PROPOSAL
KEGIATAN BHAKTI SOSIAL PAGUYUBAN PAKOE BOEWONO
UNTUK KAUM MARGINAL DAN ANAK-ANAK JALANAN
YANG DISELENGGARAKAN SETIAP MINGGU
DI
SURAKARTA 2012
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat kehidupan anak-anak yang terlantar dijalanan. Ironisnya anak-anak tersebut berusaha mencukupi hidupnya dengan cara mengamen, meminta-minta, kadang sebagian anak itu juga ada yang mencopet. Kenapa di dunia ini ada orang tua yang tega membuang anak kandungnya sendiri? Bahkan juga ada orang tua yang tega menyuruh anak-anak mereka untuk bekerja di jalanan untuk meminta-minta, itu dikarenakan mereka malas bekerja dan memanfaatkan tenaga anak mereka untuk bekerja.
Oleh karena iu, kita tergerak untuk kondisi yang memprihatikan tersebut, maka dalam rangka memperingati ‘HARI ANAK SEDUNIA’ tepatnya pada setiap minggu sekali.Paguyuban Pakoe Boewono berniat untuk melaksanakan bakti sosial berupa sumbangan seperti: baju yang masih layak pakai, makanan, peralatan sekolah seadanya dan uang alakadarnya. Oleh karena itu bakti sosial ini dilaksanakan di jalan daerah Kota Surakarta.
Oleh karena iu, kita tergerak untuk kondisi yang memprihatikan tersebut, maka dalam rangka memperingati ‘HARI ANAK SEDUNIA’ tepatnya pada setiap minggu sekali.Paguyuban Pakoe Boewono berniat untuk melaksanakan bakti sosial berupa sumbangan seperti: baju yang masih layak pakai, makanan, peralatan sekolah seadanya dan uang alakadarnya. Oleh karena itu bakti sosial ini dilaksanakan di jalan daerah Kota Surakarta.
B. NAMA KEGIATAN
Kegiatan ini diberi nama BAKTI SOSIAL: PAGUYUBAN PAKOEBOEWONO JOIN COMMUNITY, yang disingkat menjadi BAKSOS.
C. TEMA KEGIATAN
“SOLIDARITY FOR MARGINAL PEOPLES ”
D. TUJUAN
“SOLIDARITY FOR MARGINAL PEOPLES ”
D. TUJUAN
Kegiatan bakti sosial ini berupa sumbangan seikhlasnya dari TRAH,KERABAT,SENTANADALEM KELUARGA BESAR PAGUYUBAN PAKOE BOEWONO . Ini dilakukan untuk membantu anak jalanan dan orang-orang jalanan tersebut. Selain itu, kegiatan bakti sosial ini juga di maksudkan untuk mempererat hubungan tali silaturahmi antar sesama. Dengan demikian, budaya peduli terhadap sesama dapat ditumbuh kembangkan.
E. SASARAN
Sasaran kegiatan bakti sosial ini adalah anak-anak yang masih ada di jalanan untuk diserahkan kepada Yayasan Yatim Piatu dan panti-panti yang peduli dengan anak-anak dan orang-orang terlantar. Diharapkan kegiatan ini dapat menghimpun semuanya yang ada di jalanan.
F. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Kegiatan BAKSOS akan dilaksanakan pada:
Hari : seminggu sekali pada hari sabtu
Tanggal :
Tempat : di jalanan Kota Surakarta
G. SUSUNAN PANITIA
Pelindung : KPH Djojohadiningrat
Penasehat : KGPH POEGER
Penanggung Jawab : K R M P Saptono Djati
Ketua Pelaksana : RM.KOESEN JR
Wakil Ketua Pelaksana : RM.ARIYO KOESEN JR
Sekretaris : R.Ay. Riwandasari
Bendahara : R.Ay.Sakinah
• Divisi Bidang Operasional
Kepala Bidang : R.E. Wijaya
• Sub Divisi
o Acara
Penanggung Jawab : RM.Narendra
Anggota : Rr. Fitriani
Rr.Devi Ayu
o Konsumsi
Penanggung Jawab :RM.Harjuno
Anggota : Rr.Meiriswati
R.Ruddy Ferdiansyah
o Perlengkapan
Penanggung Jawab : Rr. Citra Utami
Anggota : R.Bagus Anggoro
Rr.Elizabeth Susanti
o Publikasi
Penanggung Jawab : R.Andre Putra
Anggota : R.Simeon
Rr.Adinda Nadya
o Dokumentasi
Penanggung Jawab : Rr.Puspita
Anggota : Rr.Sri Handayani
Rr.Mona Febri Putri
Penasehat : KGPH POEGER
Penanggung Jawab : K R M P Saptono Djati
Ketua Pelaksana : RM.KOESEN JR
Wakil Ketua Pelaksana : RM.ARIYO KOESEN JR
Sekretaris : R.Ay. Riwandasari
Bendahara : R.Ay.Sakinah
• Divisi Bidang Operasional
Kepala Bidang : R.E. Wijaya
• Sub Divisi
o Acara
Penanggung Jawab : RM.Narendra
Anggota : Rr. Fitriani
Rr.Devi Ayu
o Konsumsi
Penanggung Jawab :RM.Harjuno
Anggota : Rr.Meiriswati
R.Ruddy Ferdiansyah
o Perlengkapan
Penanggung Jawab : Rr. Citra Utami
Anggota : R.Bagus Anggoro
Rr.Elizabeth Susanti
o Publikasi
Penanggung Jawab : R.Andre Putra
Anggota : R.Simeon
Rr.Adinda Nadya
o Dokumentasi
Penanggung Jawab : Rr.Puspita
Anggota : Rr.Sri Handayani
Rr.Mona Febri Putri
E. ANGGARAN DAN REKAPITULASI DANA
• Pemasukkan per minggu (diperkirakan) :
Donatur :
1. Kas Paguyuban : Rp. 2.500.000,00
2. Trah d,kerabat,dan sentanadalem (diperkirakan): Rp. 5.000.000,00
3. Abdi-abdidalem (anon-anon) : Rp. 2.000.000,00
Jumlah ———————— +
Rp.9.500.000,00
4. Baju-baju bekas yang masih layak pakai (sumbangan dari tarah,kerabat,sentanadalem dan abdi-abdidalem).
• Pengeluaran
- Pembelian peralatan sekolah : Rp. 3.000.000,00
- Pembelian bahan-bahan makanan : Rp. 5.000.000,00
- Obat-obatan : Rp. 2.000.000,00
- Uang santunan : Rp. 7.000.000,00
- Transport panitia : Rp. 150.000,00
- Makan siang panitia : Rp. 250.000,00
Jumlah ———————– +
Rp.17.400.000,00
• Rekapitulasi
Pengeluaran : Rp.17.400.000,00
Pemasukan : Rp. 9.500.000,00
———————– +
Rp.7.900.000.00
G. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat. Atas bantuan para donator dan berbagai pihak, kami ucapkan terimakasih
Surakarta, 2012
Donatur :
1. Kas Paguyuban : Rp. 2.500.000,00
2. Trah d,kerabat,dan sentanadalem (diperkirakan): Rp. 5.000.000,00
3. Abdi-abdidalem (anon-anon) : Rp. 2.000.000,00
Jumlah ———————— +
Rp.9.500.000,00
4. Baju-baju bekas yang masih layak pakai (sumbangan dari tarah,kerabat,sentanadalem dan abdi-abdidalem).
• Pengeluaran
- Pembelian peralatan sekolah : Rp. 3.000.000,00
- Pembelian bahan-bahan makanan : Rp. 5.000.000,00
- Obat-obatan : Rp. 2.000.000,00
- Uang santunan : Rp. 7.000.000,00
- Transport panitia : Rp. 150.000,00
- Makan siang panitia : Rp. 250.000,00
Jumlah ———————– +
Rp.17.400.000,00
• Rekapitulasi
Pengeluaran : Rp.17.400.000,00
Pemasukan : Rp. 9.500.000,00
———————– +
Rp.7.900.000.00
G. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat. Atas bantuan para donator dan berbagai pihak, kami ucapkan terimakasih
Surakarta, 2012
Ketua
RM.KOESEN JR
RM.KOESEN JR
Sekretaris
R.Ay. Riwandasari
Artikel : Anak Jalanan, Anak Bangsa
Salah satu fenomena sosial di perkotaan yang belakangan ini semakin nyata, lebih - lebihdengan adanya krisis moneter yang melanda di Indonesia dalam setahun terakhir iniadalah masalah Anak-anak Jalanan. Anak Jalanan semata-mata bukan hanya menjadimalasalah kota besar di negara-negara sedang berkembang.Di Amsterdam, New York, London, Frankfurt, dan Bandung, anak-anak yang terpaksahidup di jalanan karena berbagai sebab, juga semakin marak. Meskipun berbeda denganAnak-anak Jalanan di Malaysia, Singapura, Thailand, India, Philipina, bukan berarti persoalan Anak Jalanan di Jakarta tidaklah penting. Dari pengalaman penelitian tentangAnak Jalanan di Jakarta, memperlihatkan mereka perlu mendapat perhatian yang sangatserius. Hakekatnya persoalan mereka bukanlah kemiskinan belaka, melainkan jugaeksploitasi, manipulasi, ketidak-konsistenan terhadap cara-cara pertolongan baik olehmereka sendiri maupun pihak lain yang menaruh perhatian terhadap Anak Jalan.Anak Jalanan belakangan ini menjadi suatu fenomena sosial yang sangat penting dalamkehidupan kota besar. Kehadiran mereka seringkali dianggap sebagai cermin kemiskinankota, atau suatu kegagalan adaptasi kelompok orang tersebut terhadap kehidupan dinamiskota besar. Pemahaman tentang karakteristik kehidupan mereka, seperti apa kegiatan danaspirasi yang mereka miliki, keterkaitan hubungan dengan pihak dan orang -orang yangada di sekitar lingkungan hidup mereka, memungkinkan kita menempatkan merekasecara lebih arif bijaksana dalam konteks permasalahan kehidupan kota besar.Studi kasus ini berupaya mendapatkan suatu karakteristik Anak Jalanan yang setidaknyadapat memberi gambaran kepada kita tentang permasalahan sehari-hari yang dihadapiAnak Jalanan, kondisi orang tuanya, aspirasi mereka serta ikut memikirkan upayamengatasi permasalahn mereka.
adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yangmempunyai kegiatanekonomidi jalanan, namun masih memiliki hubungan dengankeluarganya.Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikanacuan bagi semua pihak.
Pengelompokan
Ditengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokananak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategorianak jalanan, yaitu
children on the street
dan
children of the street
. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu
children in the street
atau seringdisebut juga
children from families of the street
.Pengertian untuk
children on the street
adalahanak -anak yang mempunyai kegiatanekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersamaorangtuanyadansenantiasa pulang kerumahsetiaphari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengancara pulang baik berkala ataupun dengan jadwalyang tidak rutin.
Children of the street
adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan denganorangtua atau keluarganya.
Children in the street
atau
children from the families of the street
adalah anak-anak yangmenghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atautinggalnya juga di jalanan.
Terdapat beberapa alternatif
“KESEMPATAN
” yang anak jalanan perlukan :Pendampingan. Karena perlakuan keluarga maupun lingkungan menyebabkan anak jalanan terkadang merasa bahwa mereka adalah anak yang tersingkirkan dan tidak dikasihi, olehnya kita dapat memulihkan percaya diri mereka. “Uang” kita dapatdialihkan dengan waktu yang kita berikan untuk mendampingi mereka. Dengan sikap“Penerimaan kita” tersebut dapat mengatasi “luka masa lalu” mereka.Bantuan Pendidikan. Kita dapat membantu mereka dalam pendampingan bimbingan belajar, memberikan kesempatan mereka untuk sekolah lagi dengan Beasiswa,Bimbingan Uper (Ujian Persamaan) untuk anak yang telah melewati batas usia sekolah.“Uang” kita dapat kita konversi menjadi “Beasiswa” (memang pemerintah telahmembebaskan uang SPP untuk sekolah negeri, Namun hal tersebut digantikan dengan pungutan lainnya bahkan lebih mahal dari pada uang SPP yang telah dihapuskan denganmengatas namakan “uang buku”, “uang kegiatan” dan lain-lainnya.Bantuan Kesehatan. Dengan latar belakang pendidikan yang rendah serta lingkunganyang tidak sehat mengakibatkan mereka rentan dengan sakit penyakit. Pada kondisisekarang mereka bukanlah tidak memiliki uang untuk berobat namun kesadaran akanmahalnya kesehatan sangat rendah dalam lingkungan mereka. Uang kita dapat kita rubahmenjadi penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan untuk awareness, subsidi obat-obatan serta subsidi perawatan kesehatan.Penyediaan Lapangan Pekerjaan. Sebagai contoh yang baik, Carrefour melakukanterobosan yang sangat bagus dengan menerima 4 anak jalanan yang cukup umur untuk bekerja di perusahaannya. Langkah ini merupakan salah satu obat mujarab terhadap penyakit masyarakat yang menjangkit bahkan telah mulai membusuk dalam bangsa ini.Bayangkan jika terdapat “Carrefour” yang lainnya dapat membuka kesempatan tersebut,mungkin jalanan akan sepi dengan anak anak jalanan karena orang tua mereka telahmulai bekerja. Profile keluarga dikembalikan seperti semula, orang tua menjadi penopangkeluargaBantuan Pangan. Dengan tingginya harga sembako membuat rakyat marginal tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan “Uang” dapat kita konversidengan bantuan pangan dengan mengadakan Bazaar sembako murah, kembali kita tidak boleh memberikan kepada mereka secara gratis
Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak.
Undang-undang dasar mengatur bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara (pasal 34 ayat 1), namun kenyataannya kemampuan pemerintah tidak sebanding dengan meningkatnya permasalahan anak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah anak terlantar (dimana anak jalanan termasuk didalamnya) cenderung semakin meningkat, seiring dengan permasalahan kemiskinan yang belum dapat diatasi. Data PUSDATIN tahun 2006 menunjukkan bahwa anak terlantar di Indonesia mencapai 2.815.383 jiwa. Karena keterbatasan pemerintah itulah, peran aktif dari masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan ini sangat dibutuhkan.
Kiranya tak salah menyebut Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai ”pasar serbaada”. Di bandara itu ada penyemir sepatu, ojek, taksi gelap, pedagang asongan, restoterkenal, dan porter liar. Sungguh jauh dari bayangan wajah negara yang mestinya tertata,aman, dan nyaman.Keluhan soal kondisi dan pelayanan di bandara yang lebih banyak tampak ”amburadul”daripada tertata sering terlihat. Namun, upaya pembenahan belum juga maksimal.Hingga Rabu (13/8), kondisi bandara tetap belum sesuai harapan pengguna. Rasa tak aman dan tak nyaman masih menggelayuti perasaan.Lewatlah di area publik dalam bandara niscaya bau dan asap rokok akan langsungmenyergap hidung. Begitu duduk di bangku panjang di Terminal I dan II atau memesanmakanan di salah satu resto dalam area bandara, dalam hitungan menit, pedagangasongan dan penjual jasa menghampiri menawarkan dagangan dan jasa mereka.”Semir, semir sepatu,” kata bocah lelaki bersandal jepit bersahut-sahutan. Baru semenitmenolak tukang semir, datang penjual parfum dan pulpen menawarkan dagangan.”Parfum ini sama dengan yang dijual pramugari. Kalau di mal harganya sampai Rp300.000, di sini saya jual Rp 150.000 saja,” kata Sri, penjual parfum, merayu calon pembeli.Keluar dari resto, giliran penarik ojek dan sopir taksi gelap yang kini dilegalkan menjadi penyewaan mobil dan biro wisata menawarkan jasa untuk mengantarkan ke mana saja.Untuk meyakinkan calon penumpang, Nafis, penarik ojek warga Bojong Renged(kampung di belakang bandara), bercerita, ia sering mengantar penumpang sampaiwilayah Kota di Jakarta Barat. ”Kemarin saya antar seorang ibu yang ketinggalan pesawat. Rumahnya di Pamulang- Kabupaten Tangerang. Ongkosnya cuma Rp 70.000,”ujar Roni, pengojek, Selasa malam. Ia mangkal di Terminal II, penerbangan internasional,Garuda dan Merpati.Kondisi lebih seru terjadi di area parkir. Kaum perempuan yang menjadi pedagangasongan makanan menggelar dagangan di banyak tempat. Ada yang di antara mobil, ada pula yang memilih berdagang di pangkalan ojek. Selain menjual teh, kopi panas, anekakue, dan telur, pedagang juga menyediakan bermacam lauk dan nasi putih.Harga satu porsi nasi putih dengan sayur dan salah satu lauk (bisa oseng kerang atau balado teri) plus sambal hanya Rp 7.000. Jika ditambah minum sebotol air mineral bermerek terkenal, pembeli cukup membayar Rp 9.500 sekali makan. Mereka tetap lahapmakan walaupun aroma tak sedap tercium akibat banyak orang yang suka buang air kecildi sembarang tempat.Harga makanan itu murah dibandingkan makan dengan menu yang hampir sama diwarung makan resmi di area parkir atau terminal bandara yang harganya bisa tiga kalilipat.Menurut Idah, penjual asongan makanan di area parkir bandara, berjumlah lebih dari 100orang, termasuk dirinya. Mereka umumnya warga di balik pagar Bandara Soekarno-Hatta.
Bagi para perempuan, seperti Idah yang tak tamat SMP, berjualan makanan di bandarasangat membantu ekonomi keluarga. ”Sebagian yang jualan gini dulu korban gusuran,tetapi ada juga pendatang dari Sumatera,” kata Dedeh, pedagang makanan yang asliTangerang.Bermodal termos, tas berisi bungkusan nasi, lauk, telur, sambal, dan air mineral, para perempuan itu menyusuri area parkir bandara untuk mengais rezeki.Beberapa orang di antara mereka mengaku mendapat penghasilan lebih dari Rp 100.000 per hari. ”Lumayan bisa bantu suami yang cuma ngojek. Kalau tidak begini, dari mana biaya sekolah anak,” kata Dedeh yang memiliki tiga anak.Selain pedagang makanan, di balik ratusan mobil yang parkir, ada porter liar. Selasamalam, Kompas menyaksikan sebuah keluarga yang akan memasukkan koper dan tas kemobilnya kaget saat tiga lelaki tiba-tiba muncul di belakang mobil dan membantumemasukkan empat koper dan tas mereka.”Bos, bos,” kata seorang dari lelaki itu. Maksudnya ia meminta uang. Dengan mimik kesal, salah satu anggota keluarga itu memberi uang kepada para lelaki yang biasa disebut porter liar tersebut. Porter, tanpa kerja, yang tiba-tiba datang dan minta uang inimenjengkelkan pengguna bandara.
Tanggung jawab bersama
Manajer Humas PT Angkasa Pura II Trisno Heryadi mengakui adanya kekurangan saranadan pelayanan di Bandara Soekarno-Hatta.Akan tetapi, pihak badan usaha milik negara yang mengelola bandara tersebutmenyatakan, hal itu sebagai tanggung jawab bersama. ”Maksudnya saya, mereka yangterkait dengan penggunaan bandara harus bersama- sama mewujudkan bandara yangnyaman dan aman,” kata Trisno pada Rabu.Soal tumbuh suburnya ojek, taksi gelap, pedagang asongan bahkan pelanggaran oleh para perokok, ia berpendapat, hal seperti itu terjadi karena sikap dan tiadanya keinginanmasyarakat untuk berubah menjadi baik.Ia menambahkan, Angkasa Pura II juga tengah melakukan pembenahan dan pembangunan Terminal III.Benar, mulai ada perbaikan total toilet di Terminal I (domestik) dan penambahan toilet,ruang ibadah di area parkir, tetapi kenyamanan pengguna juga berkurang oleh makintersitanya ruang publik oleh penambahan kios makanan dan pakaian.Sebagai bandara utama yang tiap tahun dikunjungi 34 juta penumpang dalam dan luar negeri, tak pantas dibiarkan dalam keadaan ”amburadul”.
Terlihat bahwa kehidupan kelurga sedang mengalami masa transisi darikehidupan keluarga besar menjadi keluarga inti, dari budaya tradisional pedesaanmenjadi budaya modern perkotaan. Karena itu, kehidupan mereka ini sangatrentan terhadap setiap kondisi, perubahan dan pengaruh lingkungan yang terjadi.Selain itu, pendapat mereka kurang dapat menopang secara keseluruhankebutuhan keluarga. Tentu faktor ini juga menjadi faktor penyebab percepatan perubahan dalam kehidupan keluarga tersebut. Mungkin suatu saat mereka akanmelakukan apa saja untuk menghidupi keluarga karena tuntutan kebutuhan dan perubahan yang terjadi.
-
Dalam pola asuh keluarga terhadap anak, pihak orang tua atau keluarga mulaimemberikan kebebasan yang lebih besar kepada anak. Jelas hal ini akanmemberikan akses interaksi sosial yang semakin luas terhadap anak untuk bergauldengan teman-temannya. Sesungguhnya akses ini akan memberikan peluangkepada anak untuk mengembangkan kreativitas, kemandirian dan wawasan anak, bilamana dapat diimbangi dengan kontrol keluarga yang baik. Namun, sebaliknya bila keluarga tidak dapat mengontrolnya, tidak mustahil akan terjadi perilaku- perilaku yang a-sosial terhadap anak. Karena itu, perlu dilakukan pemberdayaan- pemberdayaan terhadap keluarga.- Lama waktu yang dihabiskan anak berada di tempat-tempat hiburan tersebutsebagian besar antara 1-3 jam; digunakan untuk berkunjung ke tempat-tempattersebut adalah pada malam hari antara 19.00 – 21.00; dan sebagian lagi padasiang hari antara 13.00 – 17.00 WIB, sisanya tidak tentu, mungkin pada sianghari, sore hari, malam hari, atau larut malam. Waktu-waktu ini sesungguhnyamerupakan waktu yang sangat rawan bagi kehidupan anak. Namun ini dapatterjadi karena fungsi keluarga dan lingkungan sosial tidak dapat berfungsisebagaimana yang diharapkan.- Terlihat adanya kesamaan persepsi antara orang tua dengan anak dalammelihat beberapa variabel sikap dan perilaku sebagai perilaku nakal, seperti ;membolos sekolah, melawan guru, mejeng di pertokoan, bergadang di jalanan, pulang larut malam, tidak pulang ke rumah, berkelahi tawuran, minuman keras,narkotika, seks bebas, mencuri, memeras, membajak atau merampok. Namun, beberapa variabel sikap dan perilaku tidak dilihat sebagai perilaku nakal baik olehanak maupun orang tua itu sendiri, seperti : berbohong, merokok, terlambatsekolah, dan tidak mau belajar. Pemandangan seperti ini akan menjadi titik masuk yang memberikan peluang ke pada anak untuk menjadi nakal.- Menurut para remaja ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinyakenakalan anak, seperti: pengaruh media massa khususnya TV dan film, faktor teman sebaya dan masyarakat sekitar, kurangnya perhatian orang tua dan tidak adanya kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan anak di rumah.- Beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam mencegah kenakalan remaja,yaitu anak harus dilatih tertib dan disiplin, kerukunan dan kehangatan dalamkeluarga harus tetap dibina, anak harus dianjurkan untuk tetap melakukankewajiban-kewajiban ibadah, orang tua harus dapat menjadi tauladan bagi anak,orang tua harus lebih memperhatikan kehidupan anak dan anak harus diberikankegiatan-kegiatan positif dalam keluarga yang dapat mencegah anak berbuatnakal.- Program-pogram yang ditawarkan kepada masyarakat khususnya dari pihak pemerintah dalam rangka mencegah sikap dan perilaku tindak tuna sosial belumsepenuhnya dapat menjawab permasalahan keluarga yang sesungguhnya.Program yang ditawarkan belum mampu merubah aspek kognitif, efektif dan psikomotorik dari masyarakat tersebut, program yang ditawarkan lebih banyak
menekankan pada aspek bantuan fisik. Sedangkan program dari pihak LSM atauorganisasi sosial dapat dikatakan lebih masuk pada aspek kognitif, efektif dan psikomotorik kemudian diikuti oleh bantuan oleh bantuan fisik. Namun,frekuensinya masih terbatas karena dana terbatas.
Apa yang dapat dilakukan masyarakat terkait anak jalanan tersebut? Pada dasarnya, kebutuhan individu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis (Cole dan Bruce, 1959). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, seksual, atau perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis yang disebut juga kebutuhan sekunder dapat mencakup kebutuhan untuk mengembangkan kepribadian seseorang, contohnya adalah kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan mengaktualisasikan diri, atau kebutuhan untuk memiliki sesuatu, di mana kebutuhan psikologis tersebut bersifat lebih rumit dan sulit diidentifikasi segera. Begitu juga dengan anak jalanan tersebut, untuk dapat memupuk harga diri, perilaku dan aktualisasi dirinya, pertimbangan mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebutuhan anak jalanan tersebut perlu dilakukan.
Begitu juga dengan kondisi anak-anak jalanan (ANJAL) yang berada di sekitar pasar Ciroyom Bandung ini. Begitu banyak orang yang menilai negatif terhadap ANJAL tanpa mengetahui kondisi ANJAL tersebut dengan sesungguhnya. Mengelem, meminta-minta memang dianggap hina oleh masyarakat sekitar, bahkan oleh kaum terdidik seperti mahasiswa juga menganggap hal itu adalah perbuatan hina. Namun apakah kita mengetahui apa penyebab mereka melakukan perbuatan hina tersebut secara langsung? Pasti kebanyakan dari kita hanya berasumsi tanpa terjun secara langsung untuk mencari tahu penyebab mereka melakukan hal ini. Dengan menumbuhkan dan menunjukkan sedikit rasa kepedulian kita dengan cara mencari informasi mengenai kondisi anak jalanan itu dapat memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku anak jalanan tersebut.
Sebagai contoh, di Rumah Belajar (RUBEL) Sahabat Anak Jalanan (SAHAJA) Ciroyom, para anak jalanan mendapatkan sedikit rasa kepedulian dari berbagai macam relawan yang datang dan pergi. Rasa kepedulian itu bermacam-macam bentuknya, ada yang mengajak mereka menggambar bersama, ada yang mengajarkan baca tulis dan berhitung, ada yang mengajak mereka jalan-jalan dan bahkan ada yang rela menginap barsama mereka untuk menunjukkan kepedulian mereka. Mungkin tidak semua orang sudah memiliki sekaligus merealisasikan rasa kepedulian mereka seperti yang diatas. Untuk mulai menumbuhkan rasa kepedulian dan merealisasikannya membutuhkan niat yang begitu luar biasa pada awalnya. Coba kita pikirkan, waktu kita dalam sehari ada 24 jam, tidak bisakah kita luangkan waktu kita lima menit dalam satu hari untuk menyapa dan menanyakan kabar mereka, atau mungkin setengah jam dalam sehari untuk mengajarkan arti dan makna hidup ini.
Salah siapakah fenomena anak jalanan ini? Salah pemerintahkah yang sibuk berbicara bahasa saktinya tentang EKONOMI MAKRO nya? Salah orang-orang terpelajarkah yang menjadikan diri mereka PELACUR INTELEKTUAL dengan jargon-jargon KEBENARAN ILMIAH yang akhirnya tidak membuat mereka melakukan apa-apa? Atau salah mereka kah KARENA TIDAK BISA MEMILIH UNTUK TIDAK DILAHIRKAN SEBAGAI ANAK JALANAN?
mereka tidak butuh dikasihani, mereka tidak butuh harapan-harapan kalian.
bantulah mereka membuat pilihan-pilihan baru dalam hidup mereka.
mereka hanya butuh sedikit perhatian dan kasih sayang.
agar mereka dapat merubah hidup mereka.
mereka juga anak bangsa ini.
mereka juga adik-adik kita.
walau mereka tidak seberuntung kita.
tapi marilah kita buat mereka tersenyum.
dan memberikan sedikit arti kehidupan kepada mereka.
terkadang terlalu banyak alasan kita untuk menutup mata, kuping dan hati kita.
Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak.
Undang-undang dasar mengatur bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara (pasal 34 ayat 1), namun kenyataannya kemampuan pemerintah tidak sebanding dengan meningkatnya permasalahan anak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah anak terlantar (dimana anak jalanan termasuk didalamnya) cenderung semakin meningkat, seiring dengan permasalahan kemiskinan yang belum dapat diatasi. Data PUSDATIN tahun 2006 menunjukkan bahwa anak terlantar di Indonesia mencapai 2.815.383 jiwa. Karena keterbatasan pemerintah itulah, peran aktif dari masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan ini sangat dibutuhkan.
Apa yang dapat dilakukan masyarakat terkait anak jalanan tersebut? Pada dasarnya, kebutuhan individu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis (Cole dan Bruce, 1959). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, seksual, atau perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis yang disebut juga kebutuhan sekunder dapat mencakup kebutuhan untuk mengembangkan kepribadian seseorang, contohnya adalah kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan mengaktualisasikan diri, atau kebutuhan untuk memiliki sesuatu, di mana kebutuhan psikologis tersebut bersifat lebih rumit dan sulit diidentifikasi segera. Begitu juga dengan anak jalanan tersebut, untuk dapat memupuk harga diri, perilaku dan aktualisasi dirinya, pertimbangan mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebutuhan anak jalanan tersebut perlu dilakukan.
Begitu juga dengan kondisi anak-anak jalanan (ANJAL) yang berada di sekitar pasar Ciroyom Bandung ini. Begitu banyak orang yang menilai negatif terhadap ANJAL tanpa mengetahui kondisi ANJAL tersebut dengan sesungguhnya. Mengelem, meminta-minta memang dianggap hina oleh masyarakat sekitar, bahkan oleh kaum terdidik seperti mahasiswa juga menganggap hal itu adalah perbuatan hina. Namun apakah kita mengetahui apa penyebab mereka melakukan perbuatan hina tersebut secara langsung? Pasti kebanyakan dari kita hanya berasumsi tanpa terjun secara langsung untuk mencari tahu penyebab mereka melakukan hal ini. Dengan menumbuhkan dan menunjukkan sedikit rasa kepedulian kita dengan cara mencari informasi mengenai kondisi anak jalanan itu dapat memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku anak jalanan tersebut.
Sebagai contoh, di Rumah Belajar (RUBEL) Sahabat Anak Jalanan (SAHAJA) Ciroyom, para anak jalanan mendapatkan sedikit rasa kepedulian dari berbagai macam relawan yang datang dan pergi. Rasa kepedulian itu bermacam-macam bentuknya, ada yang mengajak mereka menggambar bersama, ada yang mengajarkan baca tulis dan berhitung, ada yang mengajak mereka jalan-jalan dan bahkan ada yang rela menginap barsama mereka untuk menunjukkan kepedulian mereka. Mungkin tidak semua orang sudah memiliki sekaligus merealisasikan rasa kepedulian mereka seperti yang diatas. Untuk mulai menumbuhkan rasa kepedulian dan merealisasikannya membutuhkan niat yang begitu luar biasa pada awalnya. Coba kita pikirkan, waktu kita dalam sehari ada 24 jam, tidak bisakah kita luangkan waktu kita lima menit dalam satu hari untuk menyapa dan menanyakan kabar mereka, atau mungkin setengah jam dalam sehari untuk mengajarkan arti dan makna hidup ini.
Salah siapakah fenomena anak jalanan ini? Salah pemerintahkah yang sibuk berbicara bahasa saktinya tentang EKONOMI MAKRO nya? Salah orang-orang terpelajarkah yang menjadikan diri mereka PELACUR INTELEKTUAL dengan jargon-jargon KEBENARAN ILMIAH yang akhirnya tidak membuat mereka melakukan apa-apa? Atau salah mereka kah KARENA TIDAK BISA MEMILIH UNTUK TIDAK DILAHIRKAN SEBAGAI ANAK JALANAN?
mereka tidak butuh dikasihani, mereka tidak butuh harapan-harapan kalian.
bantulah mereka membuat pilihan-pilihan baru dalam hidup mereka.
mereka hanya butuh sedikit perhatian dan kasih sayang.
agar mereka dapat merubah hidup mereka.
mereka juga anak bangsa ini.
mereka juga adik-adik kita.
walau mereka tidak seberuntung kita.
tapi marilah kita buat mereka tersenyum.
dan memberikan sedikit arti kehidupan kepada mereka.
terkadang terlalu banyak alasan kita untuk menutup mata, kuping dan hati kita.
Anak jalanan
Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak.
[sunting] Pengelompokan
Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan.
Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.
Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
[sunting] Lihat pula
Mereka jarang tersenyum bukan karena mereka enggan untuk tersenyum. Tapi hidup dan waktu seolah menuntut mereka untuk menghabiskan sebagian besar kehidupan untuk bekerja keras sehingga terkadang mereka lupa bahwa ada waktu untuk tersenyum. Seolah dunia begitu keras menuntut mereka hingga mereka lupa untuk tertawa. bahkan mereka tidak punya waktu untuk tersenyum. Apa mereka lupa cara tersenyum? Atau karena mereka tak pernah menerima senyuman, makanya mereka tak tahu lagi bagaimana caranya tersenyum?
Terkadang dunia memang terlalu keras pada mereka. Bukan dunia sebagai objek, tapi dunia dengan manusianya. Bagaimana jika sesekali kita tidak menghabiskan waktu di tempat-tempat yang indah? Kenapa kita tak meluangkan waktu sejenak untuk memperhatikan mereka? Jika tak mau atau tak mampu membantu mereka dengan materi, tidak ada salahnya juga kita menghargai mereka dengan sebuah senyuman ikhlas dari wajah kita. Bukankah mereka juga saudara kita???
Andai kita punya waktu untuk memperhatikan kehidupan mereka yang begitu sederhana. Maka kita akan menemukan kehidupan yang begitu indah. Di sana kita sadar betapa lebih beruntungnya kita….tidak ada salahnya sesekali kita berjalan kaki sendirian di tengah keramaian sambil memperhatikan lingkungan kita. Cobalah luangkan waktu sedikit saja untuk itu. Sekali lagi, jika tak dapat memberi pada mereka, paling tidak kita bisa sadar dan lebih memahami lagi hidup kita.
Mereka hebat. Dengan kehidupan yang begitu keras, mereka tetap bisa menjalaninya. Meski tak tahu dengan apa hidup ini akan dilanjutkan esok hari dan dengan apa perut mereka akan diisi, mereka tetap menanti datangnya mentari pagi. Mereka bilang kalau mereka percaya bahwa selama mereka masih hidup, maka rezeki dari Tuhan akan tetap ada untuk mereka,rezeki akan tetap ada selama mereka masih percaya dan mau berusaha serta berdo’a.
Mereka dengan kesederhaannya selalu bahagia dan bersyukur ketika mendapatkan sejumlah uang. Jika orang kaya yang menerima uang sejumlah itu, mungkin mereka menganggap uang itu tak berarti apa-apa. Tapi mereka tetap tersenyum ketika mendapatkannya. Mengapa harus ada perbedaan seperti itu?
Jika si miskin datang ke rumah si kaya, sangat jarang atau bahkan tak akan ada sambutan hangat bagi mereka. Tapi, ketika si kaya yang datang ke rumah si miskin, maka si miskin terlihat begitu menghargai. Seolah mereka didatangi oleh tamu agung di rumahnya. Sekali lagi, mengapa harus ada perbedaan seperti itu?
Jika suatu ketika si miskin dengan pakaiannya yang tampak lusuh dan kotor terjatuh, maka si kaya tak akan menghiraukan karena mungkin bagi mereka tidak akan menimbulkan manfaat apa-apa bagi dirinya. Yang ada paling hanya akan mengotori pakaiannya, mungkin itulah yang ada di fikirannya. Tapi, si miskin masih tetap berbeda dengan si kaya. Ketika keadaan berbalik, maka si miskin akan tetap membantu. Si miskin begitu penghiba. Hati mereka begitu lembut, sehingga tak mampu membiarkan orang lain dalam kesusahan karena mereka tahu bagaimana rasanya kesusahan itu.
Demi untuk sesuap nasi mereka rela kepanasan, kehujanan, bahkan kadang ada yang mencela mereka...dengan hanya bermodal suara yang tidak begitu merdu serta alat yang bisa di jadikan musik. Tapi itu semua tidak bisa membuat mereka untuk menyerah, karna bagi mereka hidup itu memang penuh dengan perjuangan dan hidup itu bukan sebuah pilihan. Jika dengan segitu saja mereka menyerah, dengan apa nanti mereka bisa memperpanjang hidup mereka esok.
Anak jalanan bukan lah anak nakal atau anak gembel...anak jalanan adalah sang penghibur.
Mereka selalu menghibur kita ketika kita sedang berada dalam perjalanan meski hati mereka tak terhibur.
Janganlah memandang anak jalanan dengan sebelah mata, mulai sekarang dan seterusnya, pandang lah mereka dengan kedua mata kita dan jadikan mereka sebagai motifasi hidup kita, karna mereka selalu bersyukur dengan apa yang mereka dapat dan selalu berusaha agar bisa menjadi yang terbaik.
Siapakah Anak-Anak Dalam Krisis? (Teacher Information)
Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” Matius 19:14.
Bayangkan reaksi dari murid-murid Yesus ketika mereka mendengar Yesus berkata demikian. Bukankah mereka hanya berusaha untuk melindungi Dia dari gangguan yang disebabkan oleh kedatangan anak-anak. Yesus adalah orang penting, dan Dia tidak ada waktu untuk berdoa atau berbicara dengan anak-anak. Benarkah? Bukankah alasan utama Dia datang adalah untuk meluangkan waktu bagi orang-orang yang membutuhkan Dia?
“Anak-anak. Mereka adalah mayoritas utama yang bisu. Walaupun mereka adalah setengah dari insan manusia, mereka menanggung penderitaan dunia lebih dari yang selayaknya mereka alami. Problema-problema masyarakat kian memburuk dan sangat merugikan anak-anak. Ketika orang-orang dewasa lapar, anak-anak kelaparan. Ketika orang-orang dewasa sakit, anak-anak meninggal. Dalam sepuluh tahun terakhir, lebih banyak anak-anak yang meninggal dalam pertempuran global kita daripada tentara. Setiap hari, 35.000 anak-anak menjadi korban dari hal-hal yang sebenarnya dapat dihindari, karena kita kekurangan hati dan keberanian untuk berjuang demi mereka. Setiap hari! Tanpa pengaruh kuasa atau pilihan, mereka menderita diam-diam, hanya Tuhan yang tahu air mata dan ketakutan mereka.” (Stafford 1996)
Walaupun anak-anak adalah manusia yang kurang dihargai di dunia ini, mereka adalah berharga di mata Allah Bapa. Anak-anak mempunyai kualitas iman yang paling penting seperti yang dikatakan Yesus sebagai terhadap pertanyaan pengikutNya, “Siapakah yang paling besar di dalam Kerajaan Surga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 18:2-4). Apakah sifat-sifat iman anak-anak? Sifat-sifat itu adalah: hati yang polos, keingin-tahuan, kerendahan-hati, kerentanan, kebergantungan terhadap orang lain, kasih tanpa syarat, dan mudah percaya; sifat-sifat yang seharusnya kita kembangkan dalam hidup kita sendiri. Kalu kita cukup beruntung untuk bekerja dengan anak-anak, kita dapat melihat sifat-sifat ini nampak dalam kehidupan mereka sehari-hari.
“Anak-anak sangat beraneka rupa, bentuk, dan warna. Mereka mempunyai kesukacitaan, harapan, cita-cita, dan impian yang berbeda-beda. Tuhan menciptakan seorang anak dengan keunikan sesuai dengan citraNya, menciptakan seorang demi seorang penuh dengan potensi. Dia juga merencanakan masa kanak-kanak sebagai waktu yang spesial untuk memelihara karunia-karunia dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepada anak kecil. Dengan bantuan dan pacuan keluarga dan teman-teman, anak-anak seharusnya menggunakan masa ini untuk menemukan jati diri.” (Kilbourn 1996)
Apapun masalah yang dihadapi anak-anak sewaktu bertumbuh, keluarga harus selalu menjadi tempat yang aman. Keluarga harus menjadi tempat di mana kasih adalah tanpa syarat dan hubungan yang didasarkan atas saling percaya.
Gambaran PBB mengenai masa kanak-kanak yang normal telah menjadi bahan ejekan bagi berjuta-juta orang: “Anak-anak di dunia itu polos, rentan, dan bergantung pada orang lain. Mereka juga mempunyai rasa ingin tahu, aktif, dan penh harapan. Waktu-waktu mereka seharusnya masa bahagia dan damai, masa bermain, belajar, dan bertumbuh. Masa depan mereka seharusnya dibentuk dalam keharmonisan dan kerja sama. Kehidupan mereka seharusnya bertumbuh dewasa selagi mereka memperluas perspektif dan menimba sudut pandang baru.
Anak-anak adalah berharga bagi Tuhan. Tetapi walaupun demikian, berjuta-juta anak-anak menjadi yatim, hidup di jalanan, menjadai pengungsi peperangan, atau dipaksa masuk ke dalam pelacuran atau menjadi tenaga kerja. “Tragisnya, sekilas pandang saja akan perubahan citra masa kanak-kanak bagi berjuta-juta anak yang hidup dalam keadaan yang susah, cukup untuk menggambarkan seberapa besar kerugian mereka, dan kehilangan mereka atas kesempatan untuk mengalami masa kanak-kanak yang normal dan sehat.” (Kilbourn 1996). Sangat tidak masuk akal jikalau anak-anak, yang merupakan karunia terbesar dari Allah, harus mengalami penderitaan ini tanpa harapan dan kasih Allah dalam hidup mereka! Kata-kata Yesus adalah peringatan yang keras: “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” (Matius 18:6).
Sungguh di luar pengertian kita untuk betul-betul mengerti, jangankan untuk menyerap, penderitaan yang dialami oleh lebih dari 140 juta anak-anak yang hidup di jalanan tanpa kasih ataupun rasa aman dari keluarga, ataupun masyarakat; atau trauma yang dialami oleh 12 juta anak-anak yang telah menjadi gelandangan selama peperangan, banyak diantara mereka terpaksa hidup di tempat penampungan yang sesak di mana hanya sedikit kebutuhan mereka yang terpenuhi; atau 300.000 anak-anak yang turut berperang seperti orang dewasa di berbagai tempat di dunia; atau 12,1 juta anak-anak yang telah kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka karena AIDS; atau berjuta-juta bayi yang dilahirkan dari keluarga yang terjangkit HIV dan yang dibuang di pembuangan sampah; atau 100-300 juta anak-anak yang dipaksa untuk berkerja dalam kondisi yang sulit dan berbahaya. (Kilbourn 1996) Walaupun demikian, dibalik setiap angka dan statistik itu, terdapatlah sebuah wajah, sebuah nama, sebuah kehidupan, dan seorang jiwa. (McDonald 2000)
Anak-anak dan masa kanak-kanak sedang berada dalam krisis yang tak pernah dialami sebelumnya. “Pada awal milenia ini, hampir sepertiga dari penduduk dunia berusia di bawah 15 tahun; yaitu sekitar 1,8 milyar.” (Global evangelization movement 2000). “Dari semua anak-anak yang lahir saat ini, 80 persen hidup di negara berkembang di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan sebagian Eropa di mana lazim terdapat kemiskinan yang ekstrim.” (Statistics 1998). Menurut UNICEF, 130 juta anak-anak usia sekolah dasar tidak mempunyai akses untuk pendidikan, sehingga mereka tidak memiliki sarana untuk keluar dari siklus kemiskinan. (The state of the world’s children 1999). Diperkirakan antara tahun 1998 dan 2025, 4,5 milyar anak-anak akan dilahirkan, membuat tantangan ini kian membesar. (World population profile 1998). “Masalah hancurnya masa kanak-kanak semakin lazim dalam hampir setiap bangsa, konteks, dan kebudayaan di dunia.” (McDonald 2000)
Anak-anak dipaksa untuk “tumbuh dewasa dalam sekejap” selagi mereka memelihara saudara kandung, selagi latihan untuk menjadi tentara dan maka dari itu latihan untuk membunuh, selagi bekerja keras untuk menunjang keluarga mereka. Anak-anak dimanfaatkan selagi mereka melayani keinginan anggota masyarakat melalui pelacuran. Peran sebagai orang dewasa yang dipaksakan atas anak-anak tidak menyisakan waktu bagi mereka untuk bermain, bersekolah, atau bergaul dengan kawan. Karunia masa kecil telah dicuri dari tangan anak-anak yang dalam krisis tersebut. Mereka menghabiskan waktu menjalani masa kecil mereka dalam pengalaman yang sangat merugikan, daripada menikmati pengalaman yang membantu dalam pembentukan karunia yang diberikan Tuhan.
Kerugian ini antara lain kehilangan keluarga, kasih dan pemeliharaan ayah-ibu; kepolosan dan harga diri; kesempatan pendidikan; rasa aman; keutuhan jasmani; identitas dan status; kemampuan untuk percaya; kebutuhan dasar seperti makanan dan kebersihan; dan harapan, yang sering disebutkan oleh anak-anak sebagai kerugian terbesar. (Schoots 1998d)
Setiap harinya, anak-anak ini mengalami kejadian-kejadian yang mungkin memaksa orang dewasa sekalipun untuk menyerah. Mereka sendirian, di-diskriminasi, dan menderita sakit, tanpa kasih, tanpa harapan, dan tanpa rasa kehadiran Tuhan.
Ketika anak-anak hidup di situasi yang traumatis, harapan mereka diganti dengan keputus-asaan. Tawa ceria dan semangat riang mereka diganti dengan ketakutan, kesangsian, dan kesedihan. Mereka menanggung beban dan tanggung jawab yang jauh lebih besar dari selayaknya bagi mereka. Mereka mengalami rasa putus harapan yang sangat dalam, dan mereka tidak melihat adanya kesempatan untuk mengembangkan karunia mereka yang diberikan Tuhan. (Kilbourn 1996)
Malangnya, anak-anak dipaksa untuk belajar dua pelajaran yang menyakitkan dan tragis: dunia ini bukanlah lagi tempat yang aman untuk hidup, dan orang dewasa tidak selalu dapat dipercaya. Melalui pengalaman pribadinya dengan penderitaan yang dihadapi anak-anak jalanan melalui pembunuhan, pembuangan, dan eksploitasi, David High berkata:
Seharusnya ada permohonan dari umat Tuhan di seluruh dunia agar pemerkosaan dan pembunuhan anak-anak ini dihentikan. Jika hati kita tidak berseru untuk belas kasihan bagi mereka, dan jika hati kita tidak terbeban oleh kenyataan hidup mereka, maka kita adalah orang-orang yang hatinya telah membatu dan dingin. Sekarang saatnya untuk bersujud dan memohon kepada Allah untuk mengganti hati yang telah membatu dengan hati yang baru yang penuh kasih. (Yehezkiel 36:26, Mazmur 51:10) (Kilbourn 1996)
Allah Bapa kita mengerti sepenuhnya akan kepedihan dan ketakutan dari anak-anak di dunia yang menderita, apapun situasi mereka. KehendakNya yang terdalam adalah untuk menggugah kita, umatNya, untuk merentangkan tangan dengan kasih karunia Tuhan kepada mereka — anggota-anggota termuda dalam keluarga di dunia. (Kilbourn 1996). Kita mempunyai tanggung jawab untuk membawa kabar kasih penebusan, penyembuhan, dan pengharapan Tuhan. Dalam Yesaya 61:1-4, sang nabi meramalkan pelayanan penyembuhan Yesus yang memulihkan hidup yang hancur dan membawa pembaharuan. Gambaran Yesaya mengenai pelayanan Yesus dengan indahnya menggambarkan keinginan Allah agar supaya masa kecil anak-anak yang tak terhitung banyaknya di dunia ini dipulihkan kembali ke pola asalnya. Berdoalah supaya melalui abu dan puing-puing, Tuhan akan membangkitkan “pohon-pohon kebenaran” yang akan memulihkan tempat-tempat yang telah lama hancur, dan supaya kemuliaanNya akan membawa pembaharuan bagi kehidupan anak-anak yang telah dikosongkan di seluruh dunia.
Ada banyak anak-anak yang terbuang di dunia ini yang perlu tahu tentang kerinduan Tuhan untuk menjadi Bapa bagi mereka. Mereka tidak akan mendengar kabar ini dari orang-tua mereka. Mereka perlu mendengarnya dari orang-orang yang telah mengalami sendiri kasih Tuhan. Markus 10:13 berkata, “Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka…” Biarlah generasi kita bisa dikatakan sebagai generasi yang membawa anak-anak itu kepada Allah. (Kilbourn 1996)
Siapakah Anak-Anak Dalam Krisis? (Teacher Devotion)
Mengadakan Perubahan Dalam Hidup Anak-AnakNya
Seorang lelaki sedang berjalan di sepanjang pantai suatu pagi yang cerah. Air pasang menyapu beribu-ribu bintang laut yang tertinggal dan mengering di pantai. Di kejauhan ia melihat seorang anak lelaki memungut bintang laut dan melemparkannya kembali ke laut. Sambil mendekati anak itu, pria itu bertanya, “Saya rasa saya tahu apa yang sedang kamu lakukan, tapi apakah kamu pikir itu akan berguna bagi bintang laut itu?” Sambil melirik bintang laut di tangannya, anak itu menjawab, “Saya tidak tahu, Pak, tapi buat yang satu ini, akan berguna.” Dan anak itu melemparkan bintang laut itu ke laut.
Barangkali Anda tertimbun oleh krisis yang Anda lihat; berjuta-juta anak hidup di jalanan, trauma oleh peperangan, cacat, bekerja sebagai budak di perkerjaan yang berbahaya, terperangkap dalam industri pelacuran, yatim karena AIDS, atau mengidap virus HIV. Tetapi, seperti yang digambarkan cerita di atas, kita harus percaya bahwa Allah Bapa akan mengadakan perubahan dalam hidup anak-anak itu sewaktu kita menaruh mereka, satu per satu, ke dalam tanganNya.
Apa Yang Bisa Kita Lakukan?
Ÿ Doakan anak-anak yang dalan krisis di seluruh dunia, dan ajarlah orang lain bagaimana berdoa untuk mereka.
Ÿ Bersedekah/memberi kepada orang-orang yang bekerja dengan anak-anak dalam krisis.
Ÿ Dapatkan informasi bagi Anda sendiri dan bagi murid-murid Anda melalui materi ini dan lain-lain. Carilah kabar mengenai anak-anak dalam krisis. Suarakanlah kepedulian Anda kepada pemimpin nasional Anda selayaknya.
Ÿ Dengan bimbingan Tuhan, ambilah/lakukanlah misi jangka-pendek until mendapatkan informasi bagi Anda dan bagi orang-orang lain tentang kebutuhan ini, atau terimalah panggilan pelayana jangka-panjang.
Sebuah Doa Bagi Anak-Anak Dalam Krisis
Tuhan, sungguh pedih melihat mereka. Sungguh menyakitkan untuk melihat kepada anak-anak ini. Setelah kami melihat gambar/foto mereka dan bertanya kepada kami sendiri hidup macam apakah yang mereka sebenarnya bisa miliki, reaksi kami adalah untuk segera mencari sesuatu yang lain yang bisa menarik perhatian kami. Kebutuhan mereka sungguh sangat besar. Kalau kami tidak berhati-hati, kami bakal mencampur-adukkan mereka di pikiran kami: anak-anak jalanan, anak-anak peperangan, anak-anak pelacuran, yatim AIDS — Tuhan, tolonglah mereka semua!
Tuhan, tolonglah kami untuk tidak pernah melupakan bahwah Engkau tahu name dan hati setiap anak ini seintim Engkau mengenal kami. Janganlah biarkan kami tenggelam oleh semua kebutuhan ini sampai kami benar-benar tidak sanggup. Jangan biarkan hati kami, karena saking dipenuhinya oleh gambaran penderitaan mereka, sampai-sampai kami hanya merasa bersalah dan berdoa satu dua kali dan kembali kepada ketidak-pedulian. Kami ingin menuruti perintahMu di Yesaya 1:16-17: “… Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”
Kami mau mengubah kepedihan kami — kepedihanMu — menjadi tindakan. Apakah yang paling menyedihkanMu? Kami tahu bahwa Kau cinta anak-anak ini. Setelah Engkau berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku,” Engkau mengambil mereka di tanganMu, menaruh tanganMu atas mereka dan memberkati mereka. Engkau mungkin rindu untuk melakukan hal yang sama kepada anak-anak jaman sekarang. Kami mendoakan untuk pengharapan. Mereka hidup setiap hari tanpa harapan. Seperti apakah rasanya melihat kehidupan yang tiada tujuan dihadapanmu, dibenci oleh sebagian orang dan diabaikan oleh semua orang lain? Seperti apakah rasanya melihat berbagai orang datang dan pergi dalam hidupmu, tetapi tahu bahwa mereka tidak pernah tinggal untuk jangka waktu yang lama? Apa yang terjadi bila setiap orang menghilang atau memungkiri kepercayaanmu? Setiap orang sekali-sekali mengalami hal yang seperti ini, tetapi bagaimana rasanya jika kau tidak pernah bisa mengharapkan yang lebih baik untuk terjadi?
Anak-anak ini perlu melihatMu, Tuhan Allah mereka. Bapa duniawi mereka mungkin telah memukuli mereka setiap malam, atau menyiksa mereka secara seksual sampai mereka melarikan diri ke jalanan. Mereka berhadapan dengan mucikari, orang-orang asing, petugas polisi yang kasar, dan banyak orang lagi yang mengekspoitasi mereka. Tiada satupun yang menunjukan kasih terhadap mereka, bahkan rekan-rekan sependeritaan merekapun tidak. Tuhan, tunjukanlah kepada mereka apa yang Kau tunjukan kepada kami: bahwa Engkau adalah penyedia yang terus menerus mengasihi, yang menghiraukan jati diri kami, yang rindu untuk bersama-sama dengan kami setiap hari, dan yang telah memberikan DiriNya supaya kami bisa hidup. Tunjukanlah DiriMu melalui hambaMu selagi mereka mengubah kasihMu menjadi tindakan nyata. Tunjukanlah kepada anak-anak ini rasa aman dan ketentraman dalam hubungan pribadi dengan Engkau. Mereka belum merasa aman ataupun tentram saat ini. Tunjukanlah bagi kami bagaimana kami dapat mencintai anak-anakMu. — disadur dari Holly Folger, We Raise Them To You
Siapakah Anak-Anak Dalam Krisis? (Lesson Plan)
Pendahuluan Video
Pastikan Anda telah melihat isi video sebelum mempertunjukannya kepada anak-anak. Perkenalkan istilah “Anak-anak Dalam Krisis” and ajaklah murid-murid untuk membagikan opini mereka akan makna istilah tersebut bagi mereka.
Pertunjukan Video
Waktu: 7-41 menit.
Pertunjukan bagian 1 dari video:”Siapakah Anak-Anak Dalam Krisis?”
Materi untuk murid
Ÿ Baca dan diskusikan ayat yang tertera di bagian atas materi/ selebaran
Ÿ Baca kesimpulan dari artikel di kelas and ajak seorang murid untuk membacanya
Ÿ Tinjau bagian statistik dengan para murid di kelas
Pertanyaan-pertanyaan Refleksi
Tujuan dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah untuk memudahkan berjalannya diskusi di kelas Anda and membantu para murid untuk memproses apa yang telah mereka lihat di video.
Bicarakan tentang masa kecil Anda. Jelaskan apa yang Tuhan kehendaki dari masa kecil.
Dengan kata-kata Anda sendiri, bagaimana Anda mendefinisikan “anak-anak dalam krisis”?
Bandingkan kehidupan Anda dengan kehidupan anak-anak yang ada dalam video. Apa persamaan dan perbedaannya?
Jumlahkanlah semua anak-anak yang digambarkan dalam bagian statistik yang mewakili anak-anak dalam krisis. Pertimbangkan bahwa anak-anak di bawah umur 15 th mewakili 1,8 milyar jiwa, hitunglah persentase anak-anak dalam krisis. Apa yang dapat Anda simpulkan betapa besarnya masalah ini?
Kenyataan dari krisis anak-anak adalah masalah dunia. Apa yang Anda pikir harus dilakukan untuk menolong anak-anak ini? Bagaimana Anda dapat menolong anak-anak yang kesusahan di daerah Anda?
Pokok Doa
(Keterangan: Pokok-pokok doa yang ditunjukan dalam video adalah sama dengan yang ditunjukan dalam bagian ini dan juga pada materi untuk murid-murid, memberikan kesempatan pada Anda untuk berdoa bersama para murid setelah berdiskusi tentang video.)
Doakan:
Ÿ melalui Yesaya 61:1-4 untuk anak-anak di dunia, supaya Tuhan membangkitkan “pohon-pohon kebenaran” untuk memulihkan tempat-tempat yang telah lama hancur, dan supaya kemuliaanNya dapat membawa pembaharuan kepada kehidupan anak-anak yang dalam krisis.
Ÿ untuk organisasi yang bekerja sama untuk membantu memenuhi kebutuhan anak-anak ini.
Ÿ untuk generasi anak-anak ini supaya mereka bisa dipulihkan dan ditebus karena umat Tuhan bersedia untuk membawa mereka pada Yesus melalui doa.
Aktivitas Tambahan
Mengajar Anak-anak untuk Berdoa
Buatlah doa sebagai salah satu prioritas dalam kelas. Carilah cara untuk mengajak para murid untuk berdoa. Bahas ulang materi ini untuk mencari ide-ide tentang bagaimana menggabungkan berbagai cara bagi para murid untuk berdoa, dan pokok-pokok doa buat mereka.
Bagaimana dengan Dunia?
Ÿ Bandingkan kehidupan anak-anak dalam krisis dengan kehidupan para murid di kelas Anda. Tantangan-tantangan apa yang dihadapi setiap kelompok? Kesempatan-kesempatan apa yang tersedia bagi murid-murid Anda untuk menolong anak-anak dalam krisis?
Ÿ Telusuri masalah-masalah global yang kita hadapi di dunia saat ini. Mintalah pada murid-murid Anda untuk membawa majalah dan koran dan juga materi-materi dari internet.
Ÿ Tanyakan pada para murid pertanyaan-pertanyaan berikut:
Ÿ Apa pandangan Anda mengenai dunia saat ini dan harapan Anda untuk masa depan?
Ÿ Bagaimana menurut Anda caranya supaya dunia menjadi lebih baik?
Ÿ Perubahan-perubahan apa yang Anda inginkan?
Ÿ Periksalah peran dari PBB. Dengan menggunakan website mereka (www.un.org), mintalah pada para murid untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Ÿ Apa tugas dari PBB?
Ÿ Mengapa kita membutuhkan PBB?
Ÿ Apa tujuan-tujuan di milenia baru?
Ÿ Mei 2002, Dewan Umun PBB bertemu dalam rapat khusus untuk meninjau cara-cara untuk mengakui hak anak-anak and orang-orang muda di dunia. Rapat khusus ini adalah kelanjutan yang penting dari World Summit for Children 1990, dimana para pemimpin dunia setuju atas tujuan-tujuan spesifik untuk meningkatkan kehidupan anak-anak. Tujuannya adalah untuk menciptakan dunia yang layak untuk anak-anak.
Berikut ini adalah 10 pokok utama yang akan mereka bicarakan.
Bahas ulang intisari formal dan langkah-langkah nyata yang dihasilkan dari rapat tersebut di www.unicef.org/infores/publications.htm
Mintalah pada para murid untuk mengembangkan langkah-langkah nyata mereka sendiri bersama cara terbaik untuk mencapainya.
Jangan lewatkan satu anak pun
Dahulukan anak-anak
Perhatikan setiap anak
Lawan HIV/AIDS
Jangan menyakiti dan memanfaatkan anak-anak
Dengarkan anak-anak
Didiklah anak-anak
Lindungi anak-anak dari perang
Lindungi bumi untuk anak-anak
10. Lawan kemiskinan: investasi pada anak-anak
Ÿ Apa peranan gereja? Diskusikan bagaimana caranya agar orang-orang Kristen bisa terlibat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak-anak di dunia yang sedang menderita. Dengan menggunakan daftar sumber pada bagian akhir dari edisi guru pada kurikulum ini, mintalah pada para murid untuk meneliti pelayanan-pelayanan apa yang terlibat dengan anak-anak dalam krisis. Mintalah pada para murid untuk melaporkan apa yang dikerjakan pelayanan-pelayanan tersebut.
Mengajar Anak-anak untuk Berdoa
Anak-anak sekarang sedang bertumbuh dalam dunia yang sangat berbeda dengan dunia yang kita kenal. Setan tahu kalo dia dapat mencuri tujuan sejati dari anak-anak, maka dia dapat menghancurkan satu generasi. Kita tidak dapat memberikan tujuan yang lebih besar daripada mandat Tuhan kepada semua orang percaya, yaitu untuk memperkenalkan namaNya di seluruh dunia. Tuhan berjanji untuk menjadikan keturunan Abraham sebagai berkat untuk semua orang di dunia (Kejadian 12:1-3). Di kitab Wahtu 5 dan 7, orang-orang dari setiap suku, bahasa, dan bangsa diwakili di depan tahta. Di antara kedua bab firman tersebut ada kisah tentang bagaimana mandat Tuhan dilaksanakan. Anak-anak saat ini dapat memiliki bagian dari penyelesaian ini.
Kita perlu memperlengkapi anak-anak untuk memenuhi tujuan Tuhan. Anak-anak yang hidup masa ini bukan hanya generasi takdir tetapi juga sebuah generasi yang sedang dipakai oleh Tuhan. Kita harus melakukan segala yang kita bisa lakukan untuk membantu anak-anak mengenalNya dan membuatNya dikenal. Mengenali dan mengembangkan ke-rohanian seorang anak bisa berarti melepaskan potensi Gereja yang tidak tergunakan yaitu kekuatan doa. Yesus menyatakan, berikan tempat untuk anak-anak. Jangan menghalangi mereka (Markus 10:14). Pendek kata, “Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu” berarti “Biarkan mereka berdoa”, karena, bukankah doa adalah cara kita datang kepadaNya?
Anak-anak bibit baru, “bibit kebenaran” mulai bermunculan di dunia. Bila dipercayakan kepada orang tua yang berTuhan dan guru-guru rohani untuk pengembangan, pelatihan, dan pelengkapan, mereka akan bangkit sebagai bala tentara doa yang akan mendoakan generasi mereka. Yesus berkata dalam Mazmur 8:2, “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.” Panggilan itu adalah bagi anak-anak untuk menjadi pembentuk dunia, untuk berdoa bagi generasi mereka dan untuk “membungkamkan musuh dan pendendam.” Seoerti kata Yesaya, “seorang anak kecil akan menggiringnya” (Yesaya 11:6).
Tuhan sungguh-sungguh menaikkan patokan melawan serangan gencar yang ditujukan pada generasi ini. Saya mengajak Anda untuk mengajarkan pada anak-anak, lalu membiarkan mereka memimpin generasi mereka keluar dari kegelapan yang mengelilingi mereka melalui kekuatan doa yang dipimpin Tuhan. Hanya kekekalan yang akan menceritakan tentang banyaknya jiwa yang tersentuh oleh doa anak-anak. (Ilniskey and Moran 1996)
Ajarkan pada anak-anak kebiasan untuk berdoa secara spesifik. Mereka dapat:
Ÿ meminta kepada Bapa dalam nama Yesus untuk menyembuhkan kebutuhan jasmani anak-anak: kecanduan obat-obatan, alkohol, kelaparan, kemiskinan, penyakit, keterlibatan dalam industri pelacuran.
Ÿ meminta kepada Bapa dalam nama Yesus untuk menyembuhkan kebutuhan batin anak-anak: penyembuhan dari penyiksaan jasmani dan verbal, penolakan, dan keterlantaran.
Ÿ meminta kepada Bapa dalam nama Yesus untuk menunjukan betapa Dia mengasihi anak-anak dan betapa Dia menerima mereka tanpa syarat.
Ÿ meminta kepada Bapa dalam nama Yesus untuk menarik anak-anak lain pada keselamatan.
Mereka dapat:
Ÿ berdoa supaya misionari dan penginjil dikirimkan ke ladang. Tekankan bahwa misi adalah sebuah prioritas dalam hati Tuhan. Dia bahkan mungkin akan menggunakan beberapa dari mereka sebagai misionari dan penginjil.
Ÿ berdoa supaya anak-anak dapat memberitahu orang lain tentang Yesus.
Ÿ berdoa untuk kejadian-kejadian di dunia. Gunakan majalah-majalah, koran-koran, berita TV, dan peta-peta kota Anda, negara, bahkan dunia.Gunakan visual sebanyak mungkin.
Ÿ berdoa untuk TV, video, majalah-majalah, buku-buku, mainan-mainan, dan hal-hal lain dalam budaya kita yang sering mempengaruhi anak-anak secara negatif.
Ÿ berdoa untuk para pemimpin termasuk lokal, nasional, dan dunia.
Ÿ berdoa untuk apa saja yang dibawa roh kudus dalam hati Anda (Roma 8:26-27) (Kilbourn 1996)
Lonjakan anak jalanan semakin tak terkendali di setiap daerah. Tak ayal, tiap kota hanya dijejali kaum pengemis dan anak yang ditelantarkan orang tua atau sengaja menelantarkan diri. Tak hanya keterbatasan ekonomi yang mendasari lonjakan tersebut, tapi keterbatasan mental seseorang dalam ruang kehidupan juga turut menjadi penyebab. Sekolah sudah tidak menjamin mereka kembali ke pangkuan ibu pertiwi yang memelihara seperti di peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, pemerintah juga tidak peduli yang berlanjut pengebirian mereka terhadap dunia pendidikan. Lengkaplah sudah nasib penerus bangsa ini.
Anak jalanan dianggap sebagai sampah yang berjalan di perempatan-perempatan kota karena keberadaannya mengganggu pemandangan. Bahkan ada tindakan represif yang masih dilakukan pihak berwajib, menangkap dan membawa secara paksa ke dinas sosial setempat. Banyak juga yang mendapat pelecehan seksual di jalanan. Anak jalanan seakan menjadi buronan melebihi para koruptor yang harus diseret di tengah-tengah keramaian kota. Padahal sebenarnya mereka hanya membutuhkan pendidikan continu yang gratis dan tidak takut lagi dengan kekerasan yang menimpa selama ini.
Problem sosial ekonomi yang menyandra para anak jalanan harus dipahami sebagai masukan untuk dunia pendidikan yang kini tak lagi terjangkau bagi mereka. Buktiya, rata-rata mereka sudah tercatat sebagai siswa di satu intitusi pendidikan, tapi karena benturan ekonomi yakni memenuhi kebutuhan sekolah tak mencukupi, akhirnya mereka putus sekolah dan memilih bekerja untuk membantu orang tua. Tak hanya itu, hanya untuk memenuhi kebutuhan baju sekolah saja mereka tak cukup, apalagi membiayai kebutuhan sehari-hari untuk sekolah.
Membaca berita di kolom Kudus “Rp 4 Miliar untuk Wajar 12 Tahun” (Suara Merdeka, 6/11) rasanya tak bisa membayangkan kenapa anak jalanan masih belum berminat untuk kembali bersekolah, padahal uang sebanyak itu tak lain untuk membiayai pendidikan mereka.
Ada beberapa alasan yang mendasari sikap tersebut. Pertama, sekolah-sekolah di Kudus belum sepenuhnya membebaskan biaya pendidikan Wajar. Kedua, dilema pendidikan yang tak bisa mendukung mereka bisa meraih pekerjaan secara nyata. Ketiga, keyakinan diri sendiri atas takdir sebagai anak jalanan.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dikucurkan pemerintah pusat untuk pendidikan gratis belum sepenuhnya mengena pada tiap siswa. Umumnya, dana BOS habis untuk biaya operasional penyelenggaraan pendidikan, bukan untuk biaya pengganti sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP). Di lain pihak, ada yang mengganti kewajiban SPP dengan sumbangan wajib tiap bulan untuk pembangunan gedung yang nilai rupiahnya memang di bawah SPP. Akhirnya, siswa dipaksa untuk memenuhi beban tersebut. Jika mereka tidak bisa memenuhi kewajiban tersebut, maka yang terjadi, mereka akan putus dan tak ingin kembali ke sekolah.
Pendidikan yang selama ini diharapkan akan memberikan mereka pekerjaan tak kunjung terealisasi. Apalagi, tak banyak pula yang bisa merubah kehidupan ekonomi mereka. Pendidikan hanya akan menjerumuskan mereka ke lembah kemiskinan tanpa ada pihak yang menolong.
Problem paradigma berpikir karena cemoohan sebagai anak jalanan yang kemudian mendarahdaging dalam benak tiap anak menjadi penyebab mereka tak ingin lagi bersekolah. Keyakinan yang terjadi dalam jiwa seseorang tersebut akan dianggap sebagai sebuah kebenaran. Determinasi lingkungan inilah sebagai bagian yang kemudian membentuk paradigma sebagai anak jalanan. Karena determinasi lingkungan diartikan sebagai penyalahan terhadap lingkungannya bila saja mendapatkan stimulus yang berpengaruh buruk terhadapnya (Pitoyo Amrih, 2008). Buruk dalam tataran ini akan dianggap sebagai kebenaran jika sudah terpatri pada sebuah keyakinan.
Sekolah Khusus
Sehingga perlu adanya sikap nyata dari pemerintah kabupaten untuk menghidupi pendidikan anak jalanan. Sekolah khusus untuk anak jalanan adalah sikap tanggung jawab pemerintah dalam agenda mengentaskan kemiskinan. Kemiskinan yang berasal dari kurangnya dukungan pendidikan secara penuh dari pemerintah akan didapat dalam sekolah ini. Karena seluruh teknik dan biaya penyelenggaraan pendidikan dalam sekolah ini diatur oleh pemerintah sendiri. Sekolah khusus ini yang akan dihuni anak jalanan dan anak-anak terlantar, karena mereka juga anak bangsa yang harus dilindungi dan diberikan hak-haknya dalam pendidikan.
Sekolah khusus tidak hanya bertujuan untuk mengembalikan pendidikan mereka yang selama ini dirampas, juga untuk mengembalikan kepercayaan mereka sebagai anak jalanan pada masyarakat terdidik. Pergaulan yang ada di sekolahan umum tidak hanya akan membuka lembaran dilema, kemiskinan, keterbelakangan dan cemoohan. Sekolah khusus ini akan mengantarkan mereka kepada puncak refleksi sebagai anak jalanan yang terdidik dan tak jarang mereka juga menorehkan prestasi gemilang.
Anggapan adanya kelas dalam pendidikan juga akan sirna dengan sendirinya ketika sekolahan khusus untuk anak jalanan ini terealisasi. Karena di sekolahan tersebut semuanya adalah anak jalanan dan kelas ekonominya relatif sama. Sehingga tidak ada permasalahan psikologis pada tiap siswa untuk belajar dan bersosial. Kesadaran ini yang mengantar anak jalanan semakin mempercayai pendidikan sebagai bagian dari pengentasan kemiskinan.
Menurut Audifax dalam buku Filosofi Jiwa (2008) menegaskan bahwa kesadaran memiliki akar kata conscious dari cons-scio yang artinya aku tahu (sesuatu). Kesadaran adalah inisiasi pengguna-tanda ke dalam dunia-tanda oleh pemberi-tanda. Artinya penyematan anak jalanan dari diri seorang anak jalanan menjadi kesadaran yang akan menguburkan semua impian mereka, begitu sebaliknya.
Keterampilan
Kemiskinan yang mendera anak jalanan harus disikapi secara arif. Keterbatasan ekonomi yang menyebabkan mandegnya proses pendidikan harus dijadikan pelajaran dan evaluasi bagi pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang dibutuhkan untuk menopang ekonomi secara nyata. Pendidikan ketrampilan yang dibutuhkan dunia kerja menjadi salah satu solusi arif. Ketrampilan menjadi kebutuhan mendasar untuk merubah nasib mereka.
Gagasan sekolah khusus yang ada muatan lokal ketrampilan harus segera direalisasikan jika tak ingin anak jalanan semakin sesak memnuhi perempatan-perempatan kota. Karena sebatas anak jalanan masih menganggap pekerjaan mereka meminta-minta di jalanan sangat menguntungkan bila dibandingkan sekolah yang hanya akan menghabiskan uang. Jika anak jalanan dibekali ketrampilan khusus dalam dunia usaha, maka yang terjadi akan mengubah paradigma mereka tentang wajah pendidikan yang selama ini berlangsung. Semoga!
Nama-Nama Donatur Paguyuban Pakoe Boewono untuk Anak-Anak Jalanan
Per Minggu dari Bulan Januari 2012
(*apabila panjenengan/sdra-sdri ingin berpartisipasi silahkan transfer ke Bank Mandiri No.rek :
138-00-0980910-9, atas nama : Yunia Ika Purwati)
R.Ay. Riwandasari
Artikel : Anak Jalanan, Anak Bangsa
PENDAHULUAN
Salah satu fenomena sosial di perkotaan yang belakangan ini semakin nyata, lebih - lebihdengan adanya krisis moneter yang melanda di Indonesia dalam setahun terakhir iniadalah masalah Anak-anak Jalanan. Anak Jalanan semata-mata bukan hanya menjadimalasalah kota besar di negara-negara sedang berkembang.Di Amsterdam, New York, London, Frankfurt, dan Bandung, anak-anak yang terpaksahidup di jalanan karena berbagai sebab, juga semakin marak. Meskipun berbeda denganAnak-anak Jalanan di Malaysia, Singapura, Thailand, India, Philipina, bukan berarti persoalan Anak Jalanan di Jakarta tidaklah penting. Dari pengalaman penelitian tentangAnak Jalanan di Jakarta, memperlihatkan mereka perlu mendapat perhatian yang sangatserius. Hakekatnya persoalan mereka bukanlah kemiskinan belaka, melainkan jugaeksploitasi, manipulasi, ketidak-konsistenan terhadap cara-cara pertolongan baik olehmereka sendiri maupun pihak lain yang menaruh perhatian terhadap Anak Jalan.Anak Jalanan belakangan ini menjadi suatu fenomena sosial yang sangat penting dalamkehidupan kota besar. Kehadiran mereka seringkali dianggap sebagai cermin kemiskinankota, atau suatu kegagalan adaptasi kelompok orang tersebut terhadap kehidupan dinamiskota besar. Pemahaman tentang karakteristik kehidupan mereka, seperti apa kegiatan danaspirasi yang mereka miliki, keterkaitan hubungan dengan pihak dan orang -orang yangada di sekitar lingkungan hidup mereka, memungkinkan kita menempatkan merekasecara lebih arif bijaksana dalam konteks permasalahan kehidupan kota besar.Studi kasus ini berupaya mendapatkan suatu karakteristik Anak Jalanan yang setidaknyadapat memberi gambaran kepada kita tentang permasalahan sehari-hari yang dihadapiAnak Jalanan, kondisi orang tuanya, aspirasi mereka serta ikut memikirkan upayamengatasi permasalahn mereka.
Pengertian
Anak jalanan
Anak jalanan
adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yangmempunyai kegiatanekonomidi jalanan, namun masih memiliki hubungan dengankeluarganya.Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikanacuan bagi semua pihak.
Pengelompokan
Ditengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokananak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategorianak jalanan, yaitu
children on the street
dan
children of the street
. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu
children in the street
atau seringdisebut juga
children from families of the street
.Pengertian untuk
children on the street
adalahanak -anak yang mempunyai kegiatanekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersamaorangtuanyadansenantiasa pulang kerumahsetiaphari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengancara pulang baik berkala ataupun dengan jadwalyang tidak rutin.
Children of the street
adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan denganorangtua atau keluarganya.
Children in the street
atau
children from the families of the street
adalah anak-anak yangmenghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atautinggalnya juga di jalanan.
SOLUSI
Terdapat beberapa alternatif
“KESEMPATAN
” yang anak jalanan perlukan :Pendampingan. Karena perlakuan keluarga maupun lingkungan menyebabkan anak jalanan terkadang merasa bahwa mereka adalah anak yang tersingkirkan dan tidak dikasihi, olehnya kita dapat memulihkan percaya diri mereka. “Uang” kita dapatdialihkan dengan waktu yang kita berikan untuk mendampingi mereka. Dengan sikap“Penerimaan kita” tersebut dapat mengatasi “luka masa lalu” mereka.Bantuan Pendidikan. Kita dapat membantu mereka dalam pendampingan bimbingan belajar, memberikan kesempatan mereka untuk sekolah lagi dengan Beasiswa,Bimbingan Uper (Ujian Persamaan) untuk anak yang telah melewati batas usia sekolah.“Uang” kita dapat kita konversi menjadi “Beasiswa” (memang pemerintah telahmembebaskan uang SPP untuk sekolah negeri, Namun hal tersebut digantikan dengan pungutan lainnya bahkan lebih mahal dari pada uang SPP yang telah dihapuskan denganmengatas namakan “uang buku”, “uang kegiatan” dan lain-lainnya.Bantuan Kesehatan. Dengan latar belakang pendidikan yang rendah serta lingkunganyang tidak sehat mengakibatkan mereka rentan dengan sakit penyakit. Pada kondisisekarang mereka bukanlah tidak memiliki uang untuk berobat namun kesadaran akanmahalnya kesehatan sangat rendah dalam lingkungan mereka. Uang kita dapat kita rubahmenjadi penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan untuk awareness, subsidi obat-obatan serta subsidi perawatan kesehatan.Penyediaan Lapangan Pekerjaan. Sebagai contoh yang baik, Carrefour melakukanterobosan yang sangat bagus dengan menerima 4 anak jalanan yang cukup umur untuk bekerja di perusahaannya. Langkah ini merupakan salah satu obat mujarab terhadap penyakit masyarakat yang menjangkit bahkan telah mulai membusuk dalam bangsa ini.Bayangkan jika terdapat “Carrefour” yang lainnya dapat membuka kesempatan tersebut,mungkin jalanan akan sepi dengan anak anak jalanan karena orang tua mereka telahmulai bekerja. Profile keluarga dikembalikan seperti semula, orang tua menjadi penopangkeluargaBantuan Pangan. Dengan tingginya harga sembako membuat rakyat marginal tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan “Uang” dapat kita konversidengan bantuan pangan dengan mengadakan Bazaar sembako murah, kembali kita tidak boleh memberikan kepada mereka secara gratis
Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak.
Undang-undang dasar mengatur bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara (pasal 34 ayat 1), namun kenyataannya kemampuan pemerintah tidak sebanding dengan meningkatnya permasalahan anak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah anak terlantar (dimana anak jalanan termasuk didalamnya) cenderung semakin meningkat, seiring dengan permasalahan kemiskinan yang belum dapat diatasi. Data PUSDATIN tahun 2006 menunjukkan bahwa anak terlantar di Indonesia mencapai 2.815.383 jiwa. Karena keterbatasan pemerintah itulah, peran aktif dari masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan ini sangat dibutuhkan.
PEDAGANG ASONGAN
Kiranya tak salah menyebut Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai ”pasar serbaada”. Di bandara itu ada penyemir sepatu, ojek, taksi gelap, pedagang asongan, restoterkenal, dan porter liar. Sungguh jauh dari bayangan wajah negara yang mestinya tertata,aman, dan nyaman.Keluhan soal kondisi dan pelayanan di bandara yang lebih banyak tampak ”amburadul”daripada tertata sering terlihat. Namun, upaya pembenahan belum juga maksimal.Hingga Rabu (13/8), kondisi bandara tetap belum sesuai harapan pengguna. Rasa tak aman dan tak nyaman masih menggelayuti perasaan.Lewatlah di area publik dalam bandara niscaya bau dan asap rokok akan langsungmenyergap hidung. Begitu duduk di bangku panjang di Terminal I dan II atau memesanmakanan di salah satu resto dalam area bandara, dalam hitungan menit, pedagangasongan dan penjual jasa menghampiri menawarkan dagangan dan jasa mereka.”Semir, semir sepatu,” kata bocah lelaki bersandal jepit bersahut-sahutan. Baru semenitmenolak tukang semir, datang penjual parfum dan pulpen menawarkan dagangan.”Parfum ini sama dengan yang dijual pramugari. Kalau di mal harganya sampai Rp300.000, di sini saya jual Rp 150.000 saja,” kata Sri, penjual parfum, merayu calon pembeli.Keluar dari resto, giliran penarik ojek dan sopir taksi gelap yang kini dilegalkan menjadi penyewaan mobil dan biro wisata menawarkan jasa untuk mengantarkan ke mana saja.Untuk meyakinkan calon penumpang, Nafis, penarik ojek warga Bojong Renged(kampung di belakang bandara), bercerita, ia sering mengantar penumpang sampaiwilayah Kota di Jakarta Barat. ”Kemarin saya antar seorang ibu yang ketinggalan pesawat. Rumahnya di Pamulang- Kabupaten Tangerang. Ongkosnya cuma Rp 70.000,”ujar Roni, pengojek, Selasa malam. Ia mangkal di Terminal II, penerbangan internasional,Garuda dan Merpati.Kondisi lebih seru terjadi di area parkir. Kaum perempuan yang menjadi pedagangasongan makanan menggelar dagangan di banyak tempat. Ada yang di antara mobil, ada pula yang memilih berdagang di pangkalan ojek. Selain menjual teh, kopi panas, anekakue, dan telur, pedagang juga menyediakan bermacam lauk dan nasi putih.Harga satu porsi nasi putih dengan sayur dan salah satu lauk (bisa oseng kerang atau balado teri) plus sambal hanya Rp 7.000. Jika ditambah minum sebotol air mineral bermerek terkenal, pembeli cukup membayar Rp 9.500 sekali makan. Mereka tetap lahapmakan walaupun aroma tak sedap tercium akibat banyak orang yang suka buang air kecildi sembarang tempat.Harga makanan itu murah dibandingkan makan dengan menu yang hampir sama diwarung makan resmi di area parkir atau terminal bandara yang harganya bisa tiga kalilipat.Menurut Idah, penjual asongan makanan di area parkir bandara, berjumlah lebih dari 100orang, termasuk dirinya. Mereka umumnya warga di balik pagar Bandara Soekarno-Hatta.
Bagi para perempuan, seperti Idah yang tak tamat SMP, berjualan makanan di bandarasangat membantu ekonomi keluarga. ”Sebagian yang jualan gini dulu korban gusuran,tetapi ada juga pendatang dari Sumatera,” kata Dedeh, pedagang makanan yang asliTangerang.Bermodal termos, tas berisi bungkusan nasi, lauk, telur, sambal, dan air mineral, para perempuan itu menyusuri area parkir bandara untuk mengais rezeki.Beberapa orang di antara mereka mengaku mendapat penghasilan lebih dari Rp 100.000 per hari. ”Lumayan bisa bantu suami yang cuma ngojek. Kalau tidak begini, dari mana biaya sekolah anak,” kata Dedeh yang memiliki tiga anak.Selain pedagang makanan, di balik ratusan mobil yang parkir, ada porter liar. Selasamalam, Kompas menyaksikan sebuah keluarga yang akan memasukkan koper dan tas kemobilnya kaget saat tiga lelaki tiba-tiba muncul di belakang mobil dan membantumemasukkan empat koper dan tas mereka.”Bos, bos,” kata seorang dari lelaki itu. Maksudnya ia meminta uang. Dengan mimik kesal, salah satu anggota keluarga itu memberi uang kepada para lelaki yang biasa disebut porter liar tersebut. Porter, tanpa kerja, yang tiba-tiba datang dan minta uang inimenjengkelkan pengguna bandara.
Tanggung jawab bersama
Manajer Humas PT Angkasa Pura II Trisno Heryadi mengakui adanya kekurangan saranadan pelayanan di Bandara Soekarno-Hatta.Akan tetapi, pihak badan usaha milik negara yang mengelola bandara tersebutmenyatakan, hal itu sebagai tanggung jawab bersama. ”Maksudnya saya, mereka yangterkait dengan penggunaan bandara harus bersama- sama mewujudkan bandara yangnyaman dan aman,” kata Trisno pada Rabu.Soal tumbuh suburnya ojek, taksi gelap, pedagang asongan bahkan pelanggaran oleh para perokok, ia berpendapat, hal seperti itu terjadi karena sikap dan tiadanya keinginanmasyarakat untuk berubah menjadi baik.Ia menambahkan, Angkasa Pura II juga tengah melakukan pembenahan dan pembangunan Terminal III.Benar, mulai ada perbaikan total toilet di Terminal I (domestik) dan penambahan toilet,ruang ibadah di area parkir, tetapi kenyamanan pengguna juga berkurang oleh makintersitanya ruang publik oleh penambahan kios makanan dan pakaian.Sebagai bandara utama yang tiap tahun dikunjungi 34 juta penumpang dalam dan luar negeri, tak pantas dibiarkan dalam keadaan ”amburadul”.
KESIMPULAN
Terlihat bahwa kehidupan kelurga sedang mengalami masa transisi darikehidupan keluarga besar menjadi keluarga inti, dari budaya tradisional pedesaanmenjadi budaya modern perkotaan. Karena itu, kehidupan mereka ini sangatrentan terhadap setiap kondisi, perubahan dan pengaruh lingkungan yang terjadi.Selain itu, pendapat mereka kurang dapat menopang secara keseluruhankebutuhan keluarga. Tentu faktor ini juga menjadi faktor penyebab percepatan perubahan dalam kehidupan keluarga tersebut. Mungkin suatu saat mereka akanmelakukan apa saja untuk menghidupi keluarga karena tuntutan kebutuhan dan perubahan yang terjadi.
-
Dalam pola asuh keluarga terhadap anak, pihak orang tua atau keluarga mulaimemberikan kebebasan yang lebih besar kepada anak. Jelas hal ini akanmemberikan akses interaksi sosial yang semakin luas terhadap anak untuk bergauldengan teman-temannya. Sesungguhnya akses ini akan memberikan peluangkepada anak untuk mengembangkan kreativitas, kemandirian dan wawasan anak, bilamana dapat diimbangi dengan kontrol keluarga yang baik. Namun, sebaliknya bila keluarga tidak dapat mengontrolnya, tidak mustahil akan terjadi perilaku- perilaku yang a-sosial terhadap anak. Karena itu, perlu dilakukan pemberdayaan- pemberdayaan terhadap keluarga.- Lama waktu yang dihabiskan anak berada di tempat-tempat hiburan tersebutsebagian besar antara 1-3 jam; digunakan untuk berkunjung ke tempat-tempattersebut adalah pada malam hari antara 19.00 – 21.00; dan sebagian lagi padasiang hari antara 13.00 – 17.00 WIB, sisanya tidak tentu, mungkin pada sianghari, sore hari, malam hari, atau larut malam. Waktu-waktu ini sesungguhnyamerupakan waktu yang sangat rawan bagi kehidupan anak. Namun ini dapatterjadi karena fungsi keluarga dan lingkungan sosial tidak dapat berfungsisebagaimana yang diharapkan.- Terlihat adanya kesamaan persepsi antara orang tua dengan anak dalammelihat beberapa variabel sikap dan perilaku sebagai perilaku nakal, seperti ;membolos sekolah, melawan guru, mejeng di pertokoan, bergadang di jalanan, pulang larut malam, tidak pulang ke rumah, berkelahi tawuran, minuman keras,narkotika, seks bebas, mencuri, memeras, membajak atau merampok. Namun, beberapa variabel sikap dan perilaku tidak dilihat sebagai perilaku nakal baik olehanak maupun orang tua itu sendiri, seperti : berbohong, merokok, terlambatsekolah, dan tidak mau belajar. Pemandangan seperti ini akan menjadi titik masuk yang memberikan peluang ke pada anak untuk menjadi nakal.- Menurut para remaja ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinyakenakalan anak, seperti: pengaruh media massa khususnya TV dan film, faktor teman sebaya dan masyarakat sekitar, kurangnya perhatian orang tua dan tidak adanya kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan anak di rumah.- Beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam mencegah kenakalan remaja,yaitu anak harus dilatih tertib dan disiplin, kerukunan dan kehangatan dalamkeluarga harus tetap dibina, anak harus dianjurkan untuk tetap melakukankewajiban-kewajiban ibadah, orang tua harus dapat menjadi tauladan bagi anak,orang tua harus lebih memperhatikan kehidupan anak dan anak harus diberikankegiatan-kegiatan positif dalam keluarga yang dapat mencegah anak berbuatnakal.- Program-pogram yang ditawarkan kepada masyarakat khususnya dari pihak pemerintah dalam rangka mencegah sikap dan perilaku tindak tuna sosial belumsepenuhnya dapat menjawab permasalahan keluarga yang sesungguhnya.Program yang ditawarkan belum mampu merubah aspek kognitif, efektif dan psikomotorik dari masyarakat tersebut, program yang ditawarkan lebih banyak
menekankan pada aspek bantuan fisik. Sedangkan program dari pihak LSM atauorganisasi sosial dapat dikatakan lebih masuk pada aspek kognitif, efektif dan psikomotorik kemudian diikuti oleh bantuan oleh bantuan fisik. Namun,frekuensinya masih terbatas karena dana terbatas.
Apa yang dapat dilakukan masyarakat terkait anak jalanan tersebut? Pada dasarnya, kebutuhan individu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis (Cole dan Bruce, 1959). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, seksual, atau perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis yang disebut juga kebutuhan sekunder dapat mencakup kebutuhan untuk mengembangkan kepribadian seseorang, contohnya adalah kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan mengaktualisasikan diri, atau kebutuhan untuk memiliki sesuatu, di mana kebutuhan psikologis tersebut bersifat lebih rumit dan sulit diidentifikasi segera. Begitu juga dengan anak jalanan tersebut, untuk dapat memupuk harga diri, perilaku dan aktualisasi dirinya, pertimbangan mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebutuhan anak jalanan tersebut perlu dilakukan.
Begitu juga dengan kondisi anak-anak jalanan (ANJAL) yang berada di sekitar pasar Ciroyom Bandung ini. Begitu banyak orang yang menilai negatif terhadap ANJAL tanpa mengetahui kondisi ANJAL tersebut dengan sesungguhnya. Mengelem, meminta-minta memang dianggap hina oleh masyarakat sekitar, bahkan oleh kaum terdidik seperti mahasiswa juga menganggap hal itu adalah perbuatan hina. Namun apakah kita mengetahui apa penyebab mereka melakukan perbuatan hina tersebut secara langsung? Pasti kebanyakan dari kita hanya berasumsi tanpa terjun secara langsung untuk mencari tahu penyebab mereka melakukan hal ini. Dengan menumbuhkan dan menunjukkan sedikit rasa kepedulian kita dengan cara mencari informasi mengenai kondisi anak jalanan itu dapat memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku anak jalanan tersebut.
Sebagai contoh, di Rumah Belajar (RUBEL) Sahabat Anak Jalanan (SAHAJA) Ciroyom, para anak jalanan mendapatkan sedikit rasa kepedulian dari berbagai macam relawan yang datang dan pergi. Rasa kepedulian itu bermacam-macam bentuknya, ada yang mengajak mereka menggambar bersama, ada yang mengajarkan baca tulis dan berhitung, ada yang mengajak mereka jalan-jalan dan bahkan ada yang rela menginap barsama mereka untuk menunjukkan kepedulian mereka. Mungkin tidak semua orang sudah memiliki sekaligus merealisasikan rasa kepedulian mereka seperti yang diatas. Untuk mulai menumbuhkan rasa kepedulian dan merealisasikannya membutuhkan niat yang begitu luar biasa pada awalnya. Coba kita pikirkan, waktu kita dalam sehari ada 24 jam, tidak bisakah kita luangkan waktu kita lima menit dalam satu hari untuk menyapa dan menanyakan kabar mereka, atau mungkin setengah jam dalam sehari untuk mengajarkan arti dan makna hidup ini.
Salah siapakah fenomena anak jalanan ini? Salah pemerintahkah yang sibuk berbicara bahasa saktinya tentang EKONOMI MAKRO nya? Salah orang-orang terpelajarkah yang menjadikan diri mereka PELACUR INTELEKTUAL dengan jargon-jargon KEBENARAN ILMIAH yang akhirnya tidak membuat mereka melakukan apa-apa? Atau salah mereka kah KARENA TIDAK BISA MEMILIH UNTUK TIDAK DILAHIRKAN SEBAGAI ANAK JALANAN?
mereka tidak butuh dikasihani, mereka tidak butuh harapan-harapan kalian.
bantulah mereka membuat pilihan-pilihan baru dalam hidup mereka.
mereka hanya butuh sedikit perhatian dan kasih sayang.
agar mereka dapat merubah hidup mereka.
mereka juga anak bangsa ini.
mereka juga adik-adik kita.
walau mereka tidak seberuntung kita.
tapi marilah kita buat mereka tersenyum.
dan memberikan sedikit arti kehidupan kepada mereka.
terkadang terlalu banyak alasan kita untuk menutup mata, kuping dan hati kita.
Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak.
Undang-undang dasar mengatur bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara (pasal 34 ayat 1), namun kenyataannya kemampuan pemerintah tidak sebanding dengan meningkatnya permasalahan anak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah anak terlantar (dimana anak jalanan termasuk didalamnya) cenderung semakin meningkat, seiring dengan permasalahan kemiskinan yang belum dapat diatasi. Data PUSDATIN tahun 2006 menunjukkan bahwa anak terlantar di Indonesia mencapai 2.815.383 jiwa. Karena keterbatasan pemerintah itulah, peran aktif dari masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan ini sangat dibutuhkan.
Apa yang dapat dilakukan masyarakat terkait anak jalanan tersebut? Pada dasarnya, kebutuhan individu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis (Cole dan Bruce, 1959). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti makan, minum, tidur, seksual, atau perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis yang disebut juga kebutuhan sekunder dapat mencakup kebutuhan untuk mengembangkan kepribadian seseorang, contohnya adalah kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan mengaktualisasikan diri, atau kebutuhan untuk memiliki sesuatu, di mana kebutuhan psikologis tersebut bersifat lebih rumit dan sulit diidentifikasi segera. Begitu juga dengan anak jalanan tersebut, untuk dapat memupuk harga diri, perilaku dan aktualisasi dirinya, pertimbangan mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebutuhan anak jalanan tersebut perlu dilakukan.
Begitu juga dengan kondisi anak-anak jalanan (ANJAL) yang berada di sekitar pasar Ciroyom Bandung ini. Begitu banyak orang yang menilai negatif terhadap ANJAL tanpa mengetahui kondisi ANJAL tersebut dengan sesungguhnya. Mengelem, meminta-minta memang dianggap hina oleh masyarakat sekitar, bahkan oleh kaum terdidik seperti mahasiswa juga menganggap hal itu adalah perbuatan hina. Namun apakah kita mengetahui apa penyebab mereka melakukan perbuatan hina tersebut secara langsung? Pasti kebanyakan dari kita hanya berasumsi tanpa terjun secara langsung untuk mencari tahu penyebab mereka melakukan hal ini. Dengan menumbuhkan dan menunjukkan sedikit rasa kepedulian kita dengan cara mencari informasi mengenai kondisi anak jalanan itu dapat memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku anak jalanan tersebut.
Sebagai contoh, di Rumah Belajar (RUBEL) Sahabat Anak Jalanan (SAHAJA) Ciroyom, para anak jalanan mendapatkan sedikit rasa kepedulian dari berbagai macam relawan yang datang dan pergi. Rasa kepedulian itu bermacam-macam bentuknya, ada yang mengajak mereka menggambar bersama, ada yang mengajarkan baca tulis dan berhitung, ada yang mengajak mereka jalan-jalan dan bahkan ada yang rela menginap barsama mereka untuk menunjukkan kepedulian mereka. Mungkin tidak semua orang sudah memiliki sekaligus merealisasikan rasa kepedulian mereka seperti yang diatas. Untuk mulai menumbuhkan rasa kepedulian dan merealisasikannya membutuhkan niat yang begitu luar biasa pada awalnya. Coba kita pikirkan, waktu kita dalam sehari ada 24 jam, tidak bisakah kita luangkan waktu kita lima menit dalam satu hari untuk menyapa dan menanyakan kabar mereka, atau mungkin setengah jam dalam sehari untuk mengajarkan arti dan makna hidup ini.
Salah siapakah fenomena anak jalanan ini? Salah pemerintahkah yang sibuk berbicara bahasa saktinya tentang EKONOMI MAKRO nya? Salah orang-orang terpelajarkah yang menjadikan diri mereka PELACUR INTELEKTUAL dengan jargon-jargon KEBENARAN ILMIAH yang akhirnya tidak membuat mereka melakukan apa-apa? Atau salah mereka kah KARENA TIDAK BISA MEMILIH UNTUK TIDAK DILAHIRKAN SEBAGAI ANAK JALANAN?
mereka tidak butuh dikasihani, mereka tidak butuh harapan-harapan kalian.
bantulah mereka membuat pilihan-pilihan baru dalam hidup mereka.
mereka hanya butuh sedikit perhatian dan kasih sayang.
agar mereka dapat merubah hidup mereka.
mereka juga anak bangsa ini.
mereka juga adik-adik kita.
walau mereka tidak seberuntung kita.
tapi marilah kita buat mereka tersenyum.
dan memberikan sedikit arti kehidupan kepada mereka.
terkadang terlalu banyak alasan kita untuk menutup mata, kuping dan hati kita.
Anak jalanan
Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Tapi hingga kini belum ada pengertian anak jalanan yang dapat dijadikan acuan bagi semua pihak.
[sunting] Pengelompokan
Di tengah ketiadaan pengertian untuk anak jalanan, dapat ditemui adanya pengelompokan anak jalanan berdasar hubungan mereka dengan keluarga. Pada mulanya ada dua kategori anak jalanan, yaitu anak-anak yang turun ke jalanan dan anak-anak yang ada di jalanan. Namun pada perkembangannya ada penambahan kategori, yaitu anak-anak dari keluarga yang ada di jalanan.
Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.
Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.
Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.
[sunting] Lihat pula
Mereka jarang tersenyum bukan karena mereka enggan untuk tersenyum. Tapi hidup dan waktu seolah menuntut mereka untuk menghabiskan sebagian besar kehidupan untuk bekerja keras sehingga terkadang mereka lupa bahwa ada waktu untuk tersenyum. Seolah dunia begitu keras menuntut mereka hingga mereka lupa untuk tertawa. bahkan mereka tidak punya waktu untuk tersenyum. Apa mereka lupa cara tersenyum? Atau karena mereka tak pernah menerima senyuman, makanya mereka tak tahu lagi bagaimana caranya tersenyum?
Terkadang dunia memang terlalu keras pada mereka. Bukan dunia sebagai objek, tapi dunia dengan manusianya. Bagaimana jika sesekali kita tidak menghabiskan waktu di tempat-tempat yang indah? Kenapa kita tak meluangkan waktu sejenak untuk memperhatikan mereka? Jika tak mau atau tak mampu membantu mereka dengan materi, tidak ada salahnya juga kita menghargai mereka dengan sebuah senyuman ikhlas dari wajah kita. Bukankah mereka juga saudara kita???
Andai kita punya waktu untuk memperhatikan kehidupan mereka yang begitu sederhana. Maka kita akan menemukan kehidupan yang begitu indah. Di sana kita sadar betapa lebih beruntungnya kita….tidak ada salahnya sesekali kita berjalan kaki sendirian di tengah keramaian sambil memperhatikan lingkungan kita. Cobalah luangkan waktu sedikit saja untuk itu. Sekali lagi, jika tak dapat memberi pada mereka, paling tidak kita bisa sadar dan lebih memahami lagi hidup kita.
Mereka hebat. Dengan kehidupan yang begitu keras, mereka tetap bisa menjalaninya. Meski tak tahu dengan apa hidup ini akan dilanjutkan esok hari dan dengan apa perut mereka akan diisi, mereka tetap menanti datangnya mentari pagi. Mereka bilang kalau mereka percaya bahwa selama mereka masih hidup, maka rezeki dari Tuhan akan tetap ada untuk mereka,rezeki akan tetap ada selama mereka masih percaya dan mau berusaha serta berdo’a.
Mereka dengan kesederhaannya selalu bahagia dan bersyukur ketika mendapatkan sejumlah uang. Jika orang kaya yang menerima uang sejumlah itu, mungkin mereka menganggap uang itu tak berarti apa-apa. Tapi mereka tetap tersenyum ketika mendapatkannya. Mengapa harus ada perbedaan seperti itu?
Jika si miskin datang ke rumah si kaya, sangat jarang atau bahkan tak akan ada sambutan hangat bagi mereka. Tapi, ketika si kaya yang datang ke rumah si miskin, maka si miskin terlihat begitu menghargai. Seolah mereka didatangi oleh tamu agung di rumahnya. Sekali lagi, mengapa harus ada perbedaan seperti itu?
Jika suatu ketika si miskin dengan pakaiannya yang tampak lusuh dan kotor terjatuh, maka si kaya tak akan menghiraukan karena mungkin bagi mereka tidak akan menimbulkan manfaat apa-apa bagi dirinya. Yang ada paling hanya akan mengotori pakaiannya, mungkin itulah yang ada di fikirannya. Tapi, si miskin masih tetap berbeda dengan si kaya. Ketika keadaan berbalik, maka si miskin akan tetap membantu. Si miskin begitu penghiba. Hati mereka begitu lembut, sehingga tak mampu membiarkan orang lain dalam kesusahan karena mereka tahu bagaimana rasanya kesusahan itu.
Demi untuk sesuap nasi mereka rela kepanasan, kehujanan, bahkan kadang ada yang mencela mereka...dengan hanya bermodal suara yang tidak begitu merdu serta alat yang bisa di jadikan musik. Tapi itu semua tidak bisa membuat mereka untuk menyerah, karna bagi mereka hidup itu memang penuh dengan perjuangan dan hidup itu bukan sebuah pilihan. Jika dengan segitu saja mereka menyerah, dengan apa nanti mereka bisa memperpanjang hidup mereka esok.
Anak jalanan bukan lah anak nakal atau anak gembel...anak jalanan adalah sang penghibur.
Mereka selalu menghibur kita ketika kita sedang berada dalam perjalanan meski hati mereka tak terhibur.
Janganlah memandang anak jalanan dengan sebelah mata, mulai sekarang dan seterusnya, pandang lah mereka dengan kedua mata kita dan jadikan mereka sebagai motifasi hidup kita, karna mereka selalu bersyukur dengan apa yang mereka dapat dan selalu berusaha agar bisa menjadi yang terbaik.
Siapakah Anak-Anak Dalam Krisis? (Teacher Information)
Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” Matius 19:14.
Bayangkan reaksi dari murid-murid Yesus ketika mereka mendengar Yesus berkata demikian. Bukankah mereka hanya berusaha untuk melindungi Dia dari gangguan yang disebabkan oleh kedatangan anak-anak. Yesus adalah orang penting, dan Dia tidak ada waktu untuk berdoa atau berbicara dengan anak-anak. Benarkah? Bukankah alasan utama Dia datang adalah untuk meluangkan waktu bagi orang-orang yang membutuhkan Dia?
“Anak-anak. Mereka adalah mayoritas utama yang bisu. Walaupun mereka adalah setengah dari insan manusia, mereka menanggung penderitaan dunia lebih dari yang selayaknya mereka alami. Problema-problema masyarakat kian memburuk dan sangat merugikan anak-anak. Ketika orang-orang dewasa lapar, anak-anak kelaparan. Ketika orang-orang dewasa sakit, anak-anak meninggal. Dalam sepuluh tahun terakhir, lebih banyak anak-anak yang meninggal dalam pertempuran global kita daripada tentara. Setiap hari, 35.000 anak-anak menjadi korban dari hal-hal yang sebenarnya dapat dihindari, karena kita kekurangan hati dan keberanian untuk berjuang demi mereka. Setiap hari! Tanpa pengaruh kuasa atau pilihan, mereka menderita diam-diam, hanya Tuhan yang tahu air mata dan ketakutan mereka.” (Stafford 1996)
Walaupun anak-anak adalah manusia yang kurang dihargai di dunia ini, mereka adalah berharga di mata Allah Bapa. Anak-anak mempunyai kualitas iman yang paling penting seperti yang dikatakan Yesus sebagai terhadap pertanyaan pengikutNya, “Siapakah yang paling besar di dalam Kerajaan Surga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 18:2-4). Apakah sifat-sifat iman anak-anak? Sifat-sifat itu adalah: hati yang polos, keingin-tahuan, kerendahan-hati, kerentanan, kebergantungan terhadap orang lain, kasih tanpa syarat, dan mudah percaya; sifat-sifat yang seharusnya kita kembangkan dalam hidup kita sendiri. Kalu kita cukup beruntung untuk bekerja dengan anak-anak, kita dapat melihat sifat-sifat ini nampak dalam kehidupan mereka sehari-hari.
“Anak-anak sangat beraneka rupa, bentuk, dan warna. Mereka mempunyai kesukacitaan, harapan, cita-cita, dan impian yang berbeda-beda. Tuhan menciptakan seorang anak dengan keunikan sesuai dengan citraNya, menciptakan seorang demi seorang penuh dengan potensi. Dia juga merencanakan masa kanak-kanak sebagai waktu yang spesial untuk memelihara karunia-karunia dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepada anak kecil. Dengan bantuan dan pacuan keluarga dan teman-teman, anak-anak seharusnya menggunakan masa ini untuk menemukan jati diri.” (Kilbourn 1996)
Apapun masalah yang dihadapi anak-anak sewaktu bertumbuh, keluarga harus selalu menjadi tempat yang aman. Keluarga harus menjadi tempat di mana kasih adalah tanpa syarat dan hubungan yang didasarkan atas saling percaya.
Gambaran PBB mengenai masa kanak-kanak yang normal telah menjadi bahan ejekan bagi berjuta-juta orang: “Anak-anak di dunia itu polos, rentan, dan bergantung pada orang lain. Mereka juga mempunyai rasa ingin tahu, aktif, dan penh harapan. Waktu-waktu mereka seharusnya masa bahagia dan damai, masa bermain, belajar, dan bertumbuh. Masa depan mereka seharusnya dibentuk dalam keharmonisan dan kerja sama. Kehidupan mereka seharusnya bertumbuh dewasa selagi mereka memperluas perspektif dan menimba sudut pandang baru.
Anak-anak adalah berharga bagi Tuhan. Tetapi walaupun demikian, berjuta-juta anak-anak menjadi yatim, hidup di jalanan, menjadai pengungsi peperangan, atau dipaksa masuk ke dalam pelacuran atau menjadi tenaga kerja. “Tragisnya, sekilas pandang saja akan perubahan citra masa kanak-kanak bagi berjuta-juta anak yang hidup dalam keadaan yang susah, cukup untuk menggambarkan seberapa besar kerugian mereka, dan kehilangan mereka atas kesempatan untuk mengalami masa kanak-kanak yang normal dan sehat.” (Kilbourn 1996). Sangat tidak masuk akal jikalau anak-anak, yang merupakan karunia terbesar dari Allah, harus mengalami penderitaan ini tanpa harapan dan kasih Allah dalam hidup mereka! Kata-kata Yesus adalah peringatan yang keras: “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” (Matius 18:6).
Sungguh di luar pengertian kita untuk betul-betul mengerti, jangankan untuk menyerap, penderitaan yang dialami oleh lebih dari 140 juta anak-anak yang hidup di jalanan tanpa kasih ataupun rasa aman dari keluarga, ataupun masyarakat; atau trauma yang dialami oleh 12 juta anak-anak yang telah menjadi gelandangan selama peperangan, banyak diantara mereka terpaksa hidup di tempat penampungan yang sesak di mana hanya sedikit kebutuhan mereka yang terpenuhi; atau 300.000 anak-anak yang turut berperang seperti orang dewasa di berbagai tempat di dunia; atau 12,1 juta anak-anak yang telah kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka karena AIDS; atau berjuta-juta bayi yang dilahirkan dari keluarga yang terjangkit HIV dan yang dibuang di pembuangan sampah; atau 100-300 juta anak-anak yang dipaksa untuk berkerja dalam kondisi yang sulit dan berbahaya. (Kilbourn 1996) Walaupun demikian, dibalik setiap angka dan statistik itu, terdapatlah sebuah wajah, sebuah nama, sebuah kehidupan, dan seorang jiwa. (McDonald 2000)
Anak-anak dan masa kanak-kanak sedang berada dalam krisis yang tak pernah dialami sebelumnya. “Pada awal milenia ini, hampir sepertiga dari penduduk dunia berusia di bawah 15 tahun; yaitu sekitar 1,8 milyar.” (Global evangelization movement 2000). “Dari semua anak-anak yang lahir saat ini, 80 persen hidup di negara berkembang di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan sebagian Eropa di mana lazim terdapat kemiskinan yang ekstrim.” (Statistics 1998). Menurut UNICEF, 130 juta anak-anak usia sekolah dasar tidak mempunyai akses untuk pendidikan, sehingga mereka tidak memiliki sarana untuk keluar dari siklus kemiskinan. (The state of the world’s children 1999). Diperkirakan antara tahun 1998 dan 2025, 4,5 milyar anak-anak akan dilahirkan, membuat tantangan ini kian membesar. (World population profile 1998). “Masalah hancurnya masa kanak-kanak semakin lazim dalam hampir setiap bangsa, konteks, dan kebudayaan di dunia.” (McDonald 2000)
Anak-anak dipaksa untuk “tumbuh dewasa dalam sekejap” selagi mereka memelihara saudara kandung, selagi latihan untuk menjadi tentara dan maka dari itu latihan untuk membunuh, selagi bekerja keras untuk menunjang keluarga mereka. Anak-anak dimanfaatkan selagi mereka melayani keinginan anggota masyarakat melalui pelacuran. Peran sebagai orang dewasa yang dipaksakan atas anak-anak tidak menyisakan waktu bagi mereka untuk bermain, bersekolah, atau bergaul dengan kawan. Karunia masa kecil telah dicuri dari tangan anak-anak yang dalam krisis tersebut. Mereka menghabiskan waktu menjalani masa kecil mereka dalam pengalaman yang sangat merugikan, daripada menikmati pengalaman yang membantu dalam pembentukan karunia yang diberikan Tuhan.
Kerugian ini antara lain kehilangan keluarga, kasih dan pemeliharaan ayah-ibu; kepolosan dan harga diri; kesempatan pendidikan; rasa aman; keutuhan jasmani; identitas dan status; kemampuan untuk percaya; kebutuhan dasar seperti makanan dan kebersihan; dan harapan, yang sering disebutkan oleh anak-anak sebagai kerugian terbesar. (Schoots 1998d)
Setiap harinya, anak-anak ini mengalami kejadian-kejadian yang mungkin memaksa orang dewasa sekalipun untuk menyerah. Mereka sendirian, di-diskriminasi, dan menderita sakit, tanpa kasih, tanpa harapan, dan tanpa rasa kehadiran Tuhan.
Ketika anak-anak hidup di situasi yang traumatis, harapan mereka diganti dengan keputus-asaan. Tawa ceria dan semangat riang mereka diganti dengan ketakutan, kesangsian, dan kesedihan. Mereka menanggung beban dan tanggung jawab yang jauh lebih besar dari selayaknya bagi mereka. Mereka mengalami rasa putus harapan yang sangat dalam, dan mereka tidak melihat adanya kesempatan untuk mengembangkan karunia mereka yang diberikan Tuhan. (Kilbourn 1996)
Malangnya, anak-anak dipaksa untuk belajar dua pelajaran yang menyakitkan dan tragis: dunia ini bukanlah lagi tempat yang aman untuk hidup, dan orang dewasa tidak selalu dapat dipercaya. Melalui pengalaman pribadinya dengan penderitaan yang dihadapi anak-anak jalanan melalui pembunuhan, pembuangan, dan eksploitasi, David High berkata:
Seharusnya ada permohonan dari umat Tuhan di seluruh dunia agar pemerkosaan dan pembunuhan anak-anak ini dihentikan. Jika hati kita tidak berseru untuk belas kasihan bagi mereka, dan jika hati kita tidak terbeban oleh kenyataan hidup mereka, maka kita adalah orang-orang yang hatinya telah membatu dan dingin. Sekarang saatnya untuk bersujud dan memohon kepada Allah untuk mengganti hati yang telah membatu dengan hati yang baru yang penuh kasih. (Yehezkiel 36:26, Mazmur 51:10) (Kilbourn 1996)
Allah Bapa kita mengerti sepenuhnya akan kepedihan dan ketakutan dari anak-anak di dunia yang menderita, apapun situasi mereka. KehendakNya yang terdalam adalah untuk menggugah kita, umatNya, untuk merentangkan tangan dengan kasih karunia Tuhan kepada mereka — anggota-anggota termuda dalam keluarga di dunia. (Kilbourn 1996). Kita mempunyai tanggung jawab untuk membawa kabar kasih penebusan, penyembuhan, dan pengharapan Tuhan. Dalam Yesaya 61:1-4, sang nabi meramalkan pelayanan penyembuhan Yesus yang memulihkan hidup yang hancur dan membawa pembaharuan. Gambaran Yesaya mengenai pelayanan Yesus dengan indahnya menggambarkan keinginan Allah agar supaya masa kecil anak-anak yang tak terhitung banyaknya di dunia ini dipulihkan kembali ke pola asalnya. Berdoalah supaya melalui abu dan puing-puing, Tuhan akan membangkitkan “pohon-pohon kebenaran” yang akan memulihkan tempat-tempat yang telah lama hancur, dan supaya kemuliaanNya akan membawa pembaharuan bagi kehidupan anak-anak yang telah dikosongkan di seluruh dunia.
Ada banyak anak-anak yang terbuang di dunia ini yang perlu tahu tentang kerinduan Tuhan untuk menjadi Bapa bagi mereka. Mereka tidak akan mendengar kabar ini dari orang-tua mereka. Mereka perlu mendengarnya dari orang-orang yang telah mengalami sendiri kasih Tuhan. Markus 10:13 berkata, “Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka…” Biarlah generasi kita bisa dikatakan sebagai generasi yang membawa anak-anak itu kepada Allah. (Kilbourn 1996)
Siapakah Anak-Anak Dalam Krisis? (Teacher Devotion)
Mengadakan Perubahan Dalam Hidup Anak-AnakNya
Seorang lelaki sedang berjalan di sepanjang pantai suatu pagi yang cerah. Air pasang menyapu beribu-ribu bintang laut yang tertinggal dan mengering di pantai. Di kejauhan ia melihat seorang anak lelaki memungut bintang laut dan melemparkannya kembali ke laut. Sambil mendekati anak itu, pria itu bertanya, “Saya rasa saya tahu apa yang sedang kamu lakukan, tapi apakah kamu pikir itu akan berguna bagi bintang laut itu?” Sambil melirik bintang laut di tangannya, anak itu menjawab, “Saya tidak tahu, Pak, tapi buat yang satu ini, akan berguna.” Dan anak itu melemparkan bintang laut itu ke laut.
Barangkali Anda tertimbun oleh krisis yang Anda lihat; berjuta-juta anak hidup di jalanan, trauma oleh peperangan, cacat, bekerja sebagai budak di perkerjaan yang berbahaya, terperangkap dalam industri pelacuran, yatim karena AIDS, atau mengidap virus HIV. Tetapi, seperti yang digambarkan cerita di atas, kita harus percaya bahwa Allah Bapa akan mengadakan perubahan dalam hidup anak-anak itu sewaktu kita menaruh mereka, satu per satu, ke dalam tanganNya.
Apa Yang Bisa Kita Lakukan?
Ÿ Doakan anak-anak yang dalan krisis di seluruh dunia, dan ajarlah orang lain bagaimana berdoa untuk mereka.
Ÿ Bersedekah/memberi kepada orang-orang yang bekerja dengan anak-anak dalam krisis.
Ÿ Dapatkan informasi bagi Anda sendiri dan bagi murid-murid Anda melalui materi ini dan lain-lain. Carilah kabar mengenai anak-anak dalam krisis. Suarakanlah kepedulian Anda kepada pemimpin nasional Anda selayaknya.
Ÿ Dengan bimbingan Tuhan, ambilah/lakukanlah misi jangka-pendek until mendapatkan informasi bagi Anda dan bagi orang-orang lain tentang kebutuhan ini, atau terimalah panggilan pelayana jangka-panjang.
Sebuah Doa Bagi Anak-Anak Dalam Krisis
Tuhan, sungguh pedih melihat mereka. Sungguh menyakitkan untuk melihat kepada anak-anak ini. Setelah kami melihat gambar/foto mereka dan bertanya kepada kami sendiri hidup macam apakah yang mereka sebenarnya bisa miliki, reaksi kami adalah untuk segera mencari sesuatu yang lain yang bisa menarik perhatian kami. Kebutuhan mereka sungguh sangat besar. Kalau kami tidak berhati-hati, kami bakal mencampur-adukkan mereka di pikiran kami: anak-anak jalanan, anak-anak peperangan, anak-anak pelacuran, yatim AIDS — Tuhan, tolonglah mereka semua!
Tuhan, tolonglah kami untuk tidak pernah melupakan bahwah Engkau tahu name dan hati setiap anak ini seintim Engkau mengenal kami. Janganlah biarkan kami tenggelam oleh semua kebutuhan ini sampai kami benar-benar tidak sanggup. Jangan biarkan hati kami, karena saking dipenuhinya oleh gambaran penderitaan mereka, sampai-sampai kami hanya merasa bersalah dan berdoa satu dua kali dan kembali kepada ketidak-pedulian. Kami ingin menuruti perintahMu di Yesaya 1:16-17: “… Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”
Kami mau mengubah kepedihan kami — kepedihanMu — menjadi tindakan. Apakah yang paling menyedihkanMu? Kami tahu bahwa Kau cinta anak-anak ini. Setelah Engkau berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku,” Engkau mengambil mereka di tanganMu, menaruh tanganMu atas mereka dan memberkati mereka. Engkau mungkin rindu untuk melakukan hal yang sama kepada anak-anak jaman sekarang. Kami mendoakan untuk pengharapan. Mereka hidup setiap hari tanpa harapan. Seperti apakah rasanya melihat kehidupan yang tiada tujuan dihadapanmu, dibenci oleh sebagian orang dan diabaikan oleh semua orang lain? Seperti apakah rasanya melihat berbagai orang datang dan pergi dalam hidupmu, tetapi tahu bahwa mereka tidak pernah tinggal untuk jangka waktu yang lama? Apa yang terjadi bila setiap orang menghilang atau memungkiri kepercayaanmu? Setiap orang sekali-sekali mengalami hal yang seperti ini, tetapi bagaimana rasanya jika kau tidak pernah bisa mengharapkan yang lebih baik untuk terjadi?
Anak-anak ini perlu melihatMu, Tuhan Allah mereka. Bapa duniawi mereka mungkin telah memukuli mereka setiap malam, atau menyiksa mereka secara seksual sampai mereka melarikan diri ke jalanan. Mereka berhadapan dengan mucikari, orang-orang asing, petugas polisi yang kasar, dan banyak orang lagi yang mengekspoitasi mereka. Tiada satupun yang menunjukan kasih terhadap mereka, bahkan rekan-rekan sependeritaan merekapun tidak. Tuhan, tunjukanlah kepada mereka apa yang Kau tunjukan kepada kami: bahwa Engkau adalah penyedia yang terus menerus mengasihi, yang menghiraukan jati diri kami, yang rindu untuk bersama-sama dengan kami setiap hari, dan yang telah memberikan DiriNya supaya kami bisa hidup. Tunjukanlah DiriMu melalui hambaMu selagi mereka mengubah kasihMu menjadi tindakan nyata. Tunjukanlah kepada anak-anak ini rasa aman dan ketentraman dalam hubungan pribadi dengan Engkau. Mereka belum merasa aman ataupun tentram saat ini. Tunjukanlah bagi kami bagaimana kami dapat mencintai anak-anakMu. — disadur dari Holly Folger, We Raise Them To You
Siapakah Anak-Anak Dalam Krisis? (Lesson Plan)
Pendahuluan Video
Pastikan Anda telah melihat isi video sebelum mempertunjukannya kepada anak-anak. Perkenalkan istilah “Anak-anak Dalam Krisis” and ajaklah murid-murid untuk membagikan opini mereka akan makna istilah tersebut bagi mereka.
Pertunjukan Video
Waktu: 7-41 menit.
Pertunjukan bagian 1 dari video:”Siapakah Anak-Anak Dalam Krisis?”
Materi untuk murid
Ÿ Baca dan diskusikan ayat yang tertera di bagian atas materi/ selebaran
Ÿ Baca kesimpulan dari artikel di kelas and ajak seorang murid untuk membacanya
Ÿ Tinjau bagian statistik dengan para murid di kelas
Pertanyaan-pertanyaan Refleksi
Tujuan dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah untuk memudahkan berjalannya diskusi di kelas Anda and membantu para murid untuk memproses apa yang telah mereka lihat di video.
Bicarakan tentang masa kecil Anda. Jelaskan apa yang Tuhan kehendaki dari masa kecil.
Dengan kata-kata Anda sendiri, bagaimana Anda mendefinisikan “anak-anak dalam krisis”?
Bandingkan kehidupan Anda dengan kehidupan anak-anak yang ada dalam video. Apa persamaan dan perbedaannya?
Jumlahkanlah semua anak-anak yang digambarkan dalam bagian statistik yang mewakili anak-anak dalam krisis. Pertimbangkan bahwa anak-anak di bawah umur 15 th mewakili 1,8 milyar jiwa, hitunglah persentase anak-anak dalam krisis. Apa yang dapat Anda simpulkan betapa besarnya masalah ini?
Kenyataan dari krisis anak-anak adalah masalah dunia. Apa yang Anda pikir harus dilakukan untuk menolong anak-anak ini? Bagaimana Anda dapat menolong anak-anak yang kesusahan di daerah Anda?
Pokok Doa
(Keterangan: Pokok-pokok doa yang ditunjukan dalam video adalah sama dengan yang ditunjukan dalam bagian ini dan juga pada materi untuk murid-murid, memberikan kesempatan pada Anda untuk berdoa bersama para murid setelah berdiskusi tentang video.)
Doakan:
Ÿ melalui Yesaya 61:1-4 untuk anak-anak di dunia, supaya Tuhan membangkitkan “pohon-pohon kebenaran” untuk memulihkan tempat-tempat yang telah lama hancur, dan supaya kemuliaanNya dapat membawa pembaharuan kepada kehidupan anak-anak yang dalam krisis.
Ÿ untuk organisasi yang bekerja sama untuk membantu memenuhi kebutuhan anak-anak ini.
Ÿ untuk generasi anak-anak ini supaya mereka bisa dipulihkan dan ditebus karena umat Tuhan bersedia untuk membawa mereka pada Yesus melalui doa.
Aktivitas Tambahan
Mengajar Anak-anak untuk Berdoa
Buatlah doa sebagai salah satu prioritas dalam kelas. Carilah cara untuk mengajak para murid untuk berdoa. Bahas ulang materi ini untuk mencari ide-ide tentang bagaimana menggabungkan berbagai cara bagi para murid untuk berdoa, dan pokok-pokok doa buat mereka.
Bagaimana dengan Dunia?
Ÿ Bandingkan kehidupan anak-anak dalam krisis dengan kehidupan para murid di kelas Anda. Tantangan-tantangan apa yang dihadapi setiap kelompok? Kesempatan-kesempatan apa yang tersedia bagi murid-murid Anda untuk menolong anak-anak dalam krisis?
Ÿ Telusuri masalah-masalah global yang kita hadapi di dunia saat ini. Mintalah pada murid-murid Anda untuk membawa majalah dan koran dan juga materi-materi dari internet.
Ÿ Tanyakan pada para murid pertanyaan-pertanyaan berikut:
Ÿ Apa pandangan Anda mengenai dunia saat ini dan harapan Anda untuk masa depan?
Ÿ Bagaimana menurut Anda caranya supaya dunia menjadi lebih baik?
Ÿ Perubahan-perubahan apa yang Anda inginkan?
Ÿ Periksalah peran dari PBB. Dengan menggunakan website mereka (www.un.org), mintalah pada para murid untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Ÿ Apa tugas dari PBB?
Ÿ Mengapa kita membutuhkan PBB?
Ÿ Apa tujuan-tujuan di milenia baru?
Ÿ Mei 2002, Dewan Umun PBB bertemu dalam rapat khusus untuk meninjau cara-cara untuk mengakui hak anak-anak and orang-orang muda di dunia. Rapat khusus ini adalah kelanjutan yang penting dari World Summit for Children 1990, dimana para pemimpin dunia setuju atas tujuan-tujuan spesifik untuk meningkatkan kehidupan anak-anak. Tujuannya adalah untuk menciptakan dunia yang layak untuk anak-anak.
Berikut ini adalah 10 pokok utama yang akan mereka bicarakan.
Bahas ulang intisari formal dan langkah-langkah nyata yang dihasilkan dari rapat tersebut di www.unicef.org/infores/publications.htm
Mintalah pada para murid untuk mengembangkan langkah-langkah nyata mereka sendiri bersama cara terbaik untuk mencapainya.
Jangan lewatkan satu anak pun
Dahulukan anak-anak
Perhatikan setiap anak
Lawan HIV/AIDS
Jangan menyakiti dan memanfaatkan anak-anak
Dengarkan anak-anak
Didiklah anak-anak
Lindungi anak-anak dari perang
Lindungi bumi untuk anak-anak
10. Lawan kemiskinan: investasi pada anak-anak
Ÿ Apa peranan gereja? Diskusikan bagaimana caranya agar orang-orang Kristen bisa terlibat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak-anak di dunia yang sedang menderita. Dengan menggunakan daftar sumber pada bagian akhir dari edisi guru pada kurikulum ini, mintalah pada para murid untuk meneliti pelayanan-pelayanan apa yang terlibat dengan anak-anak dalam krisis. Mintalah pada para murid untuk melaporkan apa yang dikerjakan pelayanan-pelayanan tersebut.
Mengajar Anak-anak untuk Berdoa
Anak-anak sekarang sedang bertumbuh dalam dunia yang sangat berbeda dengan dunia yang kita kenal. Setan tahu kalo dia dapat mencuri tujuan sejati dari anak-anak, maka dia dapat menghancurkan satu generasi. Kita tidak dapat memberikan tujuan yang lebih besar daripada mandat Tuhan kepada semua orang percaya, yaitu untuk memperkenalkan namaNya di seluruh dunia. Tuhan berjanji untuk menjadikan keturunan Abraham sebagai berkat untuk semua orang di dunia (Kejadian 12:1-3). Di kitab Wahtu 5 dan 7, orang-orang dari setiap suku, bahasa, dan bangsa diwakili di depan tahta. Di antara kedua bab firman tersebut ada kisah tentang bagaimana mandat Tuhan dilaksanakan. Anak-anak saat ini dapat memiliki bagian dari penyelesaian ini.
Kita perlu memperlengkapi anak-anak untuk memenuhi tujuan Tuhan. Anak-anak yang hidup masa ini bukan hanya generasi takdir tetapi juga sebuah generasi yang sedang dipakai oleh Tuhan. Kita harus melakukan segala yang kita bisa lakukan untuk membantu anak-anak mengenalNya dan membuatNya dikenal. Mengenali dan mengembangkan ke-rohanian seorang anak bisa berarti melepaskan potensi Gereja yang tidak tergunakan yaitu kekuatan doa. Yesus menyatakan, berikan tempat untuk anak-anak. Jangan menghalangi mereka (Markus 10:14). Pendek kata, “Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu” berarti “Biarkan mereka berdoa”, karena, bukankah doa adalah cara kita datang kepadaNya?
Anak-anak bibit baru, “bibit kebenaran” mulai bermunculan di dunia. Bila dipercayakan kepada orang tua yang berTuhan dan guru-guru rohani untuk pengembangan, pelatihan, dan pelengkapan, mereka akan bangkit sebagai bala tentara doa yang akan mendoakan generasi mereka. Yesus berkata dalam Mazmur 8:2, “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.” Panggilan itu adalah bagi anak-anak untuk menjadi pembentuk dunia, untuk berdoa bagi generasi mereka dan untuk “membungkamkan musuh dan pendendam.” Seoerti kata Yesaya, “seorang anak kecil akan menggiringnya” (Yesaya 11:6).
Tuhan sungguh-sungguh menaikkan patokan melawan serangan gencar yang ditujukan pada generasi ini. Saya mengajak Anda untuk mengajarkan pada anak-anak, lalu membiarkan mereka memimpin generasi mereka keluar dari kegelapan yang mengelilingi mereka melalui kekuatan doa yang dipimpin Tuhan. Hanya kekekalan yang akan menceritakan tentang banyaknya jiwa yang tersentuh oleh doa anak-anak. (Ilniskey and Moran 1996)
Ajarkan pada anak-anak kebiasan untuk berdoa secara spesifik. Mereka dapat:
Ÿ meminta kepada Bapa dalam nama Yesus untuk menyembuhkan kebutuhan jasmani anak-anak: kecanduan obat-obatan, alkohol, kelaparan, kemiskinan, penyakit, keterlibatan dalam industri pelacuran.
Ÿ meminta kepada Bapa dalam nama Yesus untuk menyembuhkan kebutuhan batin anak-anak: penyembuhan dari penyiksaan jasmani dan verbal, penolakan, dan keterlantaran.
Ÿ meminta kepada Bapa dalam nama Yesus untuk menunjukan betapa Dia mengasihi anak-anak dan betapa Dia menerima mereka tanpa syarat.
Ÿ meminta kepada Bapa dalam nama Yesus untuk menarik anak-anak lain pada keselamatan.
Mereka dapat:
Ÿ berdoa supaya misionari dan penginjil dikirimkan ke ladang. Tekankan bahwa misi adalah sebuah prioritas dalam hati Tuhan. Dia bahkan mungkin akan menggunakan beberapa dari mereka sebagai misionari dan penginjil.
Ÿ berdoa supaya anak-anak dapat memberitahu orang lain tentang Yesus.
Ÿ berdoa untuk kejadian-kejadian di dunia. Gunakan majalah-majalah, koran-koran, berita TV, dan peta-peta kota Anda, negara, bahkan dunia.Gunakan visual sebanyak mungkin.
Ÿ berdoa untuk TV, video, majalah-majalah, buku-buku, mainan-mainan, dan hal-hal lain dalam budaya kita yang sering mempengaruhi anak-anak secara negatif.
Ÿ berdoa untuk para pemimpin termasuk lokal, nasional, dan dunia.
Ÿ berdoa untuk apa saja yang dibawa roh kudus dalam hati Anda (Roma 8:26-27) (Kilbourn 1996)
Lonjakan anak jalanan semakin tak terkendali di setiap daerah. Tak ayal, tiap kota hanya dijejali kaum pengemis dan anak yang ditelantarkan orang tua atau sengaja menelantarkan diri. Tak hanya keterbatasan ekonomi yang mendasari lonjakan tersebut, tapi keterbatasan mental seseorang dalam ruang kehidupan juga turut menjadi penyebab. Sekolah sudah tidak menjamin mereka kembali ke pangkuan ibu pertiwi yang memelihara seperti di peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, pemerintah juga tidak peduli yang berlanjut pengebirian mereka terhadap dunia pendidikan. Lengkaplah sudah nasib penerus bangsa ini.
Anak jalanan dianggap sebagai sampah yang berjalan di perempatan-perempatan kota karena keberadaannya mengganggu pemandangan. Bahkan ada tindakan represif yang masih dilakukan pihak berwajib, menangkap dan membawa secara paksa ke dinas sosial setempat. Banyak juga yang mendapat pelecehan seksual di jalanan. Anak jalanan seakan menjadi buronan melebihi para koruptor yang harus diseret di tengah-tengah keramaian kota. Padahal sebenarnya mereka hanya membutuhkan pendidikan continu yang gratis dan tidak takut lagi dengan kekerasan yang menimpa selama ini.
Problem sosial ekonomi yang menyandra para anak jalanan harus dipahami sebagai masukan untuk dunia pendidikan yang kini tak lagi terjangkau bagi mereka. Buktiya, rata-rata mereka sudah tercatat sebagai siswa di satu intitusi pendidikan, tapi karena benturan ekonomi yakni memenuhi kebutuhan sekolah tak mencukupi, akhirnya mereka putus sekolah dan memilih bekerja untuk membantu orang tua. Tak hanya itu, hanya untuk memenuhi kebutuhan baju sekolah saja mereka tak cukup, apalagi membiayai kebutuhan sehari-hari untuk sekolah.
Membaca berita di kolom Kudus “Rp 4 Miliar untuk Wajar 12 Tahun” (Suara Merdeka, 6/11) rasanya tak bisa membayangkan kenapa anak jalanan masih belum berminat untuk kembali bersekolah, padahal uang sebanyak itu tak lain untuk membiayai pendidikan mereka.
Ada beberapa alasan yang mendasari sikap tersebut. Pertama, sekolah-sekolah di Kudus belum sepenuhnya membebaskan biaya pendidikan Wajar. Kedua, dilema pendidikan yang tak bisa mendukung mereka bisa meraih pekerjaan secara nyata. Ketiga, keyakinan diri sendiri atas takdir sebagai anak jalanan.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dikucurkan pemerintah pusat untuk pendidikan gratis belum sepenuhnya mengena pada tiap siswa. Umumnya, dana BOS habis untuk biaya operasional penyelenggaraan pendidikan, bukan untuk biaya pengganti sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP). Di lain pihak, ada yang mengganti kewajiban SPP dengan sumbangan wajib tiap bulan untuk pembangunan gedung yang nilai rupiahnya memang di bawah SPP. Akhirnya, siswa dipaksa untuk memenuhi beban tersebut. Jika mereka tidak bisa memenuhi kewajiban tersebut, maka yang terjadi, mereka akan putus dan tak ingin kembali ke sekolah.
Pendidikan yang selama ini diharapkan akan memberikan mereka pekerjaan tak kunjung terealisasi. Apalagi, tak banyak pula yang bisa merubah kehidupan ekonomi mereka. Pendidikan hanya akan menjerumuskan mereka ke lembah kemiskinan tanpa ada pihak yang menolong.
Problem paradigma berpikir karena cemoohan sebagai anak jalanan yang kemudian mendarahdaging dalam benak tiap anak menjadi penyebab mereka tak ingin lagi bersekolah. Keyakinan yang terjadi dalam jiwa seseorang tersebut akan dianggap sebagai sebuah kebenaran. Determinasi lingkungan inilah sebagai bagian yang kemudian membentuk paradigma sebagai anak jalanan. Karena determinasi lingkungan diartikan sebagai penyalahan terhadap lingkungannya bila saja mendapatkan stimulus yang berpengaruh buruk terhadapnya (Pitoyo Amrih, 2008). Buruk dalam tataran ini akan dianggap sebagai kebenaran jika sudah terpatri pada sebuah keyakinan.
Sekolah Khusus
Sehingga perlu adanya sikap nyata dari pemerintah kabupaten untuk menghidupi pendidikan anak jalanan. Sekolah khusus untuk anak jalanan adalah sikap tanggung jawab pemerintah dalam agenda mengentaskan kemiskinan. Kemiskinan yang berasal dari kurangnya dukungan pendidikan secara penuh dari pemerintah akan didapat dalam sekolah ini. Karena seluruh teknik dan biaya penyelenggaraan pendidikan dalam sekolah ini diatur oleh pemerintah sendiri. Sekolah khusus ini yang akan dihuni anak jalanan dan anak-anak terlantar, karena mereka juga anak bangsa yang harus dilindungi dan diberikan hak-haknya dalam pendidikan.
Sekolah khusus tidak hanya bertujuan untuk mengembalikan pendidikan mereka yang selama ini dirampas, juga untuk mengembalikan kepercayaan mereka sebagai anak jalanan pada masyarakat terdidik. Pergaulan yang ada di sekolahan umum tidak hanya akan membuka lembaran dilema, kemiskinan, keterbelakangan dan cemoohan. Sekolah khusus ini akan mengantarkan mereka kepada puncak refleksi sebagai anak jalanan yang terdidik dan tak jarang mereka juga menorehkan prestasi gemilang.
Anggapan adanya kelas dalam pendidikan juga akan sirna dengan sendirinya ketika sekolahan khusus untuk anak jalanan ini terealisasi. Karena di sekolahan tersebut semuanya adalah anak jalanan dan kelas ekonominya relatif sama. Sehingga tidak ada permasalahan psikologis pada tiap siswa untuk belajar dan bersosial. Kesadaran ini yang mengantar anak jalanan semakin mempercayai pendidikan sebagai bagian dari pengentasan kemiskinan.
Menurut Audifax dalam buku Filosofi Jiwa (2008) menegaskan bahwa kesadaran memiliki akar kata conscious dari cons-scio yang artinya aku tahu (sesuatu). Kesadaran adalah inisiasi pengguna-tanda ke dalam dunia-tanda oleh pemberi-tanda. Artinya penyematan anak jalanan dari diri seorang anak jalanan menjadi kesadaran yang akan menguburkan semua impian mereka, begitu sebaliknya.
Keterampilan
Kemiskinan yang mendera anak jalanan harus disikapi secara arif. Keterbatasan ekonomi yang menyebabkan mandegnya proses pendidikan harus dijadikan pelajaran dan evaluasi bagi pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang dibutuhkan untuk menopang ekonomi secara nyata. Pendidikan ketrampilan yang dibutuhkan dunia kerja menjadi salah satu solusi arif. Ketrampilan menjadi kebutuhan mendasar untuk merubah nasib mereka.
Gagasan sekolah khusus yang ada muatan lokal ketrampilan harus segera direalisasikan jika tak ingin anak jalanan semakin sesak memnuhi perempatan-perempatan kota. Karena sebatas anak jalanan masih menganggap pekerjaan mereka meminta-minta di jalanan sangat menguntungkan bila dibandingkan sekolah yang hanya akan menghabiskan uang. Jika anak jalanan dibekali ketrampilan khusus dalam dunia usaha, maka yang terjadi akan mengubah paradigma mereka tentang wajah pendidikan yang selama ini berlangsung. Semoga!
Foto-Foto Kegiatan/Aksi sosial Paguyuban Pakoe Boewono untuk anak-Anak Jalanan
Nama-Nama Donatur Paguyuban Pakoe Boewono untuk Anak-Anak Jalanan
(*apabila panjenengan/sdra-sdri ingin berpartisipasi silahkan transfer ke Bank Mandiri No.rek :
138-00-0980910-9, atas nama : Yunia Ika Purwati)
No
|
Nama
|
Donasi/Menyumbang per minggu
|
1
| NN |
Rp. 100.000,-
|
2
| R.Rekso Danu putra |
Rp. 100.000,-
|
3
| R.Tino Julianto |
Rp. 200.000,-
|
4
| NN |
Rp. 500.000,-
|
5
| Hamba Tuhan |
Rp. 1.500.000,-
|
6
| KRA. Hananto Widodo |
Rp. 500.000,-
|
7
| KP. Gunawiryaningrat | Rp. 2.000.000,- |
8
| NN | Rp. 100.000,- |
9
| Hamba Alloh | Rp. 100.000,- |
10
| NN | Rp. 200.000,- |
11
| NN | Rp. 200.000,- |
12
| R.Dwi Mustika Putra | Rp. 200.000,- |
Jumlah | Rp. 5.700.000,- |
0 comments:
Post a Comment