Pages

Top Menu

Pages

Pages

Pages

Tuesday, June 5, 2012

Kyai Ageng Enis


Ki Ageng Henis
Makam Kyai Ageng Henis
Makam Kyai Ageng Henis
Makam Ki Ageng Henis (tengah). Sebelah kanan adalah makam Nyai Ageng Pati, istri dari Ki Penjawi yang merupakan putra dari Ki Ageng Henis. Yang kiri adalah makam Nyai Ageng Pandanaran.
Makam Ki Ageng Henis (tengah). Sebelah kanan adalah makam Nyai Ageng Pati, istri dari Ki Penjawi yang merupakan putra dari Ki Ageng Henis. Yang kiri adalah makam Nyai Ageng Pandanaran.
Masjid Laweyan
Masjid Laweyan
Masjid Laweyan
Masjid Laweyan dibangun pada masa Djoko Tingkir sekitar tahun 1546. Merupakan masjid pertama di Kerajaan Pajang.
Awalnya merupakan pura agama Hindu dengan seorang biksu sebagai pemimpin. Namun dengan pendekatan secara damai, seiring dengan banyaknya rakyat yang mulai memeluk agama Islam, bangunan dirubah fungsinya menjadi Masjid.


Solo – Perkembangan sejarah masuknya Agama Islam di Surakarta, tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Ki Ageng Henis. Mulanya Laweyan merupakan perkampungan masyarakat yang beragama Hindu Jawa. Ki Ageng Beluk, sahabat Ki Ageng Henis, adalah tokoh masyarakat Laweyan saat itu. Ia menganut agama Hindu, tetapi karena dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk menjadi masuk Islam. Ki Ageng Beluk kemudian menyerahkan bangunan pura Hindu miliknya kepada Ki Ageng Henis untuk diubah menjadi Masjid Laweyan.

Kerajaan Mataram Islam dirintis oleh Ki Ageng Pemanahan, putera Ki Ageng Henis. Raja Mataram Islam yang pertama adalah Panembahan Senopati, putera dari Ki Ageng Pemanahan, cucu dari Ki Ageng Henis. Ki Ageng Henis dipercaya sebagai keturunan Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit yang meninggal sekitar tahun 1478.
“Konon, kerangka dan mahkota Brawijaya V ikut dikuburkan bersama jenazah Ki Ageng Henis di kompleks makam ini,” jelas Yanto, Juru Kunci makam Ki Ageng Henis .
Ki Ageng Henis adalah putera Ki Ageng Sela, keturunan dari Brawijaya V seorang raja Kerajaan Majapahit. Ki Ageng Henis adalah seorang punggawa Keraton Pajang semasa Jaka Tingkir menjadi Adipati.

“Setelah Ki Ageng Henis meninggal, jenazahnya dimakamkan di tempat itu. Terdapat juga makam permaisuri Pakubuwono V, Nyi Ageng Pandanaran, Nyi Ageng Pati, Pangeran Widjil I Kadilangu, dan beberapa tokoh lain,” .

Beberapa orang yang dimakamkan di tempat itu diantaranya adalah :
  1. Kyai Ageng Henis
  2. Susuhunan Paku Buwono II yang memindahkan Keraton Kartasura ke Desa Sala hingga menjadi Keraton Kasunanan Surakarta. Konon Paku Buwono II ingin dimakamkan dekat dengan Kyai Ageng Henis dan bertujuan untuk menjaga Keraton Kasunanan Surakarta dari serangan musuh.
  3. Permaisuri Paku Buwono V
  4. Pangeran Widjil I Kadilangu sebagai Pujangga Dalem Paku Buwono II-Paku Buwono III yang memprakarsai pindahnya Keraton dari Kartasura ke Surakarta.
  5. Nyai Ageng Pati
  6. Nyai Pandanaran
  7. Prabuwinoto anak bungsu dari Paku Buwono IX.
  8. Dalang Keraton Kasunanan Surakarta yang menurut legenda pernah diundang oleh Nyi Roro Kidul untuk mendalang di Laut Selatan.
  9. Kyai Ageng Proboyekso, yang menurut legenda merupakan jin Laut Utara yang bersama pasukan jin ikut membantu menjaga keamanan Kerajaan Kasunanan Surakarta.

Saat ini bangunan makam masih terjaga. Di kompleks makam terdapat juga pohon nagasari yang berusia sekitar 500 tahun. Masjid yang letaknya bersebelahan dengan kompleks pemakaman itu juga masih aktif digunakan dan merupakan masjid tertua di Kota Solo. “Masjid itu berdiri sekitar tahun 1546 M,”

Makam direnovasi oleh Paku Buwono X bersamaan dengan renovasi Keraton Kasunanan. Sebuah bangunan semacam pendapa yang diangkat dari pindahan Keraton Kartasura.

Bandar Kabanaran
Semenjak tahun 1546 Kyai Ageng Henis bermukim di Laweyan dengan mengemban misi dakwah Islam. Beliau juga menyajikan teknik pembuatan batik kepada penduduk setempat. Sejak itu dunia perdagangan dan perindustrian semakin ramai. Untuk mendukung arus lalu lintas perdagangan yang semakin padat, di banyak pelabuhan atau bandar di selatan Kampung Laweyan, di tepi Sungai Kabangan dan ditimur Masjid Laweyan. Pelabuhan itu dikenal dengan nama Bandar Kabanaran, yang menghubungkan Kerajaan Pajang, Kampoeng Laweyan dan Bandar Besar Nusupan di tepi Sungai Bengawan Solo.
Bandar Kabanaran
pohon nagasari

pohon nagasari
bunga pohon nagasari
bunga pohon nagasari
Di makam ini terdapat juga tumbuhan langka Pohon Nagasari yang berusia lebih dari 500 tahun yang merupakan perwujudan penjagaan makam oleh naga yang paling unggul.
Selain itu pada gerbang makam terdapat simbolisme perlindungan dari Betari Durga.

No comments:

Post a Comment

Kami mengucapkan Terima Kasih atas Komentarnya saudara-saudara semua.
Dan Selamat Datang dan Bergabung dengan Kami,
Sukses Selalu berpihak pada saudara-saudara semua

Salam
Pemimpin Paguyuban Pakoe Boewono

RM.Soegiyo