalian hargailah semua
pesan dan perkataanku. Di atas semua itu, aku berpesan pada kalian,
yaitu tegakanlah berdirinya HARJA TATA (mengenai Sistem HARJA TATA akan
penulis terangkan pada bab selanjutnya), nah disinilah kalian semua
sudah mengerti maksudku, bahwa aku sudah mengangkat dan mewisuda seorang
Senapati Perang (dalam hal ini yang dimaksud Sinuwun adalah Pangeran
Ario Poerbodiningrat), dan permintaanku pada kalian untuk mendukungnya
dalam tugasnya sebagai Senapati Perang dan hingga menuju menjadikannya
dia menjadi Raja. Itupun yang aku harap kalian semua mau menurut
perintahku dan pesanku. Karena perlu kalian ketahui semua yang aku
sarankan adalah demi kebaikan kalian semua, tidak ada seorang bapak
apalagi Raja menyarankan yang tidak baik pada anak-anaknya)
Kisah
selanjutnya yaitu pada tanggal 2 Januari 1893 ( yang bertepatan pada
hari Senin Pahing, 2 Januari 1893,13 Jumadilakhir 1822 Tahun JE Windu
SANGARA Wuku WARIGAGUNG,13 Jumadilakhir 1310H) Sampejandalem Ingkang
Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono IX menerima tamu Tuan
Asisten Gubernur Jendral, yang melaporkan berkembang pesatnya kejahatan
pembunuhan dan berkembang pesatnya “ begal,kecu,maling,rampok,dan gedhor
“di seluruh pulau Jawa yang sukanya merusak,mencuri,merampok yang
disertai membunuh warga sipil dan terutama Tuan-Tuan V.O.C yang berada
di seluruh pulau Jawa terutama di daerah Klaten,Sragen,Wonogiri dan
Boyolali, dan Tuan Asisten Gubernur Jendral tadi juga berkata pada
Sinuwun, apabila Sinuwun tidak segera menatanya maka Sinuwun nantinya
tidak dipercaya lagi oleh pemerintah (dalam hal ini pemerintah Hindia
Belanda) menjadi Raja yang adil dan bijaksana. Mendengar laporan Tuan
Asisten Gubernur Jendral tadi Sinuwun hanya berkata dengan tenang pada
Tuan Asisten Gubernur Jendral demikian : “ Tuwan, kadadosan ingkang
makaten punika kalawau kalampahan amargi mboten wontenipun tepa salira
saha reh sathithik edhingipun para Tuwan-Tuwan tanah saha Tuwan V.O.C.
Kula kinten manawi para Tuwan-Tuwan wonten raos welas asih dhateng para
kawula dasih mbok bilih kadadosan ingkang kalawau mboten kalampahan “ (
artinya : Tuan, keadaan yang demikian itu terjadi oleh karena tidak
adanya rasa tepa salira/peduli dan tidak adanya rasa saling berbagi,dan
musyawarah mufakat untuk kebersamaan dari para Tuan tanah dan Tuan
V.O.C. Saya kira apabila para Tuan tanah dan Tuan V.O.C ada rasa welas
asih/belas kasih pada rakyat/warga sipil, mungkin kejadiannya tidak
seperti kejadian saat ini ). Mendengar penjelasan Sinuwun yang demikian
tadi, kecewalah Tuan Asisten Gubernur Jendral dan pergilah Tuan tadi
meninggalkan Sinuwun dengan pamit terlebih dahulu pada Sinuwun, dengan
mimik muka yang kecut. Seperginya Tuan Asisten Gubernur Jendral tadi
Sinuwun kelihatan bingung dan khawatir dengan yang telah Sinuwun
laporkan pada Tuan Asisten Gubernur Jendral tadi, dalam benak hati
Sinuwun bertanya-tanya kenapa Sinuwun melaporkan seperti itu, bagaimana
dengan kejadian yang terjadi nantinya. Sehingga Sinuwun memanggil
putranya yang bernama Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat
yang mempunyai nama lain Kangdjeng Goesti Pangeran Hario
Poerwodiningrat, bahwa baru saja Sinuwun kedatangan tamu yaitu Tuan
Asisten Gubernur Jendral yang melaporkan kepada Sinuwun mengenai
berkembang pesatnya fenomena “ begal,kecu,gedhor,maling, lan rampok “,
dan dalam hal ini diminta oleh pemerintah Hindia Belanda yang diwakili
oleh Tuan Asisten Gubernur Jendral diharapkan menata keadaan agar aman.
Sehingga Sinuwun memanggil dan memerintahkan pada Pangeran Ario
Poerbodiningrat untuk meredam situasi dan keadaan dan mengadakan perang
terhadap “ begal,kecu,gedhor,maling, lan rampok “ di seluruh tanah
Jawa, Batavia, Madura dan Bali (dalam hal ini Tuan Asisten Gubernur
Jendral hanya mencari-cari alasan untuk segera menggulingkan Sinuwun
dari tahtanya, karena sebelum Tuan Asisten Gubernur Jendral menghadap
Sinuwun, pemerintah Hindia Belanda mendengar desas desus bahwa Sinuwun
bersama Sultan mengadakan permufakatan akan memberontak pada Belanda,
Sinuwun akan balas dendam pada Belanda yang telah membuang ayahnya
Sinuwun Pakoe Boewono VI ke Ambon (mengenai Intrik-Intrik Politik,Taktik
dan Rencana Strategi Sinuwun Pakoe Boewono IX dalam mempersiapkan
perlawanan terhadap Belanda akan penulis bahas pada Bab selanjutnya).
Jadi mulai tanggal 3 Januari 1893 (yang bertepatan pada hari Selasa Pon,
3 Januari 1893,14 Jumadilakhir 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku
WARIGAGUNG,14 Jumadilakhir 1310H) hingga tanggal 20 Januari 1893 (yang
bertepatan pada hari Jum'at Kliwon, 20 Januari 1893,2 Rejeb 1822 Tahun
JE Windu SANGARA Wuku SUNGSANG,2 Rajab 1310H) beliau Pangeran Ario
Poerbodiningrat meredam dan mengadakan perang terhadap
“ begal,kecu,gedhor,maling, lan rampok “ sampai-sampai
tidak pernah pulang ke Karaton Soerakarta, beliau pulang ke Karaton
Soerakarta dan menghadap ayahnya Sinuwun Pakoe Boewono IX setelah beliau
berhasil meredam situasi dan keadaan………bersambung
2. PANGERAN ARIO POERBODININGRAT : SEMASA SUKSESI
(lanjutan…………………)
Lain
halnya dengan kisah keadaan di dalam Karaton selama beliau Pangeran
Ario Kolonel Poerbodiningrat pergi dari Karaton untuk menunaikan
tugasnya menumpas “ begal,kecu,gedhor,maling, lan rampok “. Bahwa keadaan
kesehatan Sinuwun kian hari kian memprihatinkan. Tidak hanya karena
Sinuwun pernah bersabda pada duta dari Gubernur Jenderal, tetapi juga
oleh karena hati Sinuwun merasa sedih karena perilaku putra-putrinya
yang selalu bersitegang dan berebut. Terlebih lagi Sinuwun bersedih hati pada perilaku putra-putranya yang bernama : Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno),Pangeran Ario
Notokoesoemo, Pangeran Ario Njokrokoesoemo dan Pangeran Ario
Praboeningrat (semasa pemerintahannya sebagai Raja Karaton Soerakarta
Sinuwun PB.IX tidak mempunyai Permaisuri, semua adalah Ampildalem/Selir
selama suksesi berlangsung hingga bertahtanya PB.X (seperti pada masa
PB.XII yang sebelumnya tidak pernah mengangkat Permaisuri), kalau
Sinuwun suruh atau memanggil mereka, pastilah mereka tidak segera
menghadap, malahan mereka bersikap acuh tak acuh pada panggilan
menghadap dari Sinuwun PB.IX. Dan yang lebih membuat Sinuwun PB.IX
merasa seperti dipercepat wafatnya adalah sabda Sinuwun PB.IX yang
berbunyi : “ Poma-poma trahingwang, aja sira umadeg Aji, mung nyuwuna
berkahipun luluhur Nata, sabab Ratu yen sinedya dadi luput, amung Gusti
Allah Sang Malikul Kusna kang hanetepke Adeging Aji “. ( artinya :
pesanku (Sinuwun) pada anak-anak keturunanku, jangan lah kamu terlalu
berharap berdiri sebagai Raja saja, tetapi selain dari itu memintalah
berkah nenek moyangmu para Raja, karena kalau hanya berharap saja
menjadi Raja jikalau tidak disertai doa dan permohonan dengan ucapan
syukur kepada Allah pastilah tidak terlaksana, karena yang menetapkan
seseorang menjadi Raja hanyalah Allah Sang Malikul Kusna ), sabda
Sinuwun yang demikian tadi dijadikan tren politik oleh Raden Mas Kasan atau BRM.Choesno Malikis
sehingga berubah nama menjadi BRM.Malikoel Choesno, yang menyebar
menjadi desas desus yang seolah-olah Sinuwun PB.IX menyebut penggantinya
adalah BRM.Choesno Malikis yang telah berganti nama menjadi
BRM.Malikoel Choesno tadi, padahal tidak demikian yang dimaksud oleh
Sinuwun PB.IX). Terlebih lagi kesehatan Sinuwun terganggu oleh karena
adanya berita dari Tuan Godlip bahwa diantara
para Pangeran/bangsawan Belanda dengan Jerman dan juga negara-negara
Eropa sedang bersitegang dan perang dingin. Setelah mendengar berita
dari Tuan Godlip yang demikian tadi, Sinuwun PB.IX lalu bersabda : “
Tuwan Godlip, ndhek wingi Ingsun disowani dutaning Guprenur Jendral,
mligine Ingsun dijaluki pitulungan supaya nyirep rerusuh sing dianakake
para begal,kecu,gedhor,maling, lan rampok.
Jarene kuwi sing ndadekake ora tentreme para Tuwan sudagar Landa.
Mungguh piye miturut panemu sira ? ”
(artinya
: Tuan Godlip, kemarin aku (Sinuwun) didatangi tamu dan menghadap aku
(Sinuwun) yaitu duta dari Tuan Gubernur Jendral, aku (Sinuwun) dimintai
tolong oleh Tuan tersebut untuk meredam kerusuhan yang dilancarkan oleh
para “begal,kecu,gedhor,maling dan rampok”, yang katanya sangat
meresahkan keamanan para Tuan belanda dan para Tuan saudagar
belanda/asing. Kalau menurut pendapatmu, aku (Sinuwun) harus bagaimana
Tuan Godlip ?). Selanjutnya Tuan Godlip menjawab pertanyaan Sinuwun
bahwa Tuan Asisten Gubernur Jendral yang menjadi duta dari Tuan Gubernur
Jendral yang menghadap Sinuwun adalah termasuk dari salah satu
keturunan bangsawan Kerajaan Belanda yang sedang berseteru dengan
Kerajaan Jerman dan kerajaan-kerajaan eropa sekitarnya, sehingga Tuan
Godlip menyarankan pada Sinuwun agar bertindak hati-hati dalam
menyikapinya,karena diduga ada persekongkolan dan konspirasi politik
dagang sangat rahasia diantara mereka dan para kartel yang ingin
mencederai Sinuwun, apalagi Tuan Gubernur Jendral mengutus dutanya untuk
menyampaikan pesannya yang demikian. Setelah mendengar penjelasan dari
Tuan Godlip yang demikian, Sinuwun lalu segera memanggil Patih Kangdjeng
Raden Adipati Sosrodiningrat untuk menghadap Sinuwun. Dalam hal ini
Sinuwun juga meminta pertimbangan dan saran dari Patih, mengenai
datangnya utusan Tuan Gubernur jendral yang menghadap Sinuwun, yang
utusan Tuan Gubernur Jendral tersebut menyampaikan pesan Gubernur
Jendral tentang berkembang pesatnya angka kriminalitas berupa
“begal,kecu,gedhor,maling dan rampok” di wilayah enclave Karaton
Soerakarta, seolah menurut pengamatan Patih, bahwa Tuan Gubernur Jendral
menyampaikan mosi tidak percaya dengan kepemimpinan Sinuwun,selanjutnya
Patih juga menyarankan pada Sinuwun untuk bersikap lebih berhati-hati
dan lebih teliti.
Setelah
mendengar penjelasan dan saran baik dari Tuan Godlip maupun Patih
Kangdjeng Raden Adipati Sosrodiningrat, lalu Sinuwun tampak sangat sedih
sampai-sampai Sinuwun tidak mau makan atau mengurangi makan dan minum,
dan juga mengurangi tidur dengan hamper setiap malam lewat jam 3 malam
Sinuwun begadang sampai pagi harinya. Saat keadaan Sinuwun yang demikian
dari putra-putri Sinuwun yang perhatian hanya putri-putrinya, sedangkan
para putranya kurang peduli dengan keadaan Sinuwun, karena mereka larut
dengan kesibukan mereka masing-masing. Keadaan Sinuwun yang demikian
tadi terjadi hingga tanggal 13 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari
Senin Wage, 13 Februari 1893,26 Rejeb 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku
MONDOSIO, 26 Rajab 1310H), karena mendadak Sinuwun mendapatkan undangan
dari tuan Gubernur Jendral yang isinya mengundang Sinuwun untuk hadir
acara pertemuan para stake-holder di dalam V.O.C dan kongsi-kongsi
dagang asing lainnya dengan para pemimpin enclave-enclave yang tersebar
se nusantara, disebutkan disitu bahwa akan ada pesta tujuh hari tujuh
malam. Sehingga setelah menerima surat undangan itu sinuwun segera
berangkat meninggalkan Karaton untuk menuju ke Batavia, dalam hal ini
Sinuwun diiringi para prajurit , para pendekar, para putra-putri
beliau,cucu beliau dan para istri beliau secukupnya.
Singkat cerita bahwa Sinuwun telah sampai di Batavia
pada tanggal 18 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Sabtu Wage, 18
Februari 1893,1 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku MONDOSIO, 1
Syaban 1310H)
Semua rombongan pengiring Sinuwun dipersilakan beristirahat dahulu karena pada tanggal 19 Februari 1893 ( yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19 Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2 Syaban 1310H)dimulainya pesta seperti yang diterangkan dalam surat undangan dari tuan Gubernur Jendral tadi. Pada peristiwa pesta tanggal 19 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19 Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2 Syaban 1310H) yang diadakan Tuan Gubernur Jendral yang dihadiri pula oleh para stake-holder di dalam V.O.C dan kongsi-kongsi dagang asing lainnya, selain itu dihadiri pula para pemimpin enclave-enclave yang tersebar se nusantara, tidak banyak kejadian-kejadian yang menarik yang perlu diceritakan.
Semua rombongan pengiring Sinuwun dipersilakan beristirahat dahulu karena pada tanggal 19 Februari 1893 ( yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19 Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2 Syaban 1310H)dimulainya pesta seperti yang diterangkan dalam surat undangan dari tuan Gubernur Jendral tadi. Pada peristiwa pesta tanggal 19 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19 Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2 Syaban 1310H) yang diadakan Tuan Gubernur Jendral yang dihadiri pula oleh para stake-holder di dalam V.O.C dan kongsi-kongsi dagang asing lainnya, selain itu dihadiri pula para pemimpin enclave-enclave yang tersebar se nusantara, tidak banyak kejadian-kejadian yang menarik yang perlu diceritakan.
Kembali lagi pada kisah keadaan di dalam Karaton Soerakarta, selama Sinuwun meninggalkan Karaton dan pergi menuju ke Batavia
untuk menghadiri undangan dari Tuan Gubernur Jendral. Seperginya
Sinuwun ke Batavia, yang dipercaya oleh Sinuwun menjaga kestabilan
politik di dalam dan di luar Karaton adalah Pangeran Ario Praboewidjojo
atau Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario Haryomataram, dan Pangeran
Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio). Pada saat itu Pangeran Ario
Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno), katanya atau kabarnya
sedang pergi ziarah ke pemakaman Raja-raja Mataram di Imogiri, tepatnya
tanggal 19 Februari 1893.( yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19
Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2
Syaban 1310H)Namun ada kabar desas-desus dari bagian intelejen
Karaton,pasukan intelejen sinuwun PB.IX, bahwa MENURUT RENCANA YANG
SUDAH DISEPAKATI ANTARA RM.KOESEN ATAU RM.ABADI ATAU KOLONEL
BKPH.POERBODININGRAT DENGAN RM.KASAN ATAU RM.MALIKOEL CHUSNO ALIAS
Pangeran Ario
Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) DI LANGEN HARJO BAHWA
BERHUBUNG S.I.S.K.S PB.IX MENGALAMI SAKIT SEHINGGA BELIAU BERDUA TADI
BERSEPAKAT BAHWA RM.KASAN ATAU RM.MALIKOEL CHUSNO ALIAS Pangeran Ario
Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis MENJADI S.I.S.K.S PB.X , DENGAN
SKENARIO BAHWA sebulan sebelum tanggal
19 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19 Februari
1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2 Syaban
1310H) ( sebulan sebelum tanggal 19 Februari 1893 ialah sekitar tanggal
18 Januari 1893 yang bertepatan pada hari Rabu Pon 18 Januari 1893, 28
Jumadilakhir 1822 Tahun Je Windu Sangara Wuku sungsang, 29 Jumadilakhir
1310 H) telah diangkat oleh penatua Karaton,dan putra-putra sinuwun
PB.IX yang kontra dengan Sinuwun PB.IX, serta telah mengangkat dirinya
sendiri di negeri Belanda menjadi Sahandhap Sampejandalem
IngkangSinoehoen Ingkang Witjaksana saha Ingkang Minoelja Kangdjeng
Soesoehoenan Pakoe Boewono X dan pengangkatannya
menjadi Sinuwun PB.X didukung oleh Tuan Gubernur Jendral,para
stake-holder di dalam V.O.C dan kongsi-kongsi dagang asing lainnya,
serta para kartel asing lainnya. Kembali lagi pada kedaan Karaton pada
tanggal 19 Februari 1893, ( yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19
Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2
Syaban 1310H) mulai jam 10 siang di dalam Karaton belum ada kejadian
apapun, namun setelah masuk jam 5 sore hari, Karaton kedatangan banyak
serdadu Belanda yang dipimpin oleh Pangeran Ario Notokoesoemo yang
langsung menemui Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario
Hangabei, Pangeran Ario Haryomataram, dan Pangeran Ario Tjakraningrat
(BRM.Satrio). Pada saat Pangeran Ario Notokoesoemo meminta ijin untuk
menyiapkan upacara Syukuran atas berdirinya Sinuwun PB.IX dalam memegang
tampuk pemerintahan selama 32 tahun yang tidak ada kendala dan
kegagalan selama Sinuwun memerintah, dan di saat itu Pangeran Ario
Notokoesoemo ,katanya, disuruh oleh Sinuwun PB.IX untuk menyiapkan
perlengkapan-perlengkapan upacara Syukuran tersebut. Sehingga dengan
alasan disuruh Sinuwun PB.IX, maka Pangeran Ario Praboewidjojo atau
Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario Haryomataram, dan Pangeran Ario
Tjakraningrat (BRM.Satrio), diperbolehkan masuk ke kori Kamandungan dan
masuk ke Sasana Sewaka untuk mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan
upacara Syukuran tersebut. Seperti kayaknya Pangeran
Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario
Haryomataram, dan Pangeran Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio), tidak begitu
curiga dengan tingkah polah dari Pangeran Ario Notokoesoemo serta para
serdadu belanda. Dan setelah waktu menunjukan jam setengah tujuh malam,
persiapan upacara sudah tertata rapi, para ulama Karaton sudah datang,
demikian juga para sentana/kerabat Raja baik kerabat dekat maupun jauh
sudah pula datang serta abdi-abdi Karaton sudah berkumpul semua, minuman
dan makanan sudah tersedia, demikian juga sesaji sudah pula didoakan.
Namun saat itu Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei,
dan Pangeran Ario Haryomataram, sedang terlelap tidur dikarenakan cuaca
saat itu menyebabkan beliau keenakan tidur, disaat beliau-beliau sedang
terlelap tidur tiba-tiba beliau-beliau dikejutkan oleh karena
beliau-beliau dibangunkan oleh abdi beliau bahwa beliau-beliau sudah
dikepung oleh para serdadu belanda yang dipimpin oleh Pangeran Ario
Notokoesoemo dengan menodongkan keris dihadapan Pangeran Ario
Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, dan Pangeran Ario
Haryomataram dengan mengancam agar beliau-beliau mau mendukung
berdirinya Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) menjadi Putra Mahkota
bergelar Kangdjeng Goesti Pangeran Adipati Anom, dan bertahtanya Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno), menjadi Sinuwun Pakoe
Boewono X menggantikan Pakoe Boewono IX. Apabila Pangeran Ario
Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, dan Pangeran Ario
Haryomataram tidak mendukung, maka beliau-beliau akan dibunuh saat itu
juga.
Perlu dikisahkan disini bahwa Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) datang ke Karaton pada
jam 8 malam, setelah dari makam Raja-raja Mataram di Imogiri, setibanya
di Karaton Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) dan rombongan langsung
menuju ke Krobongan Probosoejoso, dan saat itu juga diwisuda menjadi
Putra Mahkota bergelar Kangdjeng Goesti Pangeran Adipati Anom Sudibja
Radja Poetra Narendra Mataram, dan saat itu pula khalayak tamu yang
datang juga menyaksikan Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario
Hangabei, dan Pangeran Ario Haryomataram digiring oleh Pangeran Ario
Notokoesoemo serta serdadu-serdadu belanda dibelakangnya ke Krobongan
Probosoejoso ditempat upacara wisuda Pangeran Ario
Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) menjadi Kangdjeng Goesti
Pangeran Adipati Anom Sudibja Radja Poetra Narendra Mataram (Putra
Mahkota), dan upacara diteruskan ke Siti Hinggil untuk selanjutnya
diwisuda menjadi Sinuwun PB.X, dan akhirnya dinobatkan secara aklamasi
menjadi Raja bergelar Sinuwun PB.X di Sasana Sewaka, yang dihadiri oleh
Tuan Asisten Gubernur Jendral, para duta Negara-negara sahabat,para duta
dari Negara-negara Eropa dan Negara-negara asing lainnya. Disaat-saat
upacara tersebut Pangeran Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio) tidak ikut
mendukung penobatan Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) menjadi Raja bergelar
Sinuwun PB.X, karena beliau keluar dari Karaton dan tidak kembali lagi
ke Karaton sampai akhir hayat beliau. Upacara penobatan tersebut
berlangsung sampai jam 1 malam dan dilanjutkan dengan acara pesta
syukuran 40 hari 40 malam lamanya. Pada saat tanggal menunjukkan 20
Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Senin Legi, 20 Februari 1893,3
Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,3 Syaban 1310H ),
Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat yang mempunyai nama
lain Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Poerwodiningrat, datang ke karaton
dengan tujuan akan melaporkan kepada Sinuwun PB.IX bahwa situasi sudah
aman dan terkendali dari kerusuhan yang dilancarkan oleh para
“begal,kecu,gedhor,maling dan rampok”. Namun sangatlah terkejut beliau
Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat setelah berjumpa dengan
kakak-kakaknya yaitu Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario
Hangabei, dan Pangeran Ario Haryomataram bahwa Sinuwun PB.IX pergi
meninggalkan Karaton untuk mendatangi undangan dari Tuan Gubernur
Jendral di Batavia, dan selama Sinuwun PB.IX di Batavia, Pangeran Ario
Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) telah merebut tahta
ayahnya yaitu Sinuwun PB.IX, dan menobatkan dirinya sendiri dengan
dukungan dari Belanda. Karena mendengar penjelasan dan berita dari
kakak-kakaknya yaitu Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario
Hangabei, dan Pangeran Ario Haryomataram, maka marahlah Pangeran Ario
Poerbodiningrat dan beliau lalu pergi ke Batavia untuk menemui ayahnya
yaitu Sinuwun PB.IX. Singkat cerita, Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario
Poerbodiningrat yang mempunyai nama lain Kangdjeng Goesti Pangeran Hario
Poerwodiningrat,sudah tiba di Batavia pada tanggal 26 Februari 1893 (
yang bertepatan pada hari Minggu Pahing, 26 Februari 1893,9 Ruwah 1822
Tahun JE Windu SANGARA Wuku PAHANG,9 Syaban 1310H) jam 4 sore, beliau
langsung menuju ke kantor Gubernuran untuk menemui ayahnya yaitu Sinuwun
PB.IX, saat itu juga beliau melaporkan kepada Sinuwun PB.IX bahwa
situasi sudah aman dan terkendali dari kerusuhan yang dilancarkan oleh
para “begal,kecu,gedhor,maling dan rampok”, namun keadaan di dalam
Karaton lain, bahwa adik beliau yaitu Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) telah merebut tahta
ayahnya yaitu Sinuwun PB.IX, dan menobatkan dirinya sendiri menjadi
Sinuwun PB.X dengan dukungan dari Belanda. Dan tindakan Pangeran Ario
Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya
merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno), yang demikian dapat
dinilai sebagai upaya mempercepat kematian ayahnya yaitu Sinuwun PB.IX.
Setelah mendengar laporan dari Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario
Poerbodiningrat yang demikian,Sinuwun PB.IX lalu sangatlah marah dan
bersabda demikian : “ Purbo,ngger,anak Ingsun, apa sajane luput Ingsun
dene si Choesno wanuh wani tumindak siya marang Ingsun, nganti tegel
nyuduk Ingsun saka mburi. Ingsun wirang dene dene wong tuwa wis ora
dianggep maneh, wis ra diajeni maneh. Kaya-kaya Ingsun wis ora ana ajine
maneh. Lan Ingsun kaya-kaya wis ora betah urip
suwe-suwe ning ndonya maneh. Apa ajine Ingsun jumeneng nata?, Ingsun
durung mati nanging keneng apa si Choesno wanuh wani jumeneng nata. Kuwi
tegese Ingsun wis
ditegakke patine. Yen kudune manawa arep jumeneng nata kuwi ngenteni
sabubare Ingsun mati. Ingsun isih urip, Purbo!, sih bisa nyampluk sira
utawa si Choesno nganti njengkelang mati !. Purbo, sing baku
sira lan anak putu sira estokna dhawuh Ingsun ing Pikoekoeh 204 mbiyen
kae, ora usah ngglape si Choesno. Wis Purbo sesuk esuk dherekna Ingsun
sarombongan kondur ngadhaton. Sabab Ingsun prasapa ora gelem diterke
mulih sapa bae, kajaba mung sira, Purbo!”. (artinya : Purbo,anak ku
(Sinuwun), sebenarnya apa kesalahanku hingga si Choesno berani berbuat
kejam pada ku (Sinuwun), sampai tega menusuk aku (Sinuwun) dari
belakang. Aku (Sinuwun) sangat malu karena aku (Sinuwun) sebagai orang
yang sudah tua sudah tidak dianggap lagi, sudah tidak dihormati lagi.
Seperti halnya aku (Sinuwun) sudah tidak dihargai lagi. Dan aku
(Sinuwun) seperti sudah tidak etah lagi hidup di dunia ini. Apa aku
(Sinuwun) masih ada harganya sebagai Raja?, aku (Sinuwun) belum mati
tapi kenapa si Choesno berani berdiri sebagai Raja menggantikanku. Itu
namanya aku (Sinuwun) sudah direlakan kematianku. Dan sebenarnya kalau
si Choesno ingin berdiri sebagai Raja, dia harus menunggu aku (Sinuwun)
sudah mati dulu. Aku (Sinuwun) masih hidup, Purbo!, masih bisa
menempeleng hingga mati kamu dan si Choesno ! Purbo, yang penting kamu
dan anak cucu keturunan mu harus melaksanakan perintah dan sabda ku
(Sinuwun) pada Pikukuh 204 (yang diterbitkan pada Jum'at Pahing, 2
September 1881,8 Sawal 1810 Tahun JIMAKIR Windu ADI Wuku PAHANG,7 Syawal
1298H) dulu itu, tidak usah mempedulikan ulah si Choesno pada ku
(Sinuwun). Dan Purbo besuk pagi-pagi benar antar aku (Sinuwun)
serombongan pulang ke Karaton. Karena aku (Sinuwun) telah berjanji tidak
akan mau diantar pulang oleh siapapun kecuali kamu, Purbo!). Mendengar
perintah Sinuwun demikian, maka Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario
Poerbodiningrat mengatakan iya bersedia untuk
mengantar Sinuwun ke Karaton. Pada waktu itu Sinuwun PB.IX tidak mau
mengendarai Kereta Kencana, tapi Sinuwun malah mengendarai Kereta biasa
milik Adipati Banyumas, dan Sinuwun PB.IX menghendaki yang menjadi kusir
Kereta beliau adalah Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat.
Jadi dalam hal ini, Sinuwun PB.IX mau pulang ke Karaton pada tanggal 27
Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Senin Pon, 27 Februari 1893,10
Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku PAHANG,10 Syaban 1310H).Namun
seperginya Sinuwun PB.IX dari Batavia, Sinuwun PB.IX tidak menghendaki
segera pulang ke Karaton, malah Sinuwun PB.IX menghendaki
keliling-keliling ke kabupaten-kabupaten bawahan beliau, seperti
Priangan,Cirebon dan Banyumas, tak lupa pula Sinuwun PB.IX juga mampir
di Gua Selarong dan Gua Langse serta Pantai Selatan yaitu di
Parangkusumo serta tak lupa pula Sinuwun PB.IX berziarah ke pemakaman
Raja-raja Mataram di Imogiri, serta Sinuwun PB.IX juga menyempatkan
berkunjung ke Karaton Jogjakarta untuk menemui Sultan, baru setelah
berkunjung ke Karaton Jogjakarta, Sinuwun PB.IX menghendaki langsung
pulang ke Karaton. Namun selama perjalanan dari Jogjakarta menuju ke
Karaton Soerakarta, Sinuwun PB.IX hanya terdiam dan tidak ada
suara-suara beliau bersabda ataupun becerita, membuat curiga Bandoro
Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat, sehingga Bandoro Kangdjeng
Pangeran Hario Poerbodiningrat menepikan Kereta dan rombongan di
alun-alun Karaton Soerakarta, dan begitu terkejutnya Bandoro Kangdjeng
Pangeran Hario Poerbodiningratelah melihat tubuh Sinuwun PB.IX yang
terbujur kaku dan tak bernafas lagi dalam keadaan bersilang tangan di
dada. Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat sangat terkejut
setelah mengetahui bahwa Sinuwun PB.IX ayahnya tercinta telah berpulang
ke rahmatullah setelah sampai di alun-alun utara Karaton Soerakarta.
Sinuwun PB.IX meninggal dunia pada tanggal 16 Maret 1893 ( yang
bertepatan pada hari Kamis Kliwon, 16 Maret 1893,27 Ruwah 1822 Tahun JE
Windu SANGARA Wuku MARAKEH,27 Syaban 1310H) dalam usia 64 tahun, 1
bulan, 21 hari. Berita wafatnya Sinuwun PB.IX menebabkan begitu sedihnya
para putra-putri Sinuwun PB.IX semua, dan Sinuwun PB.IX dimakamkan di
makam Raja-raja Mataram di Imogiri Jogjakarta (mengenai kisah Suksesi hingga wafatnya Sinuwun PB.IX
akan kami uraikan secara gamblang dari awal hingga akhir beserta dengan
kejadian-kejadian implik-implik dan intrik-intrik politiknya pada bab
tersendiri). Tidak banyak kisah menarik pada prosesi pemakaman Sinuwun
PB.IX, sehingga tidak diceritakan disini.
(bersambung.........................)
lihat pula pada : http://poerbodiningrat.blogspot.com/2009/10/kisah-keluarga-yang-selalu-berbakti.html
SEJARAH MENGENAI TANAH-TANAH HAK MILIK ( EIGENDOM VERPONDING ) ATAS NAMA RADEN MAS KOESEN DAN HUBUNGANNYA DENGAN RADEN MAS KOESEN S.I.S.K.S. PAKOE BOEWONO VIII
LATAR BELAKANG PEMBELIAN DAN PENSERTIFIKATAN TANAH-TANAH EIGENDOM VERPONDING.
SEJARAH MENGENAI TANAH-TANAH HAK MILIK ( EIGENDOM VERPONDING ) ATAS NAMA RADEN MAS KOESEN DAN HUBUNGANNYA DENGAN RADEN MAS KOESEN S.I.S.K.S. PAKOE BOEWONO VIII
LATAR BELAKANG PEMBELIAN DAN PENSERTIFIKATAN TANAH-TANAH EIGENDOM VERPONDING.
Bermula pada perjuangan RM.Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario
Kolonel Poerbodiningrat dari Negara Karaton
Soerakarta Hadiningrat dalam
melawan pengeksploitasian yang selalu dilakukan oleh para-para pedagang Eropa
yang tergabung di dalam Veerenigde de Indiesche Compagnie (yang diawali dengan
curangnya para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de
Indiesche Compagnie mengatasnamakan Pemerintah dan Ratu Belanda yang berakibat
semakin menyempitnya wilayah Negara Karaton Soerakarta Hadiningrat menjadi
seluas 3.359,63 km2, bersamaan pemerintah Belanda banyak hutang akibat pemberontakan raja-raja atau para pangeran di wilayah Hindia Belanda,bersamaan dengan krisis pada para penyewa tanah hingga banyak yang mengalami kebangkrutan di pihak para penyewa tanah ,bersamaan dengan pemerintah Belanda sudah jatuh tempo membayar hutang pada pemerintah Inggris dan Perancis,bersamaan pemerintah Belanda sudah jatuh tempo membayar hutang pada negara-negara yang dulu tergabung dalam VOC,bersamaan pemerintah Hindia Belanda tidak bisa membayar gaji seluruh pegawainya selama 5 tahun,bersamaan Bank Kolonial dan de Javaasche Bank bankrut,juga bersamaan dengan krisis tambang batu bara Ombilin (Sawah
Lunto, Sumatera Barat) tahun 1918, dan keuangan negara Hindia Belanda sedang
devisit bahkan kosong serta atas dasar asas Domein Verklaring (tanah tak
bertuan dianggap tanah milik negara Hindia Belanda), sehingga diperlukan
pendapatan negara dari pajak, hal inilah yang menjadikan terketuk hatinya lalu memohon
pada ayahnya yaitu S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX (dikarenakan pada jaman S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX keuangan negara Karaton Soerakarta Hadiningrat sedang mengalami hampir devisit,dan kalau toch ada sedikit keuangan pastilah tidak cukup untuk membeli/membayar pajak tanah-tanah tersebut sehingga Beliau BKPH.Kolonel.Poerbodiningrat alias RM.Koesen memakai uang Beliau sendiri dengan dibantu beberapa laskar Beliau seperti laskar Garuda Mataram,laskar Harjotani Beloprojo,dan lain-lain yang semua dipusatkan dalam wadah laskar Soekowati atau Berandhal Soekowati), untuk membeli (membayar pajak
tanah-tanah tersebut) dan mensertifikatkannya (Acte van Eigendom Verponding)
tanah-tanah se nusantara pada tahun 1870, berhubung Beliau Bandoro Kangdjeng
Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat/ RM.Koesen mendapatkan keuntungan dari
hasil bisnis & perdagangan dengan Bank Pusat Pemerintah Kerajaan Inggris
dan Belanda (bisa dikatakan pensertifikatan dan pembelian tanah-tanah (dan juga
pembayaran pajak) senusantara itu beliau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario
Kolonel Poerbodiningrat membelinya (dan juga membayar pajak) dengan uang beliau
sendiri mengacu pada Soerat Pikoekoeh No.204 (yang di keluarkan paada hari
Jum'at Pahing, 2 September 1881,8 Sawal 1810 Tahun JIMAKIR Windu ADI Wuku
PAHANG,7 Syawal 1298H) dan dipertegas pada Surat Keterangan Asalsilsilah /Waris
No.19/Ks./.V./2009 tertanggal 14 Mei 2009 (yang bertepatan pada hari kamis
pahing 14 Mei 2009,19 Jumadilawal 1942 Tahun Je Windu Kuntara Wuku Tambir,19
Jumadilawal 1430 H),bahwa RM.Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario
Kolonel Poerbodiningrat juga diperkenankan/ditugaskan memakai nama asing atau
belanda misalnya nama : Paul van Verhoeven atau Meyer atau A.A.de Groote atau
nama belanda lainnya, jadi apabila nantinya beredar Acte Eigendom Verponding
ada yang atas nama bukan RM.Koesen atau Heer Koesen atau Inlander Koesen,namun
atas nama asing sebenarnya adalah mengacu pada Heer Koesen, ini adalah bagian
dari strategi RM.Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel
Poerbodiningrat bersama dengan adiknya RM.Malikoel Choesno atau S.I.S.I.M.Pakoe
Boewono X) pada bidang pengendalian kestabilan moneter di kedua Negara
tersebut) dalam melawan pengeksploitasian yang selalu dilakukan oleh para-para
pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie, maka
oleh S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX memerintahkan pada Bandoro Kangdjeng Pangeran
Hario Kolonel Poerbodiningrat/ RM.Koesen melakukan pembelian-pembelian (dan
juga pembayaran pajaknya) dan pensertifikatan-pensertifikatan tanah-tanah,untuk
menekan dan mengendalikan ekonomi dari para-para pedagang Eropa (VOC). Sehingga
dari terkendalinya ekonomi dan moneter para-para pedagang Eropa (VOC) itu ,maka
terkendali pulalah kekuatan politik dan militer mereka. Maka oleh
S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX memerintahkan kepada Bandoro Kangdjeng Pangeran
Hario Kolonel Poerbodiningrat untuk membeli (dan juga pembayaran pajaknya) dan
mensertifikatkan tanah-tanah tersebut pada notaris belanda. Adapun
pensertifikatan tanah-tanah itu dengan nama Heer Koesen atau Inlander Heer
Koesen. Namun dalam hal ini Pemerintah nederland indie beserta para pedagang
Eropa dalam VOC merasa dirugikan, dan kurang bebas dalam berdagang dan
pengeksploitasiannya, sehingga pada masa S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX, Pemerintah
Nederland Indie beserta VOC berlomba-lomba menumbangkan S.I.S.K.S.Pakoe Boewono
IX tersebut, dengan taktik devide et impera-nya mengajukan calon pengganti
Raja/ mengkandidatkan R.M.Kasan menjadi Raja (padahal dari S.I.S.K.S.Pakoe
Boewono IX telah memilih R.M.Koesen atau B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat
menjadi Raja untuk menggantikan ayahnya (tertuang dalam Serat Pikoekoeh
No.204),dan ini sebenarnya adalah rencana Beliau berdua disaat pertemuan Beliau
berdua di Langen Harjo.Kenapa Pemerintah Nederland Indie beserta VOC-nya
mengkandidatkan Raden Mas Kasan atau nantinya berganti strategi RM.Koesen atau
Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat bersama dengan adiknya
RM.Malikoel Choesno atau S.I.S.I.M.Pakoe Boewono X) pada bidang pengendalian
kestabilan moneter di kedua Negara tersebut) dalam melawan pengeksploitasian
yang selalu dilakukan oleh para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam
Verenigde de Indiesche Compagnie, maka oleh S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX
memerintahkan pada Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat/
RM.Koesen melakukan pembelian-pembelian (dan juga pembayaran pajaknya) dan
pensertifikatan-pensertifikatan tanah-tanah,untuk menekan dan mengendalikan
ekonomi dari para-para pedagang Eropa (VOC). Sehingga dari terkendalinya
ekonomi dan moneter para-para pedagang Eropa (VOC) itu ,maka terkendali pulalah
kekuatan politik dan militer mereka. Maka oleh S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX
memerintahkan kepada Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat untuk
membeli (dan juga pembayaran pajaknya) dan mensertifikatkan tanah-tanah
tersebut pada notaris belanda. Adapun pensertifikatan tanah-tanah itu dengan
nama Heer Koesen atau Inlander Heer Koesen. Namun dalam hal ini Pemerintah
nederland indie beserta para pedagang Eropa dalam VOC merasa dirugikan, dan
kurang bebas dalam berdagang dan pengeksploitasiannya, sehingga pada masa
S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX, Pemerintah Nederland Indie beserta VOC
berlomba-lomba menumbangkan S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX tersebut, dengan taktik
devide et impera-nya mengajukan calon pengganti Raja/ mengkandidatkan R.M.Kasan
menjadi Raja (padahal dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX telah memilih R.M.Koesen
atau B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat menjadi Raja untuk menggantikan ayahnya
(tertuang dalam Serat Pikoekoeh No.204).Kenapa Pemerintah Nederland Indie
beserta VOC-nya mengkandidatkan Raden Mas Kasan atau nantinya berganti nama
sendiri dengan Raden Mas Malikoel Choesno? Alasannya adalah karena Raden Mas
Kasan atau nantinya berganti nama sendiri dengan Raden Mas Malikoel Choesno
kebarat-baratan dan cenderung seolah-olah memihak Belanda, namun kalau Raden
Mas Koesen atau Bendoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat lebih
menentang Belanda.Apabila dikaitkan dengan S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII bahwa
Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat mempunyai nama kecil
Bandoro Raden Mas koesen atau Raden Mas Koesen, karena beliau adalah memiliki
garis keturunan dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII yang bernama kecil Raden Mas Koesen,
melalui ibu beliau yaitu Raden Adjeng Koesnijah istri dari S.I.S.K.S.Pakoe
Boewono IX, Raden Adjeng Koesnijah ini adalah cucu dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono
VIII (Raden Mas Koesen) melalui ibunya yaitu Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro
yang menikah dengan Kangdjeng Pangeran Hario Hadiwidjojo II dari
Mangkoenagaran. Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro lahir dari S.I.S.K.S.Pakoe
Boewono VIII (Raden Mas Koesen) dengan Goesti Kangdjeng Ratoe Pakoe Boewono
atau yang mempunyai nama lain Goesti Kangdjeng Ratoe Poerbo ( yang mempunyai
nama kecil Bendoro Raden Adjeng Ngaisah ).Melalui pernikahan Goesti Kangdjeng
Ratoe Bendoro dengan Kangdjeng Pangeran Hario Hadiwidjojo II tadi melahirkan
diantaranya ada anak perempuannya yang kembar yaitu Raden Adjeng Koesnijah dan
Raden Adjeng Koestijah. Dari Raden Adjeng Koesnijah dengan S.I.S.K.S.Pakoe
Boewono IX melahirkan Raden Mas Koesen yang nantinya setelah dewasa bernama
Bendoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat , namun dari Raden
Adjeng Koestijah dengan S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX melahirkan Raden Mas Kasan
yang juga bernama Raden Mas Malikoel Choesno yang kelak menjadi S.I.S.I.M.
Pakoe Boewono X.
PERKEMBANGAN DARI MASA KE MASA
Pada jaman saat-saat bergantinya
raja di Kraton Soerakarta Hadiningrat, hingga terlegitimasinya Raden Mas Kasan
atau nama lain Raden Mas Malikoel Choesno menjadi S.I.S.I.M.Pakoe Boewono X
hingga pada masa pemerintahannya, telah banyak terjadi seolah-olah telah
terjadi pengkaburan sejarah Raden Mas Koesen atau Bendoro Kangdjeng Pangeran
Hario Kolonel Poerbodiningrat yang dilakukan oleh para-para pedagang Eropa yang
tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah
Belanda,yaitu :
Nama dari Raden Mas Koesen
diganti menjadi nama Raden Mas Abadi atau Raden Mas Said. Nama dari ibu kandung Raden Mas Koesen
yaitu Raden Adjeng Koesnijah disamarkan dan diganti nama Raden Dojoasmoro.(ini
semua adalah Gerakan Misi Sandi Yuda Beliau berdua nama Misi ini adalah Misi
Manyura.
Silsilah ibu kandung Raden Mas
Koesen yaitu Raden Adjeng Koesnijah yang termasuk cucu dari S.I.S.K.S.Pakoe
Boewono VIII (Raden Mas Koesen) disamarkan dan diganti kepada silsilahnya Raden
Dojoasmoro keturunan dari Raden Pandji Poespodikromo dari alur S.I.S.K.S.Pakoe
Boewono II.
Keluarga/anak keturunan dari
Raden Mas Koesen atau B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat dikejar-kejar oleh pihak
Sinuwun yang baru yaitu para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam
Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah Belanda yang mengatasnamakan
Pakoe Boewono X (karena Raden Mas Koesen atau B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat
seolah-olah telah kalah suksesi dengan Raden Mas Kasan atau Raden Mas Malikoel
Choesno). Tempat-tempat atau
rumah-rumah yang jadi persinggahan/bermukimnya Beliau seolah-olah di porak
porandakan, yang akhirnya Beliau berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah yang
lainnya (sekarang masih dapat di jumpai petilasannya). Tempat-tempat atau rumah-rumah yang jadi milik Beliau
seolah-olah di srobot oleh orang-orang yang tidak jelas atas suruhan para-para
pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah
Belanda dengan menekan Pakoe Boewono X (sekarang masih dapat dijumpai). Segala assetnya seolah-olah telah
direbut dan dikuasai oleh para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam
Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah Belanda yang mengatasnamakan
Pakoe Boewono X (meskipun direbut & dikuasai,namun asset-asset itu sudah
bernama Beliau).Selain itu pada saat ini pun banyak beredar dokumen asli tapi
palsu (surat-surat dokumen acte eigendom verponding yang dibuat sekarang namun
menggunakan kertas-kertas ber plaagzegel kuno/lama,tinta-tinta stempel
kuno/lama,tinta-tinta untuk tanda tangan yang seumuran tahun 1700-1900, dan
mesin ketik-mesin ketik buatan awal munculnya mesin ketik, yang mereka dapat
beli di toko-toko loakan di negara Belanda ) yang menyebutkan bahwa Raden Mas
Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario kolonel Poerbodiningrat telah
menjual/menghibahkan pada pihak-pihak asing,namun pihak-pihak/orang-orang yang
bermartabat dan terhormat (beliau-beliau para pemalsu ini adalah orang-orang
yang sakit hati pada Kepemimpinan Kraton,ORLA maupun ORBA) yang membuat
surat-surat dokumen asli tapi palsu, mereka tidak dapat menunjukkan surat-surat
dokumen jual-beli antara Raden Mas Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario
Kolonel Poerbodiningrat dengan pihak-pihak asing, atau pihak m anapun ( karena surat-surat dokumen
pemalsuan buatan mereka tidak ada arsipnya pada Balai Harta Peninggalan,Badan
Arsip Nasional,Badan Arsip Internasional ,Badan Arsip di Negara Belanda,Badan
Arsip di Vatikan, dan Badan Arsip di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
tujuan sebenarnya mereka pemalsu-pemalsu itu adalah ingin mencari uang
kecil-kecilan sambil mengacak-acak/mengobrak-abrik sistem pertanahan Nasional
yang sudah carut marut dan tak punya landasan berpijak menjadi semakin carut
marut.Dan sampai akhir kapan pun Beliau tidak pernah menjual atau menghibahkan
kepada pihak-pihak manapun, karena itu perintah dari ayahanda Beliau Sinuwun
PB.IX,dan juga kesepakatan bersama dengan Sinuwun PB.X.Padahal para pembaca
ketahui bahwa Raden Mas Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel
Poerbodiningrat adalah penentang pihak-pihak asing termasuk Belanda, jadi
tidaklah mungkin Beliau menjual apalagi menghibahkan pada pihak-pihak asing
termasuk Belanda.Dengan demikian surat-surat dokumen tersebut adalah kami
nyatakan Palsu.(mohon untuk Badan Pertanahan Nasional untuk mewaspadainya). untuk mengimbangi dan melawan aksi
manipulatif pihak asing dan belanda melalui institusi pemerintah belanda di
nusantara (sekarang Indonesia) atas tanah-tanah milik Beliau B.K.P.H.Kolonel
Poerbodiningrat atau RM.Koesen (Heer Koesen), sehingga beliau menempatkan
orang-orang beliau yang berkewarganegaraan asing dan belanda untuk mengakui
sebagai beliau yang bernama dengan nama manipulatif pihak belanda tersebut,
yang sebenarnya akhirnya untuk pemanfaatan tanah-tanah tersebut diatas mengacu
pada satu nama yaitu beliau RM.Koesen (Heer Koesen) atau B.K.P.H.Kolonel
Poerbodiningrat, yang hal ini diketahui oleh Keraton Soerakarta Hadiningrat dalam
Soerat Pikoekoeh Ongko 204. Anak
keturunannya yaitu putrinya bernama Raden Adjeng Bandijah atau Raden Adjeng
Soetarmi yaitu hasil pernikahan beliau dengan Raden Adjeng Soemasti dari
Mangkoenagoro III dan IV, itupun dikejar-kejar hingga menyamar menjadi anaknya
petani bernama Mas Demang Pontjadiprono.
Cucu keturunan beliau bernama
Raden Mas Soegiyo atau Raden Mas Darsita di titipkan pada adik dari suami Raden
Adjeng Soetarmi atau Raden Adjeng Bandijah (karena seolah-olah dikejar-kejar
oleh ORLA maupun ORBA).
Dan pada akhirnya jaman ORLA,
seolah-olah anak keturunan dari beliau di kejar-kejar juga oleh Bung Karno dan
rezimnya, seolah-olah tanah-tanahnya berikut rumah-rumahnya dirampas dan
disrobot melalui peraturan-peraturan pemerintah NKRI (demikian juga perlakuan
Pemerintah Repoeblik Indonesia masa itu terhadap Karaton Soerakarta) (melaui
Misi Intelejen dari orang-orang dan kelompok yang setia terhadap Beliau yang
misi itu bernama Misi Garuda Mataram), seperti pada :
Pada tahun 1939 (pra Kemerdekaan
NKRI) yaitu pada Politiek Contrak S.I.S.K.S.Pakoe Boewono XI pasal 10 di
Staatblad 1939 yaitu : mengenai harta-harta Kraton semua ( baik harta-harta
pribadi Raja dan harta-harta Negara Karaton Soerakarta Hadiningrat) menjadi
milik Negara dan Pemerintah Republik Indonesia.Pada tanggal 19 November 1951
yaitu pada Kepoetoesan Menteri Dalam Negeri No.66/5/26 yang isinya bahwa
Pemerintah mengingkari ganti rugi (bahasa jawa: arta tetempah siti) tanah-tanah
pada Karaton Soerakarta dan pemerintah Republik Indonesia berusaha mengatur
harta-harta Karaton semua.
Pada tanggal 9 Juni 1954 yaitu
pada Kepoetoesan Panitia Reorganisasi Pemerintah Rapoeblik Indonesia yang
diketuai Bapak Residen Soedarmo dari Soerabaia Soerat Kepoetoesan Nomer:
66/37/17 yang isinya : Pemerintah Repoeblik Indonesia mewajibkan bagi Karaton
Soerakarta untuk mendaftar harta-hartanya semua. Pada tanggal 24 Agustus 1957 yaitu : pada Kepoetoesan Menteri
Dalam Negeri Nomer:Dex48/3/37 yang isinya : Kategori barang-barang/harta-harta
Karaton Soerakarta yang menjadi milik Negara dan Pemerintah Repoeblik Indonesia
adalah Banyak dalang,saw unggaling cs. Dan barang-barang tersebut tidak boleh
dijaminkan ke Bank.Dalam tahun 1954 ada resolusi dari salah satu Sentana/Kerabat
Raja (dari Pakoe Boewono I s/d X), karena banyak banyak pusaka dan
barang-barang atau harta-harta Karaton Soerakarta yang keluar, hal; ini yang
menumbuhkan rasa tidak percaya pada S.I.S.K.S.Pakoe Boewono XII.Dari tahun 1954
hingga tahun 1957 terjadi Sengketa di antara Kerabat Karaton Soerakarta dengan
Karaton Soerakarta, dikarenakan terbitnya Soerat Kepoeto esan Panitia
Reorganisasi tertanggal 9 juni 1954 Nomer:66/37/17.
Bila dilihat pada peristiwa yang
tertera pada diktum 1 sampai dengan 6 diatas jelas pula bahwa tanah-tanah
eigendom verponding pribadi R.M.Koesen ikut dianggap sebagai tanah-tanah milik
negara dan pemerintah Repoeblik Indonesia. Seperti juga Tanah-tanah pribadi
R.M.Koesen yang dulu pada zaman rezim para-para pedagang Eropa yang tergabung
di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah Belanda yang
mengatasnamakan S.I.S.I.M.Pakoe Boewono X seolah-olah ditahan dan disrobot dan
dijadikan Civile Lyd untuk kepentingan rezim dan para pedagang Eropa dalam
VOC-nya seolah-olah menjarah dan memanfaatkan tanah-tanah pribadi R.M.Koesen,
tanpa persetujuan R.M.Koesen. Namun bila melihat kejadian yang tertera di atas
terlihat bahwa Pemerintah Repoeblik Indonesia tidak mengakui tentang
tanah-tanah Domein Karaton Soerakarta, terbukti bahwa semua tanah-tanah menjadi
milik negara dan pemerintah Repoeblik Indonesia.Demikian juga pada jaman ORBA
pun hampir sama dengan cara-cara yang diterapkan ORLA (demikian juga perlakuan
Pemerintah Republik Indonesia terhadap Karaton Soerakarta), seperti pada : Pada tanggal 16 juli 1988 yaitu : pada
Surat Keputusan Presiden Pemerintah Republik Indonesia, Nomer :23 , yang isinya
: Pemerintah dan Negara Republik Indonesia mengakui dan menetapkan bahwa
harta-harta dan tanah-tanah Karaton Soerakarta adalah hanya di dalam beteng
karaton yaitu dari gladag hingga gading (yang termasuk di dalamnya : alun-alun
ki dul, alun-alun lor, baluwarti complex dan cepuri complex). Hal lain yang terjadi adalah
perpolitikan di soerakarta yang dibuat sedemikian rupa oleh politikus-politikus
dan rezim yang berkuasa saat itu (ORLA maupun ORBA) sehingga di kalangan
kerabat-kerabat Karaton Soerakarta saling berseteru dan/atau bersengketa yaitu
seperti kejadian pada waktu itu : Badan Kesejahteraan Karaton Soerakarta
berhasil mengurus tanah pesanggrahan Giriwoyo (Krapyak Kandang Menjangan) yang
dipakai RPKAD, sebenarnya Karaton menerima uang penjualan tanah itu (ganti
rugi) tetapi ada pengakuan dari Sentana atau Kerabat S.I.S.I.M.Pakoe Boewono X
bahwa pesanggrahan/tanah pesanggrahan itu milik warisan dari Goesti Kangdjeng
Ratoe Pambajoen PB.X, jadi dalam hal ini yang menerima uang hasil penjualan
tanah (ganti rugi) ialah Bendoro Raden Ajoe Martodiningrat. Dari kejadian
saling berebut/sengketa antara Karaton Soerakarta (dalam hal ini Badan
Kesejahteraan Karaton Soerakarta) dengan Bendoro Raden Ajoe Martodiningrat itu
sehingga Karaton berdiam diri tidak melanjutka n mengurus harta-harta dan
tanah-tanah Karaton Soerakarta lainnya, takut kalau-kalau terjadi saling
berebut/sengketa lagi.Perlakuan Pemerintah Republik Indonesia terhadap pewaris
R.M.Koesen pun sama seperti perlakuan Pemerintah Republik Indonesia terhadap
Karaton Soerakarta. Dan bila melihat kejadian yang tertera di atas terlihat
bahwa Pemerintah Repoeblik Indonesia mengakui bahwa tanah-tanah Karaton hanya
sebatas atau hanya di dalam beteng karaton yaitu dari gladag hingga gading
(yang termasuk di dalamnya : alun-alun kidul, alun-alun lor, baluwarti complex
dan cepuri complex), dan mengenai tanah-tanah Domein Karaton Soerakarta dalam
hal ini Pemerintah Republik Indonesia tidak mengakui dan Pemerintah Republik
Indonesia tetap menyatakan tanah-tanah tersebut menjadi milik negara dan
pemerintah Republik Indonesia.
KESIMPULAN
Apabila ditilik dari sejarah
bahwa Raden Mas Koesen putra PB.IX no.24 seolah-olah telah mengalami kekerasan
dan ancaman fisik maupun psikologi demikian juga mengalami pembunuhan
karakter,yaitu:
1.Penyrobotan & pendudukan ,
pengambil-alihan hak secara paksa, perusakan, penghilangan dan penghancuran
dokumen-dokumen, tanah-tanah, dan semua bentuk asset-asset kekayaan pribadi
yang terkait dengan beliau baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.Pengkaburan garis kelahiran
dan/atau silsilah, pemanipulasian data kelahiran, nama ibu kandung dan silsilah
dari ibu kandung, mungkin penukaran ibu kandung/pembuangan ibu/anak dialihkan
atau diberikan ke orang lain dan bersilsilah berbeda yang graad-nya/ kedudukan
sosial & ekonominya lebih rendah.
3.Pengkaburan sejarah dan
pengabdian beliau pada Negara Karaton Soerakarta Hadiningrat.
4.Pemfitnahan dan Pempolitisiran
beliau dan keluarga.
5.Pembunuhan karakter beliau di
kancah perpolitikan dan militer.
6.Penghasutan pada semua saudara
sekandung (se-ayah) disuruh untuk memusuhi beliau dan keluarga.
7.Upaya pengejaran yang dilakukan
oleh para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche
Compagnie dan Pemerintah Belanda yang mengatasnamakan Pakoe Boewono X kepada
beliau dan keluarga untuk di eksekusi karena di nilai makar terhadap pemerintah
yang sah dan berdaulat pada waktu itu. Sehingga
setelah kita tilik dari kejadian demi kejadian dari masa ke masa, maka nampak
disini bahwa hal ini akan menjadi pro dan kontra di kalangan di dalam Karaton
Soerakarta Hadiningrat. Mereka mengatakan dengan tegas bahwa Raden Mas Koesen
adalah S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII , karena masa kecilnya bernama Raden Mas
Koesen. Maka saya dapat mengatakan pula bahwa beliau eyang saya Bendoro
Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat mempunyai nama kecil Raden Mas
Koesen alasannya adalah karena beliau alur dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII
melalui pernikahan dengan Goesti Kangdjeng Ratoe Pakoe Boewono atau yang
mempunyai nama lain Goesti Kangdjeng Ratoe Poerbo ( yang mempunyai nama kecil
Bendoro Raden Adjeng Ngaisah., melahirkan Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro yang
menikah dengan Kangdjeng Pangeran Hario Hadiwidjojo II yang melahirkan beberapa
anak diantaranya adalah anak perempuannya yang kembar yaitu Raden Adjeng
Koesnijah dan Raden Adjeng Koestijah yang kedua-duanya menikah dengan
S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX. Dan dari alur Raden Adjeng Koesnijah melahirkan
Raden Mas Koesen (yang kelak bernama B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat -yang
sebenarnya apabila di tarik garis lurus keatas akan dijumpai bahwa
B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat/Raden Mas Koesen alur dari Raden Mas
Said/Pangeran Sambernyowo Mangkoenagoro I, sehingga
sering kali beliau disebut juga Raden Mas Said). Tetapi dari alur Raden Adjeng
Koestijah melahirkan Raden Mas Kasan (yang
kelak bernama Raden Mas Goesti Malikoel Choesno atau S.I.S.I.M.Pakoe Boewono X
-adapun Raden Mas Kasan berubah nama menjadi Raden Mas Malikoel Choesno, karena
berawal dari seringnya S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX menyebut-nyebut dan mengagumi
Sang Pencipta (Allah) dengan sebutan Allah Sang Malikoel Choesno. Akhirnya di
saat-saat S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX sakit (yang oleh pemerintah Hindia Belanda
dan para pedagang Eropa yang tergabung dalam VOC, Karaton Soerakarta
Hadiningrat harus segera mengadakan pelantikan Raja yang Baru, maka terjadilah
peristiwa suksesi menjadi Raja), pada peristiwa itulah terjadi banyak sekali
perang kepentingan di antaranya putra-putra S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX,
kerabat-kerabat Raja dari PB.I sampai dengan PB.VIII, kerabat-kerabat
Mangkoenagoro I sampai dengan Mangkoenagoro IV, kerabat-kerabat kerajaan di 250
kerajaan se-Nusantara, Pemerintah Hindia Belanda, dan Para pedagang Eropa yang
tergabung dalam VOC. Dengan seringnya S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX menyebut
Allah-nya dengan sebutan Allah Sang Malikoel Choesno, maka hal inilah
seolah-olah dianggapan publik dijadikan tren politik oleh Raden Mas Kasan
sehingga Raden Mas Kasan berubah nama menjadi Raden Mas Malikoel Choesno. Hal
mengenai kisah Raden Mas Koesen dan Raden Mas Kasan ini telah menjadi legenda
di kalangan petinggi-petinggi Karaton Soerakarta Hadiningrat dengan Legenda
Kasan Koesen PB.IX (yang sering disebut-sebut oleh pujangga Ronggowarsito
dengan Pudhak Sinumpet atau Satriyo Piningit). Jadi dalam hal ini saya menegaskan bahwa beliau B.K.P.H.Kolonel
Poerbodiningrat nama kecilnya bernama Raden Mas Koesen, namun silsilah dan
sejarah serta garis/alur lahir disamarkan dan dikaburkan serta dimanipulasi
oleh para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche
Compagnie dan Pemerintah Belanda yang mengatasnamakan Pakoe Boewono X, setelah
seolah-olah Raden Mas Koesen kalah suksesi Raja. Demikianlah sekelumit ringkasan dari sejarah ,yang sebenarnya
masih banyak penjelasan-penjelasan beserta intrik-intrik politiknya.Bisa
dikatakan bahwa kalau tanpa adanya Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel
Poerbodiningrat/RM.Koesen, mungkin semua tanah menjadi milik para -para pedagang
Eropa (kartel-kartel) yang tergabung di dalam V.O.C dan pemerintah Belanda,
tetapi karena jasa beliau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel
Poerbodiningrat/RM.Koesen sehingga semua tanah-tanah se nusantara menjadi milik
pribadi beliau dan milik pribadi RM.Kasan atau RM.Malikoel Chusno alias PB.X,dan Beliau berdua saling mendukung dengan membuat sistem Raja dan patuh untuk pemanfaatan tanah-tanahnya, dan dapat diselamatkan dari para-para kartel.